Bab 8

159 20 3
                                    

.

.

.

.

Happy Reading

.

Enjoy:)

.

Ruangan itu sepi hanya terdengar dentingan jam di dinding dekat resepsionis yang sudah tidak di jam operasional. Sendirian, hanya ada Mark seorang duduk dengan air mata yang mengalir.

Mark mengusap pipinya cepat, kenapa dia tiba-tiba menangis? apa yang salah dengan tubuhnya. Matanya mulai menelisik ke seluruh ruangan, ah ia mengerti sekarang ini pasti mimpi.

Ruangan yang selalu menjadi mimpi buruk untuknya. Entah mengapa ingatan yang telah lama menghilang itu naik ke permukaan.

Mark menghembuskan nafas berat sebelum matanya terpaku pada sosok yang bersandar pada dinding, mengumal seorang diri sembari mengacungkan jari tengahnya pada Mark.

Ruang tunggu rumah sakit kecil itu memiliki pencahayaan yang cukup buruk saat malam hari. Ia tidak dapat melihat jelas sosok itu, ia menajamkan kedua matanya mencoba menelisik lebih jelas melalui cahaya rembulan yang menembus dari jendela juga lampu di koridor yang remang-remang,

Donghyuck? Mark mengusap kedua matanya ia tidak salah ingat malam itu dia menangis sendirian di ruang tunggu setelah Donghyuck pergi tapi kini Donghyuck berdiri di hadapannya menggerutu kepadanya.

Air matanya semakin mengalir berusaha menggapai sosok itu meski kakinya seakan berat tak bisa digerakkan. "Donghyuck, Donghyuck..." Mark menjerit berusaha memanggil sosok yang selalu ia harapkan hadir dalam mimpinya, Mark sangat merindukan sosok itu.

"Donghyuck, Donghyuck,....." Mark merintih memohon agar sosok itu tidak lagi pergi karena badannya yang kaku. Ya Tuhan Mark ingin sekali memeluk Donghyuknya. Sudah cukup atas penyiksaan yang dia alami karena penyesalan belasan tahun yang lalu.

"Donghyuck sudah mati, berhenti menyebut namanya... Donghyuck sudah mati, Dasar pria bajingan menyesallah seumur hidupmu" tidak, tidak Donghyucknya tidak boleh pergi.

Mark mengerahkan tenaganya untuk bergerak, segera setelah ia bisa menggerakkan kakinya ia berlari menghampiri sosok itu namun sosok itu segera menghilang sebelum Mark menyentuhnya.

"Donghyuck, kau tidak boleh pergi meninggalkanku, aku mohon ampuni aku, jangan menyiksaku begini, aku merindukanmu, izinkan aku bertemu denganmu meski dalam mimpi sekalipun" tangisnya pecah, meraung menyebut nama Donghyuck di lantai keramik yang dingin.

__✨__

"Sir Jung, Saya mohon maaf membangunkan anda. Kita sudah sampai Rumah sakit Neo dari lima belas menit yang lalu" Tuan Jang sepertinya merasa segan karena melihat wajah berantakan tuannya, apakah Tuan Mark bermimpi buruk?

"Ah terima kasih Pak Jang" Mark segera mengambil jas dan tasnya sebelum melangkah menuju lantai 27, dimana putranya berada. Napasnya masih belum teratur, keringat dingin di sekujur tubuhnya semakin membuatnya gelisah.

Ia ingat bahwa sebelumnya dia ada pekerjaan untuk turun secara langsung atas kekacauan yang di sebabkan saudara jauh Jung.  Sepertinya ini efek kelelahan, dia tidak tahu harus bahagia atau bersedih atas mimpinya.

Ia bisa bertemu dengan Donghyucknya tapi ia tidak bisa menggapai sosok yang terlihat marah itu. Senyum tipisnya kini timbul di bibirnya, dia lebih dominan bahagia sepertinya.

ReoccurringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang