"Gara-gara si curut, kita jadi pindah singgasanaa!" Lili menggerutu ditempatnya.
Kini mereka berada di kediaman keluarga Lucia. Ketujuh personil gwencana itu memilih untuk mencari aman untuk saat ini. Dan disinilah tempat yang menurut mereka paling aman.
"Untung tante sama om lagi pergi," ujar Agata dengan membawa secangkir minuman.
"Baek-baek lo pada sama gue!" Lucia berucap dengan angkuh. Ia merasa sudah merelakan rumahnya di hancurkan oleh teman-teman gilanya.
Omong-omong Nareswari dan Jatmiko sedang tidak berada di rumah. Kedua orang tuanya pamit malam ini tidak pulang karena harus menemani adik dari ibunya itu di rumah sakit.
"Iya-iya! Sama teman sendiri perhitungan banget!" Nicky melempar bungkus kuaci ke muka Lucia.
Mereka semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu. Berbagai jenis minuman alkohol dan makanan tersedia dihadapan mereka.
Ucapkan terimakasih kepada Lili. Karena anak itu yang membayari ini semua khusus malam ini.
"Nyalain musiknya, dong! Gue sumpek banget mikirin curut!" Nicky berteriak dengan setengah sadar. Entah ia sudah habis berapa gelas malam ini.
Lucia dengan sigap langsung menyalakan pengeras suara milik mamanya.
"Lo tadi ngapain ke belakang sekolah, Ta?" Ertha bertanya kepada Agata.
"Biasa. Ngusir circle jamet!" jawab Agata.
Ia tak bisa menjelaskan rencananya sekarang. Tapi pasti, ia akan memberitahu teman-temannya.
Ertha hanya mengangguk mendengar jawaban Agata.
Disisi lain, Lili dan Anna sudah berjoget menikmati musik DJ yang dinyalakan oleh Lucia. Kedua gadis itu sudah diambang kesadaran.
Entahlah. Sepertinya keenamnya akan tinggal di rumah Lucia malam ini.
Melihat kekacauan yang terjadi, Ertha yang tak ikut mengonsumsi itu pun ikut pusing melihatnya. Ia sedari tadi hanya menikmati cemilan yang dibelikan oleh teman sultannya.
"Huwohoho! Kita harus membasmi curut!" seru Anna tiba-tiba.
"Ayoo!!" sahut Lili dengan badan yang terus bergoyang.
Agata hanya tertawa melihat tingkah temannya. Kewarasannya masih terjaga. Karena memang Agata tak pernah minum sampai mabok.
"Gue tau lo lagi ngerencanain sesuatu, Ta," ucap Cello tiba-tiba.
Gadis itu hanya tertawa. Ia juga tau jika temannya ini sadar bahwa ia memiliki rencana. Kemampuan menebak Cello benar-benar tak bisa dikalahkan.
"Bilang, Ta. Jangan dihadapain sendiri," lanjutnya.
Suara mereka teredam oleh suara musik yang sangat keras. Sehingga tidak ada bisa mendengar suara mereka dan atensi teman-temannya teralihkan oleh dua bocah yang bergoyang dihadapannya.
"Lo tenang aja, Qill. Semuanya bakal baik-baik aja." Agata berusaha meyakinkan Cello.
Cello menendang lutut Agata cukup keras. Ia kesal karena temannya satu ini selalu menyembunyikan banyak hal darinya.
"Udah, ah. Nikmatin aja malam ini," ucap Agata. Dirinya perlahan bergerak mengikuti beat yang terdengar.
"Padahal kemaren ada yang janji bakal stop beginian!" Suara Ertha terdengar diantara mereka.
"Tau. Ntar kalau ketahuan, repot lagi, dah!" Lucia menyahuti.
"Emang mereka tau? Udah lah. Nikmatin aja malam ini!" Agata mengangkat tinggi gelasnya. Membuat Cello turut mengangkat gelasnya.
Lucia dan Ertha kompak menggeleng. Setelah ini sepertinya mereka berdua harus mencari cara untuk mengangkat teman-temannya yang tepar. Untung saja kedua orang tua Lucia sudah tau sifat-sifat teman-temannya. Jadi ketika keesokan hari mereka tiba, Lucia tak sebegitu khawatir karena orang tuanya akan marah.
Namun tetap saja. Ia harus membereskan kekacauan ini! Lihat saja, sampah kulit kuaci sudah berserakan dimana-mana. Belum lagi asap rokok yang mengebul didalam ruangan. Lucia harus membuka semua jendela dirumahnya agar semua asap itu keluar.
"HUWEKKK!!"
Nah, belum lagi ini.
Lili berlari menuju wastafel dengan sisa kesadarannya yang ada. Ia memuntahkan seluruh isi perutnya hingga ia merasa lemas dan pingsan ditempat.
Ertha dan Lucia membiarkannya. Hal ini sudah biasa terjadi. Orang pertama yang akan muntah adalah Lili. Gadis itu hanya kuat minum beberapa gelas saja. Tapi yang namanya Lili, ia keras kepala dan terus minum hingga lambungnya sendiri yang akan mengamuk seperti sekarang.
Jam sudah menunjukan dini hari. Dan mereka masih belum ada yang berniat untuk mengakhiri ini. Untung saja besok itu hari minggu. Setidaknya mereka tak perlu bangun pagi untuk berangkat ke sekolah.
Lucia terlihat sudah menguap di tempatnya. Ia adalah satu-satunya orang yang tak tahan ngantuk.
"Guys, kalian ga ngantuk?" tanyanya dengan suara lirih.
"Duluan aja, nanti gue yang beresin ini." Agata yang masih tersadar menyahut.
Lucia menganggukan kepalanya. Lalu ia segera pergi ke kamarnya dan tertidur. Gadis itu benar-benar sudah mengantuk.
Tak lama dari kepergian Lucia, Agata berniat terlebih dahulu untuk membersihkan kekacauan. Diantara semuanya tersisa dirinya yang masih tersadar. Ertha sudah tertidur di sofa, dan teman-temannya yang lain sudah tak sadarkan diri semua.
Pertama yang akan gadis itu bangunkan adalah Ertha. Karena hanya dia yang tak terpengaruh oleh alkohol.
"Bantu gue gotong anak-anak," ujarnya ketika melihat Ertha membuka matanya.
Lucia tadi sudah menyiapkan kamar untuk teman-temannya tidur. Tak luas. Hanya berisikan 2 kasur tanpa ranjang yang muat untuk 5 orang. Mungkin nanti dirinya akan tidur di kamar Lucia atau tidur di sofa.
Setelah memastikan teman-temannya aman. Ia kembali duduk di sofa. Menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam-dalam.
Kali ini Agata masih belum bisa tertidur. Isi kepalanya masih sangat penuh. Banyak rencana yang terkumpul menjadi satu.
Mungkin setelah ini Agata akan lebih berhati-hati dan tetap waspada.
Semoga tidak ada hal buruk kedepannya.
YOU ARE READING
SUNNY 7
FanfictionPerkumpulan 7 remaja yang awalnya hanya sebatas organisasi yang kini telah membentuk sebuah circle pertemanan yang sangat erat. Siapa yang tak kenal dengan nama "GWENCANA" di sma Candra Buana itu? Hampir seluruh antero sekolah, bahkan tukang kebun...