CHP. 2

100 32 6
                                    

- APEL HIJAU & SERANGGA -

***

Di lorong istana, suara langkah kaki seorang anak laki-laki terdengar. Dia tengah menuju suatu ruangan. Senandung kecilnya mengiringi. Busur dan panah tersampir di pundaknya, dia tampak siap untuk pergi ke tempat pelatihan. Anak itu dengan bersemangat menjemput teman latihannya.

Dia sampai di depan sebuah pintu besar, mengetuk pelan pintu tersebut sembari berkata,

"Arlan, apa kau ada di dalam?" panggilnya, lalu mendekatkan telinga ke pintu.

Anak itu kembali mengetuk dan memanggilnya, namun sunyi yang dia dapati. Tak ada jawaban sama sekali dari dalam.

"Kak, ini aku Kazeel ..." ucapnya.

"Apa kau sungguh tak mau membukakan pintunya untukku?" Ekspresi anak itu berubah murung.

Anak yang menyebut dirinya Kazeel itu melihat sekeliling, dan menyadari bahwa tak ada pengawal maupun pelayan di lorong tempatnya berdiri. Hanya ada dirinya, dan pintu besar yang membatasinya dengan kakaknya.

Mungkin, Arlan, sang Kakak, yang meminta para staf istana untuk pergi meninggalkan tempat itu. Seolah-olah dia ingin mengisolasi diri dalam duka atas apa yang telah menimpanya dan teman-temannya.

"Aku tahu, Arlan saat ini kondisinya tak baik ... Oleh karena itu, aku ingin menghiburnya agar dia kembali bersemangat seperti biasanya." batin Maverick, dia merenung di hadapan pintu kamar Arlan, memandangi pintu besar dan kokoh itu.

Tanpa mendapat satupun jawaban, hari itu Kazeel Maverick pun pergi meninggalkan lorong yang sepi. Hal itu terus terulang keesokannya harinya, dan keesokan harinya lagi. Maverick kembali dan masih tak mendapat tanggapan sama sekali. Seakan manusia di balik pintu besar itu hendak berduka sampai mati.

Namun, Maverick yang masih berusia 10 tahun saat itu tidak kehabisan ide. Segala upaya dia lakukan untuk menghibur sang Kakak. Mulai dari mengundang burung-burung Merpati ke depan pintu kamarnya, sampai memetik buah kesukaannya, apel hijau, dua keranjang penuh.

Hingga pada suatu hari, Maverick kembali mengunjungi kakaknya seperti biasa. Kali ini dia ditemani adik perempuan mereka, Evangeline.

"Kak Arlan!" panggil Eva dengan riang.
"Evy mau belajar sama kakak lagi, ayo kesini!" bujuknya, dengan sebuah buku di genggaman tangan kecilnya.

"Arlan, Eva sudah bisa membaca, lho!" ungkap Maverick, "karena aku yang mengajarinya" lanjutnya dengan bangga. Berharap hati sang Kakak tergerak. Tetapi nihil.

Meski tak ada jawaban, mereka tetap memutuskan belajar bersama di depan pintu besar ruangan Arlan. Di tengah kegiatan mereka, seorang pelayan wanita muda memperhatikan dari kejauhan. Pelayan itu penasaran akan apa yang sedang mereka lakukan, lalu menghampiri tuan dan nona kecilnya.

"Tuan muda dan Lady, sedang apa disini?" Tanya pelayan itu. Spontan Eva menjawab, "belajar, kak!"

"Wah, belajar yang rajin ya ..."
ucap si pelayan, seraya tersenyum manis.

"Apa kakak mau belajar bersama kami?" tanya Maverick kepada pelayan, "yuk, pasti seru kak!" bujuk Eva dengan sorot mata berbinar-binar.

Throne Wars Beneath The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang