Chap. 12 : That was Close

2.1K 217 2
                                    

(Becky's POV)

"Aku menunggumu di kamar." Bisik Freen ditelingaku.

Kami baru saja pulang dari pasar malam dan bergantian memakai kamar mandi untuk membasuh diri dan menggosok gigi.

Aku tahu betul maksud perkataan Freen itu dan aku belum siap.

Ketika Freen sudah menutup pintu kamar, aku buru- buru menuangkan obat tidur yang kubeli di apotik ke dalam gelas berisi air putih.

Cklek.

"Ini minum dulu." Aku menyodorkan segelas air putih yang sudah kusabotase kepada Freen dan segera meminum air dari gelasku.

Aku mengamatinya meneguk air itu sampai habis berharap obat itu segera bereaksi.

"Kau siap?" Tanya Freen.

"Oh ehh... Tunggu dulu aku harus memakai skin care ku." Aku berasalan untuk mengulur waktu. Cepat- cepat aku duduk di meja rias dan mengaplikasikan sesuatu ke wajahku dengan sangat lambat.

Aku melirik Freen dari cermin. Sial sekali. Bukannya menunggu di kasur tapi dia malah berdiri di belakangku melipat tangannya.

"Kenapa tidak tiduran dulu?" Tanyaku gugup. Aku berharap dia merebahkan dirinya di kasur agar obat itu lebih cepat bereaksi.

"Aku sudah tidak sabar. Kau sudah selesai atau akan terus mengusap wajahmu dengan kapas kering?" Aku baru menyadari kalau sedari tadi kapasku kering dan Freen sadar kalau aku hanya mengulur waktu saja.

"Berdirilah." Ucapnya.

Aku berdiri dan membalikan badanku dengan pelan.

"Kemari." Dia memanggilku.

Dengan sangat gugup aku melangkah ke arahnya. Kenapa obatnya lama sekali bereaksi.

Begitu aku dihadapannya dia segara menangkap tubuhku dan melemparku ke kasur dengan pelan. Aku terjatuh telentang di kasur dan dengan pelan Freen mulai menaikiku.

"Uhh Freen? Freen! Kau mau apa?" Ucapku panik saat dia mulai merangkak di atasku.

"Bukankah sudah jelas? Aku ingin hak ku!" Ucapnya begitu wajah Freen sudah berada di hadapanku.

Detik berikutnya dia memalingkan wajahnya ke arah leherku. Nafasnya yang panas menerpa leherku membuatku semakin gemetar. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku saking paniknya.

"Freen tu-tunggu dulu ak- ahh!" Aku tidak sengaja mendesah ketika merasakan bibir panasnya menghisap leherku. Kedua tangannya menahan tanganku diatas kepalaku dan pinggulnya bergerak erotis mencoba menggesekan penisnya ke selangkanganku.

"Ahh ahh Freen..." Aku merintih merasakan penis kerasnya yang masih dilapisi kain itu.

Aku hanya bisa diam saja berharap obat itu segera bereaksi. Dia terus menghisap, menggigit, dan menjilat leherku memberi tanda disana.

2 menit kemudian aku merasakan hisapan bibirnya mulai melemah dan menit berikutnya badannya ambruk diatasku. Berat sekali.

"Freen? Ugh Freen? Menyingkirlah kau berat!" Aku berusaha mendorongnya menjauh. Ada apa dengannya?

Tiba- tiba aku mendengarnya mendengkur. Dia tertidur.

Dengan sekuat tenaga aku menggulingkannya kesebelahku.

Hampir saja.

The Contract (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang