- RINDU -
***
Berteman suara kicau burung dan angin sepoi-sepoi yang membelai pepohonan, matahari bersinar dengan indahnya di langit. Dedaunan menari mengikuti irama angin. Cahaya matahari menembus jendela salah satu villa putri selir. Nampak seorang gadis yang sedang menyulam kain. Dengan rambut merah marun yang cantik dan mata berwarna biru laut yang memikat.
Burung-burung kecil hinggap di jendelanya, memperhatikan dia yang sedang menyulam sembari mendengarkan cerita seorang gadis yang saat ini menemaninya.
"Sungguh? Dia mengejarmu secepat itu?" tanya gadis berambut merah itu dengan tertawa, tangannya berhenti menjahit dan menutup mulutnya. Tawa anggun ala bangsawan yang telah dilatih seumur hidupnya.
"Aku bersungguh-sungguh! Itu semua karena anjingnya membuatku panik setengah mati." jawab temannya, tangan gadis itu mengepal.
Kedua gadis itu adalah Putri Mahkota Evangeline Cordelia dan Lady Marinette, Putri selir Raja yang ke empat.
Mendengar cerita Eva, Marin terus tertawa. Karena Louis memergokinya dengan mudah setelah mampu mengelabui Arthur yang lebih ketat. Kedua gadis itu cukup dekat, Evangeline suka menyusup ke villa dengan berbagai ceritanya, dan Marinette suka mendengarkan cerita Evangeline. Tak jarang dia memberikan kain sulam buatannya kepada Sang Putri, bahkan cadar hitam itu juga pemberian dari Marinette.
Inilah tujuan Evangeline menyusup Villa putri selir, untuk bertemu dengan Marinette di dalam bilik kamarnya. Tapi kali ini, Marinette-lah yang menemukan Evangeline di luar jendelanya. Awalnya, Marin terkejut dengan kehadiran sang Putri setelah dua tahun tak bertemu, saat melihat sang Putri sedang memanjat naik ke atas menuju kamarnya, dia segera bergegas membantu sang Putri untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Sekarang bagaimana? Bukankah kamu sudah ketahuan?" Tanya Marin lagi, tangannya kembali bekerja melanjutkan sulamannya.
"Itu sebabnya, aku harus bergegas memberi tahumu tentang ini." ungkap Evangeline, mendekatkan diri pada Marinette.
Tanpa menyelesaikan sulamannya, Marinette memasang telinga menyimak penjelasan Evangeline dengan seksama. Ekspresi tak percaya tampak di wajahnya. Kedua tangannya terangkat menutup mulutnya, matanya membulat.
"Jadi, apa yang dikatakan rumor itu tidak benar?" Marinette bertanya.
"Rumor yang mana lagi?" lempar Evangeline.
"Tentang Putra Mahkota Pertama yang di usir dari istana karena mempelajari sihir gelap, lho!" jawab Marinette, dia bangkit dari duduknya.
Mendengar hal itu, spontan Eva menjawab, "Tentu saja, tidak." ucapnya mendongak menatap Marinette.
"Aku merasa sedih atas apa yang terjadi. Pangeran diusir karena kesalahan yang tak dia perbuat. Bukankah itu tidak adil?" ungkap Marinette, Matanya menatap keluar jendela.
"Bagaimana bisa Baginda Ratu kita Yang Mulia mengambil tindakan seperti itu? Maksudku ... Pangeran Arlan adalah pewaris yang sah, bisa saja orang lain biang keladinya, kan?" sambungnya lagi, tanpa disadari air matanya menetes. Begitu besar simpatinya kepada Arlan, membuat hatinya terasa sakit.
Mendengar hal itu, Evangeline mengangguk. Marinette memiliki pemikiran yang sama dengannya. Dia bangkit dari duduknya, mencoba menghampiri Marinette yang berdiri di hadapan jendela tinggi.
"Baginda Ratu telah memerintahkan Jenderal Liu untuk menjemput pangeran Arlan. Bahkan, Pangeran Maverick juga ikut dalam pencarian." ucap Evangeline. Marinette membalikkan badannya menghadap Eva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne Wars Beneath The Moonlight
Ficção HistóricaPanthera Arlan van Grace, Sang Putra Mahkota kerajaan Grace. Diasingkan dari kerajaannya sendiri atas fitnah sang adik ... Maverick Berjuang melawan perebutan takhta yang licik, iri dengki dan sihir gelap dari saudara kandungnya sendiri. "Hidup atau...