51. Kehidupan Monoton

10 1 0
                                    

"Mencintai seseorang dengan berlebihan akan menyebabkan luka yang dalam."
—Fazoya Aruna Zivara



◦•●◉✿ TACENDA ✿◉●•◦

"Ck, cuma gini-gini aja? Klasik banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ck, cuma gini-gini aja? Klasik banget." Celetuk Aruna kala memasuki tempat bazar SMANTI.

"Emang mau lo yang kayak gimana? Ini udah lumayan nih tema batik-batik, daripada bazar dua tahun lalu gak nyambung temanya," ujar Bintang.

"Seenggaknya ada yang jual album Treasure gitu, Photocard NCT, printilan-printilannya nyai Sooman. Lah ini cuma gini-gini aja, gak menarik."

Bintang hanya menggeleng pelan sambil tertawa, "PMS lo? Bawel mulu."

Sekejap mata Aruna menangkap Rey yang penampilannya juga sedikit berbeda dari yang masih ada Azza di hhidupnya.

"Rey! Rey! Rey! Tungguin Rey!" Pekik Aruna memanggili Rey yang beranjak pergi dari salah satu stand bazar bersama teman-temannya.

Sementara Bintang mengikuti Aruna dengan langkah yang pelan, jujur saja ia sedikit kesal melihat Aruna yang sedari tadi mencari Rey.

"Apa, Run?" tanya Rey.

Aruna menyodorkan buku kecil yang merupakan buku diary milik Azza.

"Ini punya Azza, dia banyak nulis tentang kamu di situ. Aku udah izin sama ibunya Azza kok, dibolehin buat dibaca, kamu juga dibolehin baca," ujar Aruna.

Rey menerima barang berwarna soft pink itu, ada sirat rindu yang tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya. Jantungnya mulai berdebar, matanya memerah menahan air mata yang sengaja dibendung.

"Thanks, Run. Ini gue bawa."

Aruna mengangguk, selanjutnya gadis itu menatap Zayn yang juga sedang menatapnya.

Sadar jika ia terlalu lama menatap Zayn, ia langsung memalingkan wajahnya kepada Rey, "aku duluan, Rey."

Baru saja Aruna melangkah pergi, gadis itu langsung berhenti kala merasakan tangannya dicekal.

"Run, bisa kita ngomong berdua?" Tanya Zayn menatap Aruna dan Bintang secara bergantian.

"Aruna mau keliling liat acara bazar sama gue." Sahut Bintang mengenggam alih tangan Aruna.

Zayn dan Bintang saling menatap tajam membuat Aruna mengela nafasnya.

Selama kematian sahabatnya, Aruna tidak mau berbicara dengan Zayn. Berkali-kali Zayn membujuknya namun gadis itu enggan menuruti kemauan Zayn.

"Udah jangan ribut." Aruna beralih menatap Bintang, "kamu duluan aja, Bin. Nanti aku nyusul."

Bintang kecewa, Aruna telah memilih pergi dengan Zayn. Dijadikan persinggahan sementara memang menyakitkan, namun lebih sakit mana dengan Aruna yang mengajar cinta yang tak kunjung memilihnya? Sama sakitnya, hal itu membuat Bintang menganggap sikap Aruna wajar-wajar saja.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang