Satu

556 16 0
                                    

Hallo semuanya ini cerita pertamaku di wattpad, sebenernya cerita ini udah tamat di tiktok tapi dalam bentuk POV/AU ya. Aku bakalan sedikit ubah alurnya tapi tenang aja tetap bakalan seru kok. Happy reading.

Oh iya yang mau baca versi tiktoknya boleh ya di sini @dalgona.coffe0

Untuk pertama kalinya Madeline diizinkan membawa motor sendirian oleh bundanya, hari ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah elit bernama No Limits School.

Sesekali dia melirik kanan dan kiri menikmati pemandangan jalan yang sebelumnya jarang dia lewati, menghirup udara segar di pagi hari sebelum sesak bertemu orang-orang di sekolah.

Tradisi membully? Gue makin penasaran gimana tampang orang-orang yang suka menindas orang lemah? Apa mereka keren? Ganteng? Kayanya enggak sih, biasanya yang kelakuannya jelek gak jauh beda sama mukanya. Batin Madeline menggerutu.

Dari kejauhan dia melihat seorang anak laki-laki seragamnya persis sepertinya, dia melambai-lambaikan tangan seraya meminta pertolongan padanya.

Madeline berhenti persis disamping laki-laki itu, manik mereka bertemu beberapa saat sebelum akhirnya saling buang muka.

"Gue minta tolong boleh gak?" sapa laki-laki yang tingginya 181 sentimeter itu, mengenakan jaket hitam serta kaca mata. Marvin Pradipta, dalang dan otak dari kekejaman pembulian di sekolah.

Madeline melirik motor yang ada di sebelah Marvin.

"Naik." Madeline menoleh ke jok belakang.

"Hah?" Marvin seolah tak percaya dia harus duduk di belakang sedangkan gadis di hadapannya memboncengnya. Apa kata murid di sekolah nanti? Bisa rusak martabatnya.

"Kenapa? Malu? Ya udah sih kalo gak mau gue pergi." Madeline menyalakan mesin motornya.

"Siapa yang malu, ayo berangkat." Tanpa permisi Marvin sudah duduk di jok belakang.

Sepanjang perjalanan Marvin dan Madeline hanya saling diam, bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak mengenal satu sama lain selain tahu kalau mereka satu sekolah.

"Lo anak baru?" tanya Marvin pelan.

"Hah?" teriak Madeline.

Madeline hanya mendengar suara angin yang begitu kencang.

"Lo anak baru ya? Kok muka lo asing?" tanya Marvin dengan nada yang lumayan keras agar terdengar oleh Madeline.

"Iya! Gue denger gak usah teriak-teriak! Gak sopan lo!" omel Madeline.

Marvin berdecak kesal mendengar omelan itu, baru kali ini ada gadis yang berani membentaknya. Sesekali Marvin mencuri pandang pada kaca spion yang mengarah pada pengendara motor di depannya, hanya mata indahnya yang terlihat karena memakai helm.

-----

Madeline dan Marvin menjadi bahan tontonan murid di sekolah ketika sampai parkiran.

"Itu siapa sih? Kok gue gak pernah lihat?"

"Eh anjir itu siapa bonceng Marvin kok berani banget?"

Tidak ada yang berani mendekati Marvin meskipun hanya bertegur sapa dengannya, karena dia adalah salah satu anggota geng Estrella. Geng yang kejam karena pembuliannya pada anak baru.

Ketika Marvin turun dari motor dia tidak langsung pergi karena saking penasarannya dengan wajah Madeline.

Helmnya dibuka, rambutnya terurai lalu dikibaskannya ke belakang.

"Thanks, buat bantuannya." Marvin menatap wajah gadis di depannya sedikit tertegun ternyata secantik itu.

"Gue gak pernah gratis kalo bantuin orang, lain kali bales kebaikan gue karena orang yang berkualitas pasti tahu terima kasih." Madeline menatap mata Marvin dalam lalu memberinya wink gemas.

Lagi-lagi Marvin dibuat heran dengan tingkah Madeline yang begitu berani, apa karena dia belum tahu siapa Marvin Pradipta?

Saat Marvin melihat ke arah mereka yang sedang memperhatikannya, sontak semuanya langsung bubar.

--

Satu batang rokok sudah habis dihisap oleh Marvin, pikirannya masih tertuju pada anak baru yang tadi pagi dia temui.

"Lo tahu gak ada anak baru cakep?" ucap Kay William salah satu temannya, juga anggota geng Estrella.

"Tahu, emang gila sih cakep banget. Emang kalo cakep gak mau kita kasih selamat datang seperti biasanya gitu?" Yang menyahut pertama kali ini namanya Gavin, Gavin Byantara. Laki-laki yang tingginya 176 dan hobinya memakai sweater hitam.

"Ya kali pandang bulu, hahaha." Timpal Archio Alastar. Laki-laki yang kerap disapa Chio itu melempar ponselnya pada Marvin untungnya dia berhasil menangkapnya.

"Lo tadi dibonceng dia'kan?" Chio menatap Marvin seperti akan menerkamnya.

Marvin menatap foto yang ada di ponsel genggam milik Chio, mengerutkan kening lalu berdecak sebal.

Ke tiga temannya itu menyahut seperti biasanya, matanya melotot pada Marvin ; "lo serius? Boncengan sama anak baru?" "Kok bisa anjir?" "Jangan-jangan dia pacar lo ya? Makannya sengaja pindah ke sini?"

Marvin tertawa mendengar ocehan dari tiga temannya itu. "Pacar apaan, gue aja gak tahu namanya siapa."

"Oh berarti mau tahu nih, kepo?" ledek Kay.

"Tertarik lo?" Chio tersenyum smirk.

"Udahlah, ayo ke gudang belakang sekarang gue jadi kepo gimana reaksinya."

----

"Lo tuh emang bego, susah dibilangin! Orang yang lo bonceng itu Marvin Pradipta salah satu cowo yang suka bully di sekolah ini, anjirlah!" Victoria selaku sahabat Madeline dari kecil tampak gundah karena sahabatnya pasti akan mendapat kesialan itu pagi ini.

Madeline tersenyum tipis seraya menanggapi omelan dari sahabatnya, dia sama sekali tidak takut akan hal tersebut justru dia semakin penasaran.

"Lo tenang aja, gue gak selemah itu, lo tahu itu'kan?" Madeline berusaha menenangkan Victoria.

Belum juga selesai mereka mengobrol salah satu orang suruhan geng Estrella datang ke kelas IPS II. "Lo anak baru ya? Ayo ikut gue ke belakang sekolah. Mau pergi sendiri apa dipaksa?" ucapnya angkuh juga menyebalkan bagi Madeline.

"Sendiri, karena gue gak suka dipegang orang asing." Dengan langkah yang berani dia mengikuti orang yang ada di depannya, juga diikuti murid lain yang penasaran dengan apa yang akan mereka saksikan.

Suasana gedung belakang sekolah ternyata sudah ramai oleh penonton yang tak lain adalah murid sekolah itu sendiri.

Di sana terlihat empat anak laki-laki yang sudah berdiri menunggu kedatangan Madeline.

"Ternyata tampang kalian gak buruk juga ya? Tapi kok mau bertingkah sampah kaya gini?" celetuk Madeline.

Sudah ada gunting, ember berisi air es dan entah apa lagi yang akan mereka lakukan kepadanya yang jelas semuanya ternyata sudah dipersiapkan sedemikian rupa.

"Hei, lo berani juga. Gue suka gaya lo," sahut Kay duluan mendekat selangkah pada gadis di depannya.

Suasana kali ini terasa begitu berbeda karena sepertinya korbannya tidak lemah sama sekali justru bersikap santai.

"Oh ya? Tapi gue gak suka sama lo," jawab Madeline.

Gavin, Archio dan Marvin yang ada di belakang Kay menariknya ke belakang.

"Gue paling gak suka sama anak baru yang belagu kaya lo!" bentakan itu membuat murid yang menonton merasa ngeri.

Madeline menutup matanya sedetik lalu melangkah pada Kay.

"Dan gue juga paling gak suka sama orang yang sok berkuasa kaya lo." Madeline menunjuk dada Kay dengan jari lentiknya. "And, nama gue Madeline. M A D E L I N E. Bukan hei," sambungnya.

Melihat tingkah Madeline padanya Kay semakin naik pitam dia ingin mendorong gadis itu namun tangannya dicekal oleh Marvin.

"Apaan sih lo! Jangan halangi gue!" bentak Kay.

"Mending sekarang lo pergi dari sini! Pergi Madeline!" titah Marvin.

Heran, semua orang keheranan kenapa Marvin membela anak baru itu? Apa hubungan mereka sebenarnya? Mulai dari berangkat sekolah bersama juga sekarang untuk pertama kalinya Marvin membela seorang murid baru?

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang