Setiap suapan yang masuk ke dalam mulut, rasanya susah untuk ditelan. Bersamaan air mata mengalir menambah rasa asin pada makanan. Ingin kabur dari keadaan ini, akan aku tuliskan banyak hal tentang apa yang terjadi selama bersama Suga, tidak perlu dunia tahu tentang kebersamaan ini. Aku hanya ingin dunia tahu bahwa aku mencintainya.
Iya, mungkin orang-orang mengiraku gila sebab mencintai seseorang yang tidak mungkin dimiliki. Sosok Suga yang digandrungi banyak wanita dan jika dibandingkan denganku, aku bukanlah siapa-siapa. Sangat jauh berbeda. Aku hanya tanah yang mengharapkan jadi kastil, sedangkan Suga adalah bintang, bulan dan Matahari yang ada di langit. Bagaimana tanah bisa menyentuh langit? Padahal sudah jelas keduanya tidak bisa menyatu.
"Mau gimanapun, aku harus menghubungi Mama Papaku, hanya mereka yang tahu identitasku. Tapi..."
"Tapi apa lagi?" Dengus kesal Andreas.
"Mama Papa tidak menyukaimu, Yoongi. Aku takut jika mereka membuat keributan. Jika aku menghubungi mereka sekarang, kamu pasti akan pergi." Jelasku.
"Baguslah. Akan lebih baik kita pergi dari sini secepatnya." Mulut Andreas memang tidak bisa di rem. Dia akan bicara sesuai hatinya tidak peduli akan menyakiti lawan bicaranya.
"Cukup Rowoon. Kamu sudah keterlaluan." Akhirnya Suga buka menyebut nama aslinya dari Andreas, Choi Rowoon
"Jangan pikirkan hal-hal yang berat. Kamu harus fokus sembuh." Suga menyuapi makan lagi.
Aku ambil tas dinakas, Suga sigap membantu. Aku membuka tas itu dan memberikan sebuah buku pada Suga.
Sudah sangat lama aku ingin memberikan buku itu, hasil karyaku. Setidaknya dengan buku ini Suga bisa mengingatku dari sekian banyak penggemar di seluruh dunia.
"Aku mengikuti kompetisi dan menang juara 1, dan akhirnya punya buku novelku sendiri, ini tentang kamu. Dan sudah seharusnya buku ini milikmu." Aku memberikannya. Buku novel bersampul siluet Suga.
"Aku akan operasi besok, dan aku janji akan datang padamu dengan derajat yang sama sepertimu. Sehingga aku tidak dipandang rendah saat berjalan denganmu. Walau mungkin nanti aku datang padamu dengan identitas baru karena mungkin aku melupakan kenangan bersamamu, aku akan berusaha mengingatmu. Sama seperti sebelumnya aku mencintai tanpa alasan, aku akan mencintaimu seperti itu seterusnya. Aku bicara begini bukan karena kamu sudah membiayai operasiku, jauh sebelum itu aku sudah mencintaimu." Aku mendekatkan diri dan mengecup bibirnya sepersekian detik.
Andreas tersedak melihat aksiku, ia batuk-batuk dan segera meneguk minumannya.
"Wah!! Hebat sekali gadis ini. Kamu akan datang lagi." Katanya kesal. Andreas ingin aku untuk tidak mendatangi Suga dan mengambil keuntungan dari penyakitnya seperti yang dipikirannya.
"Jika memang aku tidak datang, berarti aku melupakan segalanya." Aku menoleh pada Suga. "Bagaimana bisa aku ikhlas melupakan siapa orang yang membantuku untuk sembuh?"
Suga menggenggam jemariku. Dia tidak banyak bicara dan tidak marah aku mencium bibirnya. Dia merasa simpati terhadap gadis malang seperti ku ini.
*****
Suga melakukan siaran langsung dan mengabarkan bahwa dia baik-baik saja pada penggemar yang menanyakan keberadaanya, biasanya setelah melakukan acara besar Suga melakukan siaran langsung atau posting foto di media sosial karena ada insiden tersebut, ia lupa akan tugasnya sebagai Idol. Andreas menyulap dinding rumah sakit seperti berada di hotel.
Aku di bangkar sambil menonton dia, bahkan aku merekam dia sambil mendiskripsikan setiap inci dari wajahnya, bagiamana aku bisa jatuh cinta padanya, aku menuliskan secara tentang Suga. Meski banyak tulisan tentang dia di rumah, aku ingin menulis kejadian beberapa hari ini bersama dia. Jika aku lupa nanti, akan aku baca buku ini agar bisa mengingatnya.
Selesai siaran langsung, Suga bersandar di punggung sofa. Andreas mendekat melihat apa yang membuatku sibuk dengan buku tulis bersampul wajah Suga yang ada di MV Amigdala.
"Bagus juga tulisanmu!" Puji Andreas. Aku langsung menutup buku.
"Kenapa ditutup? Apa kamu menulis hal-hal buruk tentang aku?" Andreas tak tak terima.
"Aku tidak suka ada orang yang membaca tulisanku yang belum selesai, takutnya nanti enggak bisa selesai."
"Kuno kamu."
"Bodo amat. Itu sudah jadi kutukan menurutku."
Kami berdebat seperti adik kakak yang membahas sesuatu. Setelah itu baikan lagi bertengkar lagi. Suga menikmati pemandangan didepannya. Seperti sedang nonton film.
*****
Pov penulis.Aneh rasanya ia terjebak dalam situasi ini. Sepanjang perjalanan karirnya, ia tidak pernah menemui seorang gadis seperti Azalean. Iya, dia bertemu banyak gadis tapi Azalean berbeda. Ia memiliki tekad yang sama seperti dirinya di masa lalu. Pekerja keras dan bertahan hidup untuk membantu keluarga. Meski hidup Azalean sangat malang, ia terlihat bahagia, tersenyum riang pada dunia seolah ia baik-baik saja.
Bahkan setelah bertemu dan berbicara dengan Azalean, semua terasa sempurna, ada yang mengisi kekosongan di hati Suga apalagi saat Azalean berani mendaratkan ciumannya, ia merasa ada sesuatu yang telah di ambil. Sesuatu yang hilang itu malah tumbuh hal lainnya.
Belum saatnya ia mengenal cinta, banyak hal yang harus dilakukannya setelah kejadian ini, toh Azalean akan lupa tentang Suga. "Mengapa aku tidak terima jika ia melupakanku?" Pikirnya terusik.
****
Pov. AzaleanMalam harinya, semua terlelap. Aku terbangun dan menyelinap keluar. Seharian terkurung di kamar VIP meski nyaman tentu saja aku merasa lebih nyaman berada dekat alam. Aku rindu bulan, rindu langit yang gelap dan bintang-bintang yang mengindahkan.
Pelan-pelan berjalan sambil membawa tongkat infus, melepas selang oksigen. Tidak mungkin aku bawa oksigen ketempat yang ingin kudatangi. Atap.
Rumah sakit memiliki tingkat 20. Sangat indah melihat pemandangan kota Seoul yang padat penduduk. Beda dengan tempatku yang sepi karena memang ada di desa. Besok aku operasi, aku tidak ingin melewatkan malam dengan ingatan yang masih milikku.
Kedua tangan membentang seperti sayap burung yang bersiap untuk terbang. Merasakan angin yang turut serta menari, udara dingin menusuk, aku terus berputar sembari membawa tiang infus agar tidak terjatuh. Aku sangat bersemangat melewati malam ini.
Lelah dan terhenti. Aku melihat lampu-lampu kota masih menyala, seperti bintang-bintang yang turun ke bumi. Ada saat aku menyesali keadaan ini dan ada saatnya ikhlas melepaskan.
Tawa di wajah sirna, kini berubah sesenggukan tangisan. Semakin lama semakin pecah, berteriak melepas sesak dan takdir. Aku semakin tidak berdaya setiap kali menangis, setiap kali memikirkan dampaknya pasca operasi. Melihat kedua tangan yang dingin dan mulai mati rasa, inilah awal dari semuanya.
"Tuhan jangan jadikan aku manusia lemah. Jika setelah ini aku melupakan segalanya, izinkan aku memilikinya lagi, aku layak untuk pertahankan kenangan ini." Doaku pada malam yang dingin.
"Kim Azalean." Suara itu datang dari belakang. Entah kapan Suga ada disana.
Wajah sudah sembab dan dingin. Hidung memerah. Suara langkah kakinya terdengar jelas, seperti irama indah. Ia memelukku dan membiarkan aku melanjutkan tangis di dadanya.
"Aku mencintaimu Yoongi. Aku harap kamu tahu itu." Ucapku disela-sela senggukan.
"Aku akan belajar mencintaimu." Jawabnya dengan suara berat dan lembutnya.
Untuk saat ini aku ingin egois terhadap malam. Semoga malam ini berjalan lambat agar bisa lama dipelukannya, dia yang sudah merampas seluruh hati untuk mencintainya.
*****
Hallo Army!!!
Makasih banyakkkk udah mampir.
Jangan lupa tinggalkan LIKE, KOMEN dan SHARE💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
You're not Idol
AdventureTentang seorang Idol yang tampan dan gayanya yang khas 'savage' tak sengaja bertemu dengan penggemarnya yang menganggap dirinya bukan Idol. Fans itu menganggap bahwa dirinya adalah malaikat yang entah mengapa turun ke Bumi.