45. Dejavu

10 1 0
                                    

"Sibuk jadi wasit antara hati dan pikiran sendiri."
Fazoya Aruna Zivara



◦•●◉✿ TACENDA ✿◉●•◦

"Cil! Cil! Aciill! WOY!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cil! Cil! Aciill! WOY!"

Aruna menoleh ke belakang ketika suara bak monster milik Bintang itu terdengar menggelegar di halaman SMANTI. Aruna yang baru akan sampai pada gerbang pun langsung berhenti. Bel pulang sudah berbunyi 2 menit lalu, tak sedikit dari para murid berhamburan keluar gerbang.

Terlihat Bintang mulai mendekat dan jarak antara Aruna dan cowok itu pun mulai terkikis. "Pulangnya dijemput apa naik angkot?"

"Ck, kamu teriak-teriak kayak orang gak waras tadi cuma mau nanya aku pulang?"

Bintang tersenyum lalu menyengir, "emang semirip itu ya tampang gue sama orang gak waras?"

Aruna menghela nafas, jika ia meladeni pertanyaan Bintang yang satu ini, maka mereka akan berakhir berdebat panjang, bila dirinya tak kunjung pulang nanti.

"Aku mau naik angkot, mama lagi di butik, gak bisa jemput."

"Asiiik. Ayo!"

Aruna bingung ketika Bintang malah gembira dan menarik tangannya menuju parkiran.

"Mau ke mana?" tanya Aruna.

"Bareng gue aja, kalo lo naik angkot ntar di colek-colek sama bapak-bapak yang kumisnya sepanjang meraih masa depan, mau lo?"

Aruna memutar bola matanya malas, mengapa Bintang selalu bernegatif thinking seperti ini?

"Mana ada, kebanyakan ibu-ibu habis dari pasar. Lagian murid dari sini juga banyak yang naik angkot sama aku biasanya."

"Ya udah biar gak kayak biasanya, sekarang lo pulang sama gue. Gua gak lagi terima penolakan, lo pasti tau kan rasanya ditolak tuh sesakit apa?"

"Iya-iya, cepetan, aku keburu laper!"

"Bawel mulu lo, heran." Ujar Bintang ketika Aruna tak mau berhenti berbicara dan terus menggoyang-goyangkan lengannya agar cepat mengendarai motor.

"Lo mau makan apa?!" Tanya Bintang sedikit mengeraskan suaranya karena bisingnya suara kendaraan di jalanan.

"Hah?!" Jawab Aruna dengan suara yang tak jauh keras dari Bintang.

"Mau makan apa?!"

"Apa? Mataram?"

"Udahlah gak jadi, Cil."

Bintang tak lagi menanyakan apapun kepada Aruna, cowok itu cukup lelah menyahuti kurang pekanya telinga gadis di belakangnya itu.

Sementara Aruna bingung kembali ketika jalur jalanan yang diambil Bintang berlawanan arah dari jalan menuju rumahnya, apakah cowok itu akan membawanya kabur? Boleh sih, tapi kalau untuk dipertemukan dengan idol-idol Korea yang Aruna idamkan.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang