CHP. 3

71 29 1
                                    

- PENANTIAN -

***

Waktu bergulir. Angin dingin musim salju digantikan hangatnya musim semi. Terlihat orang-orang berlalu lalang di pasar. Rakyat biasa melakukan kegiatan jual-beli mereka dengan barter, sementara para bangsawan dan orang-orang berkedudukan tinggi lainnya sudah menggunakan mata uang.

Seorang gadis muda dengan rambut pirang kecokelatan, menyaksikan semua aktivitas kerumunan manusia tersebut dari ketinggian balkon menara istana. Sorot matanya penuh rasa cemas dan kegelisahan.

Seekor burung gagak menghampirinya dengan membawa sebuah berita. Burung itu adalah peliharaan si gadis, yang memang telah dilatih dan ditugaskan sebagai pembawa berita. Kali itu ia ditugaskan untuk membawa kabar dari sang Pangeran, Maverick.

Burung itu hinggap di lengan sang gadis, kemudian berbicara layaknya manusia, "Ngak, Putra Mahkota Ke Dua akan tiba dalam beberapa minggu lagi, Ngak!" Begitu kabarnya.

Mendengar hal itu, gadis yang dikenal sebagai Putri Evangeline Cordelia van Grace, merasa kecewa akan lamanya penjemputan Putra Mahkota Pertama. Kesabarannya telah habis, dia memutuskan untuk ikut dalam pencarian. Dalam perenungannya itu, tak lama kemudian seseorang memanggil dari balik pintu kamarnya.

"Lady Cordelia, baginda Ratu memanggil Anda untuk makan siang." panggil Wanita paruh baya yang berpangkat kepala pelayan itu kepada Eva. Tetapi Eva tidak menjawab, hanya kesunyian yang terdengar.

Mendengar panggilan tersebut, Evangeline bergegas beraksi. Dia menguncir rambutnya dan membawa beberapa barang yang mungkin akan berguna dalam perjalanan.

"Lady Cordelia?" panggil Kepala Pelayan lagi.

"Sebentar, Aku akan datang!" seru Evangeline, suaranya semakin mengecil.

Tanpa benar-benar melaksanakan apa yang dikatakannya pada kepala pelayan tadi, dia mengulurkan tali dari jendela, dan turun ke lantai lain di bawahnya. Dia berayun dengan lihai, tanpa kendala. Tubuhnya telah terlatih, tak heran, orang-orang di Istana selalu cemas dengan sang Putri yang menggemari seni bela diri.

Evangeline kini berada di lantai terakhir. Dia berlari keluar, ke tempat pelatihan, dengan hati-hati mengambil busur dan beberapa anak panah.

Setelah mendapatkan senjata, dia berlari keluar, hendak mengambil seekor kuda.

Namun, di saat dirinya tengah berlari di lorong istana, dia dikejutkan dengan keberadaan sosok Baginda Ratu. Wanita itu sedang duduk di depan taman, seolah-olah sudah tahu bahwa Eva akan berada di sana dan hendak melakukan apa.

Baginda Ratu bertanya, "bukankah aku sudah menyuruh kepala pelayan untuk memanggilmu ke meja makan?" Dia menatap tajam kepada Eva.

Evangeline menelan ludahnya sendiri, lalu membalikkan badan dengan pelan.

"Evangeline Cordelia."
"Jika ada panggilan itu, dijawab."
ucap Baginda Ratu, suasana menjadi sunyi mencekam di antara mereka.

"Aku ingin menjemput kakak." jawab Eva, sembari membelakangi Ratu. Sorot matanya kosong, dia mencengkram busur ditangannya dengan erat.

"Kakakmu, Maverick, dalam perjalanan pulang. Bersabarlah sedikit lagi." bujuk Ratu kepada putrinya, dia bangkit dari duduknya, mencoba menghampiri Evangeline.

"Ini sudah hampir satu tahun, Ibu!" seru Evangeline, dia membalikkan badannya lagi menghadap sang Ibu.

"Anak sulungmu di luar sana, dengan lingkungan yang asing juga berbahaya, sementara Ibu di sini hanya menyeduh teh dan memerintahkan orang lain untuk mencarinya!" bentaknya, Sang Ratu mencoba untuk menjawab, tapi Eva tak hentinya berbicara.

Throne Wars Beneath The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang