Bab 3

155 16 1
                                    


.

.

.

.

Happy Reading

.

Enjoy:}

.

Pria dengan setelan jas lengkap itu berdecak kesal, menatap dari bingkai pintu warnet caffe yang tak jauh dari sekolah putranya. Ia melonggarkan dasinya sebelum menghampiri pemuda yang asik dengan dunia dibalik layar komputernya.

Jongin menarik telinga Haechan yang masih asik bermain game pada jam sekolah tanpa menyadari kehadirannya, Ia sudah hafal dengan kelakuan putranya yang akan kabur kesini. Bagaimana bisa putra satu-satunya yang ia besarkan dengan kasih sayang tumbuh senakal ini. "Appa sudah cukup, lepaskan sakit" Haechan mengerucutkan bibirnya setelah duduk di kursi penumpang setelah di dorong kasar masuk ke dalam mobil oleh Appanya. 

"Appa lelah mendapat telepon dari walikelasmu, satu hari saja cobalah tidak berulah ibumu akan darah tinggi jika tahu kejadian seperti ini terulang lagi, dengar tidak Haechan Kim?!" Haechan mengangguk saja, yah bagaimana kerasnya ia diluar, ia tetap anak kesayangan ibu dan Appanya.

"Yah, Appa jangan laporkan pada ibu agar ibu tidak darah tinggi" Jongin memutar bola matanya kesal, putranya itu pintar sekali membalas ucapan orang tua, anak durhaka. Lihatlah ekspresi menjengkelkan itu, tidak ada perasaan bersalah sama sekali.

 "Siapkan dirimu, karena kali ini ibumu yang mengangkat telepon walikelasmu. Kau tidak tahu saja Appa harus izin dari kantor hanya untuk menjemput anak nakal sepertimu" Jongin memang mengabaikan panggilan walikelas putranya karena tahu sudah pasti putranya akan membuat masalah, tanpa ia perkirakan jika mereka akan menelpon istrinya. Alhasil saat mengangkat telepon istrinya sepuluh menit kemudian ia terkena marah juga dan berakhir bersama putra nakalnya disini.

Sesampainya di rumah ia dapat melihat ekspresi murka ibunya di ruang tamu, berkacak pinggang dengan sapu di tangan kanannya. Sontak Haechan segera berlutut sambil terseduh memohon ampun untuk menghindari pukulan sapu yang telah ibunya angkat tinggi-tinggi, oh itu adalah cara paling ampuh untuk meluluhkan ibunya, kena kau.

"Bangun,  Haechan Kim?! jelaskan pada ibu sekarang kenapa kau bertengkar dengan putra Jung hingga ia dirawat di rumah sakit. Tidak ada alasan yang sama kali ini " Soojung mendesis kesal, ayolah yang putranya ajak bertengkar adalah keluarga Jung. Apakah putranya lupa ibunya ini angkat kaki sembilan belas tahun lalu dari keluarga kaya itu karena tidak diberi restu dengan Jongin yang hanya orang biasa, ia tidak mau berurusan dengan mereka lagi.

"Ibu, mereka mengesalkan sekali,mereka hanya tahu bagaimana menghabiskan uang banyak mereka untuk menindas kaum kecil seperti kita"

"Alasan klasik, kau sudah mengatakan hal ini selama  ratusan kali, minta maaf saja dan jangan memukulnya hingga masuk rumah sakit. Kita harus meminta maaf pada mereka karena mereka mengeluarkan surat tuntutan untukmu, pikirkan masa depanmu jika kau punya catatan kriminal, Kim Haechan!! " Soojung tidak masalah bertemu dengan keponakan dari sepupunya itu tetapi berurusan dengan keluarga Jung sangat menyebalkan.

"Aku tidak ingin minta maaf, aku sangat puas menghajarnya dengan kedua tangan ku sendiri. Ibu harusnya menontonku, wajah sombongnya itu meringis kesakitan karena pukulanku" Soojung sudah tidak tahan lagi dengan putranya itu. Ia melirik Jongin yang hanya memperhatikan keduanya, menatapnya sengit setelah perkataan Haechan mulai kesana kemari.

ReoccurringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang