CHP. 6

41 18 0
                                    

- SIHIR & RACUN : BAGIAN II -

***

Melihat hal itu, pemuda tadi semakin memberontak, membuat beberapa pengawal harus memitingnya untuk menahan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat hal itu, pemuda tadi semakin memberontak, membuat beberapa pengawal harus memitingnya untuk menahan dirinya. Ingin rasanya pemuda itu berteriak, menghentikan sang Pangeran memasukkan minuman beracun itu ke tubuhnya. Akan tetapi entah bagaimana suaranya tertahan, tidak mau keluar, terasa serak.

"Tidak, Tuan muda ... Jangan!" Dari kejauhan pemuda tadi hanya bisa membatin. Matanya dibayangi kengerian. Sementara Arlan, menenggak minumannya. Satu tegukan, dua tegukan, terus membasahi kerongkongannya dengan racun yang fatal.

Pemuda itu, Kaiga, kini hanya mematung pasrah. Tak ada lagi pemberontakan lagi darinya. Melihat Kaiga yang entah bagaimana sudah tampak lebih tenang, pengawal-pengawal tadi melepaskannya. "Ada apa dengan anak ini?", benak mereka.

"... Berakhir sudah." Pemuda itu membatin, putus asa, meski jauh di lubuk hatinya, dia masih berharap tidak akan terjadi apa-apa. Dia menunggu dengan cemas reaksi Arlan terhadap racun tersebut.

***

Jelang akhir acara jamuan, Baginda Ratu Grace meminta perhatian dari seluruh tamu undangannya. Dia hendak menyampaikan sebuah pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Semua tamu menyimak, terkesima akan isi pidato sang Ratu. Begitu pidato selesai, para tamu memberikan tepuk tangan yang meriah kepada pemimpin Grace. Setelahnya, mereka saling berpamitan, termasuk pula pada Tuan rumah acara.

Namun, rupanya ada seseorang yang tiba-tiba tumbang tepat di akhir pidato Sang Ratu. Semua mata tersorot pada sosok yang tumbang itu. Suasana haru riuh perpisahan berganti menjadi ketegangan yang dingin.

Bercak darah mengotori meja dan lantai. Cairan merah itu tampak amat kontras di atas kain berawarna putih yang suci. Para pelayan dan pengawal segera memeriksa apa yang terjadi, bahkan Maverick turut bergegas ke tempat kejadian.

"... Tuan muda Arlan diracuni!" seru seorang Kesatria yang sedari tadi mendampinginya, tampak para pelayan yang mulai panik melihat tuan mereka memuntahkan banyak darah dari kerongkongannya.

Maverick dan para tamu yang menangkap kejadian itu mematung dengan wajah pias. Rasa terkejut, takut dan bingung membekukan mereka. Semua orang berusaha keras mengolah apa yang baru saja terjadi di hadapan mata mereka. Lalu, kepanikan pun perlahan merambat ke seluruh ruangan.

Maverick tidak pernah menyangka akan melihat kakaknya berlutut tak berdaya di hadapannya. Melihat noda-noda darah yang mengerikan, wajah pucat pasi dan mata nanar dari sosok yang dikiranya akan selalu kokoh lagi kuat. Dengan gemetar, Maverick mendekat menolongnya sang Kakak. "Arlan, apa yang terjadi padamu!?" tanyanya, lebih seperti tak percaya terhadap apa yang telah terjadi di hadapannya.

Throne Wars Beneath The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang