Gadis dengan rambut cepolnya itu berdiri seorang diri di halte bis dekat sekolahnya. Ia sedang menunggu seseorang untuk menjemputnya.
Kakinya ia hentakkan ke tanah ketika merasa seekor nyamuk menyerang kaki bersihnya. Mulutnya yang mungil itu mengeluh lelah karna tidak ada tempat untuk ia duduki.
Sebenarnya di halte tersebut disediakan tempat duduk. Namun karena semalam habis hujan deras disertai angin, membuat tempat duduk tersebut basah dan kotor.
Tak lama sebuah mobil sedan tiba dihadapannya. Kaca jendela yang semula tertutup perlahan menurun menampakkan isi didalamnya.
"Daddy lama sekali!" keluh Lucia.
"Maafkan Daddy, tadi macet di jalan. Ayo, masuk." Pria tua dengan kemeja hitam yang dilingkis sebatas siku itu tersenyum lembut.
Lucia dengan perasaan kesalnya membuka pintu mobil sedan tersebut dan segera masuk.
"Maafkan daddy, cantik. Tadi daddy sudah berusaha untuk cepat, tapi macet dimana-mana." Pria tersebut mengelus pipi putrinya dengan sayang.
Hati mana yang tak luluh jika diperlakukan seperti ini? Lucia menganggukkan kepalanya perlahan. Walau dengan bibir yang masih mengerucut.
"Yaudah, yuk, pulang." Pria dengan nama dada Jatmiko tersebut menjalankan mobilnya dengan perlahan.
Selama perjalanan, Lucia terus menceritakan kesehariannya di sekolah layaknya anak kecil. Ia dengan wajah gembirnya menceritakan bahwa ia mendapatkan nilai seratus dipelajaran matematika. Sungguh seperti bocah TK.
Jatmiko hanya tersenyum mendengarkan. Sesekali menanggapi cerita putrinya yang menurutnya perlu untuk ditanggapi.
Tak terasa mobil yang dikendarai Jatmiko perlahan memasuki kawasan daerah rumah keluarganya.
Mobil sedan hitam tersebut berhenti tepat didepan sebuah rumah sederhana dengan taman mini dihalamannya.
Lucia lebih dulu turun dari sana disusul dengan Jatmiko setelah memarkirkan mobilnya dengan benar.
"Mama!!!" Lucia berteriak dari teras rumahnya. Hal yang selalu dilakukan ketika ia baru tiba di rumah.
"Haduh, dek! Jangan teriak! Nanti didengar tetangga!" sahut Nareswari yang baru keluar.
"Apasih, ma! Anak pulang sekolah tuh di sambut dengan hangat! Bukan malah diomelin!" ujar Lucia.
"Iya-iya. Yaudah kamu ganti baju, terus makan. Mama udah masakin di dapur," ucap Nareswari sambil mengusap rambut hitam Lucia.
"Ay ay captain!"
Nareswari hanya menggeleng kecil melihat tingkah anak satu-satunya itu. Putrinya, selalu seperti anak kecil.
"Kalau begitu, aku balik dulu, ya, ma," panit Jatmiko.
"Ngga makan dulu Dad?" tanya Nareswari sembari menyalimi tangan suaminya.
"Nanti aku makan di jalan aja. Soalnya aku harus jemput anak majikan di tempat bimbel," jelas Jatmiko. Lantas segera kembali bekerja setelah berpamitan kepada istrinya.
Mobil yang dikendarai oleh Jatmiko sebelumnya merupakan mobil dari majikannya. Iya, dia bekerja sebagai supir probadi dari seorang pengusaha di kotanya.
Hidup keluarga mereka sangat sederhana dan berkecukupan jika hanya untuk makan sehari tiga kali. Walau begitu, Lucia tidak pernah merasa hidupnya kekurangan. Ia akan mendapatkan seluruh keinginannya walau membutuhkan waktu yang cukup lama.
Jelas Lucia tidak merasa kekurangan kasih sayang. Semua orang tua di dunia ini pasti akan mengorbankan nyawa mereka untuk anaknya. Namun Jatmiko dan Nareswari rela dunianya hancur sekalipun hanya untuk Lucia merasa bahagia.
YOU ARE READING
SUNNY 7
FanfictionPerkumpulan 7 remaja yang awalnya hanya sebatas organisasi yang kini telah membentuk sebuah circle pertemanan yang sangat erat. Siapa yang tak kenal dengan nama "GWENCANA" di sma Candra Buana itu? Hampir seluruh antero sekolah, bahkan tukang kebun...