- NIHIL.-
***
Arlan siuman, namun hanya dalam hitungan detik, setelah meracau bagai orang hilang ingatan, Putra Mahkota Pertama kembali tidak sadarkan diri. Dengan tidak adanya kemajuan dari kondisi Arlan, yang tentunya memengaruhi abstainnya sosok Putra Mahkota dari khalayak publik, berbagai macam rumor mulai menyebar kemana-mana.
"Apa kau sudah lihat kabar dari koran minggu ini?" tanya seorang lelaki kepada temannya.
"Oh, sudah. Kabarnya pelaku maling kambing ternak milik warga sudah ditangkap, ya." jawabnya, sembari memberi segelas minuman.
"Bukan, bodoh. Ini tentang pangeran Arlan yang dikabarkan sedang mengalami kondisi kritis," Pria itu menyodorkan selembar kertas koran dengan judul utama yang ditulis tebal-tebal dan besar-besar.
"Katanya, kondisinya sudah kritis sejak acara pelantikan putri cordelia." sambungnya, lirih. Teman lelaki itu terkejut dan segera membaca koran tersebut.
Namun tanpa peringatan, seseorang datang menghampiri mereka. Anak itu mengambil lembaran koran tersebut dengan kasar, lalu berkata, "heh, apa bagusnya berita ini? murahan sekali." ejeknya, kesal. Koran tersebut dibawanya pergi, meninggalkan dua pria tadi yang kebingungan.
"Apa-apaan anak itu?"
Anak itu adalah Kaiga, yang tengah selesai mengirim suatu barang ke ibukota. Tidak hanya sekali, bahkan hampir berkali kali dia mendengar orang lain berbicara mengenai keadaan pangeran Arlan. Dia sangat muak, padahal dia berpikir masalah ini tidak akan tersebar ke luar istana.
***
Sementara itu, di sebuah villa besar yang terletak di tepi danau, sebuah villa yang juga dikenal sebagai villanya para putra-putri selir raja, di kediaman asrama putri, seorang gadis berlari ke sana kemari sembari meneriakkan nama seseorang. Suaranya terdengar ke seluruh ruangan, sampai akhirnya si pemilik nama yang dipanggil-panggil itu datang menghampirinya.
"Catherine, Catherine!" panggil gadis itu, nafasnya terengah-engah.
"Marinette, ada apa? Aduh, coba lihat dirimu, kenapa kau terlihat kacau sekali?!" Sahut gadis yang dipanggil Catherine itu. Dia kebingungan, berusaha menenangkan gadis yang dia panggil Marinette.
setelah menenangkan diri, Marinette mulai mengeluarkan kegelisahannya, "apakah yang dikatakan orang-orang itu benar? katakan padaku bahwa ini hanya mimpi buruk, Catherine!" Marinette merengek.
Catherine semakin kebingungan, dia mengerutkan dahinya dan balas bertanya, "apa maksudmu, Marinette? Kalau berbicara itu jangan nanggung, dong! Aku jadi tidak paham. Bikin kesal saja."
"... Pangeran Arlan akan baik-baik saja, kan? Aku mendengar rumor dari para pelayan kalau keadannya semakin kritis!!! Oh, Ya Tuhan, jika berita itu benar, rasanya ... rasanya aku akan pingsan!" Marinette berseru, gadis itu bertingkah seakan dia sendirilah yang sedang ditimpa kemalangan. Catherine baru sempat mengangguk mengiyakan lawan bicaranya, tanpa bisa menjawab lebih detail repetan Marinette, tiba-tiba saja gadis itu hilang kesadaran dan ...
BRUK!!
Tak disangka, gadis itu benar-benar pingsan seperti yang tadi dikatakannya. "Astaga, Marinette!" Catherine memekik panik, dia begitu terkejut. Kalang kabut, dia segera memanggil para pelayan untuk membawa Marinette ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne Wars Beneath The Moonlight
Historische RomanePanthera Arlan van Grace, Sang Putra Mahkota kerajaan Grace. Diasingkan dari kerajaannya sendiri atas fitnah sang adik ... Maverick Berjuang melawan perebutan takhta yang licik, iri dengki dan sihir gelap dari saudara kandungnya sendiri. "Hidup atau...