Bab 10

103 17 2
                                    

.

.

.

.

Happy Reading

Enjoy:)

.

.

Jisung, pemuda itu masuk dengan tergesa menerobos pintu ruangan tersebut hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Ia segera menarik Haechan keluar dari ruangan saat pemuda itu terduduk di lantai dengan tatapan intens Pamannya yang hanya berjarak satu meter dengan keduanya, angkuh.

Sial, dia tidak terlambatkan? Ia menarik pergelangan tangan Haechan dengan sekuat tenaga, berlari menyusuri koridor yang cukup ramai di awal bel istirahat berbunyi. Nafasnya terasa berat saat mendudukkan Haechan di hadapannya tepat setelah mereka berada di gedung belakang sekolah mereka, lihatlah ekspresi syok itu sangat tidak cocok dengan wajah yang biasa menampilkan ekspresi jahil dan tengil itu.

"Hei, sadarlah Haechan~aa, apa yang terjadi denganmu?!" 

Haechan berdecih melepaskan kedua tangan Jisung yang membingkai wajahnya dengan kasar. Ia berusaha kembali pada kewarasannya, sialan apa itu tadi barusan.

Ia merasa seperti tersengat listrik sejenak hingga bulu kuduknya merinding bahkan menolakpun ia tidak mampu. Bukankah tadi itu pelecehan pada anak dibawah umur? ia pasti bisa membalikkan hal itu jika pria itu berani membawanya ke jalur hukum kan? semoga ada CCTV di ruangan tersebut.

Haechan menggeleng rasanya aneh jika tiba-tiba nama familiar Donghyuck muncul dibibir pria itu. Sepertinya ia terlalu masuk ke dalam dunia khayalan dan mimpi karena hantu Donghyuck yang menghantuinya beberapa tahun yang lalu, Ia terkadang tidak bisa membedakan mana ingatan miliknya dengan ingatan milik Donghyuck dalam mimpi. 

"Kau sudah sadar? coba lihat wajah buruk rupamu itu di hadapan Paman. Kau tidak tahu aku mengkhawatirkan mu setengah mati yah, kenapa juga kursi itu bisa jatuh berantakan begitu, apa yang kau lakukan dengan Paman sebenarnya. Apa Paman memukul dan mengancammu?!"

Haechan mendesis kesal mengalihkan pandangannya dari Jisung yang curiga, pipinya seketika memanas. Sialan bisa-bisanya ciuman pertamanya di ambil begitu saja dengan orang yang mengerikan seperti itu. Rasanya familiar namun asing, sial ia tidak pernah tahu pernah bertemu dengan Tuan Jung, ia bahkan tidak pernah memikirkan kejadian seperti ini dalam hidupnya.

Jisung memutar bola matanya malas melihat Haechan yang kembali tenggelam ke alam pikirnya. Hah, percuma berbicara dengan orang yang kesadarannya belum seratus persen, bikin kesal saja. Sebenarnya apa yang terjadi tanpa sepengetahuannya.

Ia tahu seberapa mengerikan intimidasi Pamannya itu jika sedang marah. Makanya Jisung dari awal telah memperingati sahabat karibnya untuk berhenti mencari masalah dengan Chenle. Sepupunya itu licik dan egois, setidaknya itu yang Jisung rasakan selama ini.

"Kau masih belum ingin bicara? yasudah, percuma saja aku khawatir" 

Haechan mengusap wajahnya kasar tidak membalas gerutuan Jisung yang telah menjauh darinya. Kepalanya kacau kini dan butuh ketenangan agar kewarasannya kembali. Ia jadi takut dengan pria itu.

Sial jika berhubungan dengan orang kaya seperti mereka, ia harus mencari Chenle dan berdamai dengannya agar tidak bertemu dengan Tuan Jung yang mengerikan itu. 

~~

Chenle menghentakkan kakinya kesal, Kenapa bisa Jisung berlari menarik Haechan keluar apakah sepupunya itu tidak waras menerobos ruang guru bahkan melewati ajudan dan personal asisten Daddynya hanya untuk mengeluarkan sahabat tidak bergunanya. Apa bagusnya Haechan? lelaki itu tukang bolos juga sudah terkontaminasi pergaulan anak nakal dilihat dari segi manapun Ia lebih baik dari pada Haechan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReoccurringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang