『①』- Gedung

243 61 21
                                    

【✯】

Di mana aku? Kenapa aku ada di sini?

Aku tidak dapat mengingat apa yang telah terjadi. Kepalaku sakit sekaligus pusing. Pandangan mataku kabur. Diriku terbangun di sudut suatu ruangan.

Ruangan ini kosong, hampir tidak ada cahaya yang masuk ke ruangan ini. Tidak ada barang apapun di sini, hanya ada debu yang bertebaran dan oksigen yang memasuki paru-paruku. Kegelapan hampir menyelimuti seluruh sudut ruangan ini.

Pikiranku penuh dengan ribuan pertanyaan. Akan tetapi, tubuhku penuh dengan rasa sakit. Tenaga di dalam tubuh kurus ini telah tumbang.
Cat putih yang menyelimuti dinding ruangan ini membuat pikiran gelisah. Padahal, lantai di ruangan ini terbuat dari kayu berwarna cokelat. Namun, tetap saja terasa hampa.

Tangan ini terasa gatal ingin mewarnai dinding itu dengan cat, pensil warna, maupun crayon yang berwarna-warni. Sehingga, dinding itu menjadi lebih berwarna seperti kehidupanku yang dulu. Kehidupanku yang sekarang sedang dalam proses pewarnaan. Pewarnaan yang membutuhkan kurun waktu yang panjang.

Di saat berbagai pertanyaan bermunculan di dalam pikiranku, sebuah nametag berada di dalam genggaman tanganku saat merogoh saku jaketku. Nama “Ashana Tara” terukir pada nametag itu. Nama yang asing. Kenapa ada benda ini di saku jaketku?

Tidak ada apapun di saku jaketku selain nametag ini. Handphone, dompet, KTP, kunci rumah, bahkan uang logam tidak ada di dalam sakuku. Apakah diriku diculik, lalu dikurung di tempat yang tidak kuketahui agar tidak bisa kabur?

Setelah beberapa saat mataku meratapi nametag itu, diriku menyadari bahwa pakaian yang kukenakan bukanlah pakaian milikku.

Pakaian siapa ini? Apakah nama yang ada di nametag ini adalah nama pemilik pakaian ini? Jaket coklat—yang mirip seperti jaketku—menyelimuti sweater putih dengan sablon bertuliskan “I'm waiting for you at the next door” dengan celana jogger berwarna hitam pekat.

Kedua pergelangan tanganku memeluk tubuhku yang menggigil kedinginan—meskipun saat ini sebuah jaket tebal menyelimuti tubuh kurusku.

Ini hanya perasaanku saja atau tubuhku menjadi lebih kurus daripada biasanya? Jemariku menyentuh wajah yang menjadi lebih tirus.

Tanganku terlihat lebih ramping. Tulang jari-jemariku menunjukkan bentuknya di permukaan kulit.

Akhir-akhir ini aku memang sering telat makan. Bahkan, aku pernah hanya memakan nasi dingin dengan kecap di atasnya, lalu tidak makan selama tiga hari, selama itu aku hanya meminum air botol kemasan.

Aku berusaha menahan lantunan gerutu dari perutku agar tidak terdengar oleh orang lain, dan juga serangan rasa dahaga pada tenggorokanku yang kian mengering. Rambutku juga menjadi lebih panjang. Bagaimana bisa rambutku tumbuh secepat ini? Tubuhku juga terasa aneh.

Di tengah kegelapan, terdapat secercah cahaya yang masuk ke ruangan hampa ini. Di depanku berdiri sebuah pintu kayu dengan gagang pintu klasik yang berkarat.

Aku tidak yakin pintu itu berfungsi dengan baik. Secercah cahaya muncul pada sela pintu yang berada di hadapanku. Tubuhku bangkit dari posisi duduk, lalu membuka pintu itu.

Saat keluar dari ruangan melalui pintu itu, terdapat sebuah lorong panjang yang berada di sisi kiriku. Lorong tersebut dipenuhi banyak pintu di sisi kirinya serta jendela pada sisi kanannya.

Begitu juga dengan lorong di sebelah kananku—yang memiliki pintu di sisi kanan dan jendela di sisi kiri. Sepertinya, aku berada di sebuah gedung. Terdapat berbagai lukisan tergantung di sela-sela pintu.

Gedung PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang