Sore pun tiba, sesuai dengan ucapan nya tadi, Winan memutuskan untuk menerima ajakan Karina yang akan menemani nya ke tukang pijit. Entah karena memang tidak tahan karena sering ngilu atau tidak mau Karina marah padanya.
"Ay, ini beneran kamu bakalan ikut ke dalam kan?." Tanya Winan.
"Kamu udah nanya kalimat itu lebih dari 5 kali ya, by. Nanya ke 6 kali nya kamu beneran dapat piring entar." Ucap Karina kesal.
Winan hanya mendengus mendengar ucapan Karina, tapi tetap saja tangan Winan menggenggam tangan Karina erat.
Begitu sampai di sebuah rumah yang memang menjadi langganan keluarga Mahatma, Karina dan Winan turun dari mobil.
Winan menatap rumah itu dengan lekat "ini beneran rumahnya?."
Karina mengangguk "ayo masuk."
Keduanya masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar. Di pekarangan rumah dihiasi oleh tanaman bunga dan juga 2 pohon.
Mereka langsung di sambut oleh tuan rumah yang memang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Tante." Karina menyalami tangan seorang perempuan yang diyakini oleh Winan sebagai Tante dari Karina.
"Pantes aja kek gak asing, ternyata keluarga sendiri." Ucap Winan dalam hati.
Winan juga ikut menyalami tangan Tante Karina itu. "Tumben datang kesini?."
"Ini tan, istri aku mau pijit. Habis kecelakaan, 3 hari yang lalu, pinggangnya sering ngilu. Takut kenapa-kenapa tulang nya." Ucap Karina panjang lebar.
"Ada geser tuh tulangnya biasanya atau engga retak." Ucapan Tante Karina mampu membuat Winan membeku. Dia ingat dulu tangannya pernah patah karena jatuh dari sepeda.
"Pasti bakalan sakit ini." Ucap Winan dalam hati.
Tante Karina mempersilahkan Winan untuk ikut dengannya. Tempat yang akan di gunakan untuk memijat ada didalam.
"Karina boleh ikut engga Tan? Soalnya saya biasanya ngereog kalo dipijit." Ucap Winan polos.
Tante Karina terkekeh "tentu saja boleh."
Begitu juga Karina, dia nampak terkekeh mendengar ucapan istri kecilnya. Winrina mengikuti Tante Endang ke sebuah kamar yang biasa perempuan paruh baya itu untuk memijat.
"Ini mau dipijit seluruh badan atau gimana?."
"Seluruh badan saja, Tan. Dia selalu ngeluh capek." Ucap Karina.
Tante Endang mengangguk lalu menyuruh Winan untuk membuka baju atasannya. Awalnya Winan tahu untuk melakukannya, tapi mau tidak mau dia mengikutinya untung saja yang akan memijitnya adalah perempuan.
Winan berbaring dengan tengkurap, dengan tangan yang menggenggam tangan Karina.
Tante Endang pun mengecek lebam yang timbul di pinggang kanan Winan. Lalu mengeceknya, membuat Winan berteriak terkejut.
"Aaa." Teriak Winan.
"Belum di pijit, yang." Keluh Karina.
"Sakit, ay." Ucap Winan dengan lirih.
"Iya sabar."
Tante Endang pun mulai memijit punggung dan juga pinggang Winan. Ringisan dan keluhan silih berganti terdengar diruangan itu. Karina juga menahan sakit dimana tangannya diremat kuat oleh Winan.
Sungguh Winan merasa kesakitan disaat tangan Tante Endang memijit area pinggangnya.
"Udah Tante, saya gak kuat, aw." Ucap Winan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love romance (END)
Short StoryDisclaimer!!!! 1. Typo dimana-mana 2. Banyak kata-kata kasar 3. Banyak kata 🔞 4. Disini Winan futa ya. Kalau gak suka gausah baca oke!! Tidak pernah terpikirkan sama sekali di benak Winanda Aster Astara akan menikah dengan rival nya sendiri. Ya di...