10

3 0 0
                                    

'Buset, percaya diri banget nih cewe, beruntung deh si Amar gajadi sama dia, ngeri yang ada' batin Angga setelah mendengar apa yang baru saja Bella katakan

Tak mau berlama-lama disitu, Angga pun memutuskan untuk kembali melanjutkan niatnya membeli segelas minuman dan ingin segera pergi dari tempat itu

"Oh iya Bell, gue cabut dulu ya, ada urusan nih" kata Angga

"Sok sibuk banget lu, urusan apaan emang?" Ucap Bella dengan mata fokus menatap handphonenya

"Ada lah urusan gue, gue tinggal ya, bye" ucap Angga sambil berlalu dari hadapan Bella

Bella menatap kepergian Angga dan sebuah ide muncul di benaknya begitu saja

"Apa gue, minta tolong Angga aja ya buat ngedeketin gue sama Amar, bodoh amat lah dia udah punya istri atau belum, yang penting gue sama Amar bisa bersatu lagi" gumam Bella dan setelah itu pergi meninggalkan cafe itu

~

Keesokan harinya, Amar dan Ratih dikejutkan dengan kedatangan bi Sari

"Mana mar surat tanah ibumu, bibi pinjem dulu, penting banget ini" pinta bi Sari dengan nada yang memaksa

Amar sudah berulang kali menegaskan kepada bi Sari, sampai kapanpun Amar tidak akan pernah mau untuk meminjamkan surat tanah itu, karena itu merupakan hadiah pernikahan untuk Amar dan Ratih dari ibu dan bapak Amar

"Bi, udah berapa puluh kali Amar bilang, Amar gamau bi, jadi tolong jangan maksa Amar kayak gini" bela Amar karena sejujurnya dia sudah jengah dengan sikap bi Sari yang pemaksa dan harus mendapatkan apa yang dia mau saat itu juga

"Tolong bi, jangan memaksa mas Amar seperti ini" tegas Ratih kepada bi sari dengan nada lembut agar tidak menyinggung perasaan bi sari

"Pelit banget sih Mar kamu sama bibimu sendiri, ga inget kebaikan yang pernah bibi lakuin ke kamu, ke keluarga kamu? kamu mau lupa gitu aja? HA?!" bentak bi Sari dengan nada yang meninggi

Amar pun mengelus dadanya mendengar ucapan bi Sari, selalu saja yang dibahas tentang kebaikannya kepada keluarga Amar dulu, kebaikannya yang sudah membantu Amar untuk bisa bersekolah

"Bi, sampai kapan sih bibi bakalan mbahas itu? ga baik bi begitu, aku sama keluargaku juga gaakan lupa kok tentang kebaikan bibi dulu ataupun sekarang cuma untuk masalah surat tanah aku bener bener gabisa bi, aku gamau ". Jelas Mas Amar berharap bi Sari bisa menerima dengan keputusan yang Amar berikan

"Yaudah kalau gitu, uang yang bibi pinjem kemarin gaakan bibi balikin, itung itung aja itu nyicil buat mbayar hutang budi kamu sama keluarga kamu ke bibi" kata bi sari sambil bersedekap dengan sombongnya

"Astaghfirullah.." ucap Ratih spontan

"Bi, hutang tetap hutang bi, hutang itu wajib dilunasi, bibi mau ditagih di akhirat nanti? Sahut Amar

"Bibi ga takut dan gamau tau, yaudah ya emang dasarnya kalian pelit aja jadi gausah bicara soal akhirat"

Setelah mengatakan itu bi sari pun pergi meninggalkan rumah mereka,

"Mas yang sabar yaa, istighfar mas" ucap Ratih kepada Amar sambil mengelus punggungnya untuk meredakan emosi, walaupun kalau dilihat mata Amar diam saja tapi Ratih tau dia sedang memendam puncak emosi disana karena sorot mata bisa menggambarkan semuanya

"Yaudah yuk mas masuk, aku bikinin teh ya" ajak Ratih kepada Amar dan menggandeng Amar masuk ke dalam rumah

Sesampainya di meja makan, Ratih langsung saja membuatkan Amar secangkir teh hangat berniat agar suasana hatinya bisa lebih baik dari sebelumnya

"Mas ga nyangka sama bi Sari, mas ngerasa sikapnya makin kesini makin semena mena sama kita sayang, udah berapa puluh kali mas bilang kalau mas gaakan minjemin surat tanah itu bukan cuma ke bi sari doang tapi semuanya, tapi malah dia bilang gamau bayar uang yang dipinjem kemarin" ucap  Amar sambil memijat pelipisnya yang dirasa sedikit berdenyut karena ulah bi sari

"Aku sebenarnya juga mas, cuma ya gimana kita gabisa apa apa, cuma bisa sabar aja, gapapa mas ikhlasin aja uang yang dipinjem kemarin, in syaa Allah besok ada gantinya" papar Ratih sambil ikut duduk di meja makan itu

"Tapi sayang, itu kan uang hasil penjualan kalung mu" ucap  Amar menatap Ratih sendu

"Gapapa mas, aku berusaha ikhlas kok, cuma ya mungkin efeknya aku ga bakalan minjemin uang lagi ke bi Sari mas, karena selain bi sari udah bilang seperti itu aku gamau membuat bi sari terjerat dosa yang sengaja dia buat dengan gamau bayar hutang" tegas Ratih mantap

"Iya sayang mas setuju, mas juga gamau seperti ini terus terusan, untuk uang hasil penjualan kalung mu nanti kalau mas udah ada rezeki lagi mas beliin yang model terbaru ya" kata  Amar sambil tersenyum pada Ratih

"Iya mas, semoga mas selalu diberi kelancaran dan kemudahan dalam menjemput rezeki-Nya"

"Aamiin, yaudah kalau gitu mas berangkat kerja dulu yaa, jangan lupa rumahnya dikunci , mas berangkat dulu assalamu'alaikum " pamit  Amar pergi untuk bekerja

"Iya mas, wa'alaaikumussalam " jawab Ratih

Meniti Hidup Bersama Denganmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang