enam

248 12 10
                                    

Rintik hujan membasahi kaca jendela kamar Madeline, dia menghela nafas berat. Sejujurnya dia tidak ingin berurusan dengan teman-teman Gavin, siapa pun itu.

Melihat tingkah mereka yang berlagak jagoan, tidak punya hati, membuat Madeline semakin tidak suka tapi kali ini dia harus menuntaskan urusannya dengan salah satu anggota geng Estrella yaitu Archio.

Madeline tidak ingin merasa punya hutang budi pada Archio perihal dia menyelamatkannya dari pukulan Gavin.

"Ayo dong, ujan yang besar. Males banget." Madeline kembali merebahkan dirinya di kasur empuk. Padahal dia sudah menata rambutnya dengan rapi juga memakai make up tipis-tipis.

Suara klakson mobil terdengar dari lantai bawah, Madeline melihatnya dari jendela. "Sial, sial banget sih."

Langkahnya malas, sengaja sekali diperlambat karena tidak ingin bertemu dengan Archio, selain itu Madeline juga curiga kenapa Archio mendadak mendekatinya.

"Naik motor gue aja ya?" Tanya Madeline pada Archio yang sedang berdiri membelakanginya.

"Hujan, pake mobil aja sih. Mobil gue wangi kok, kenapa? Lo suka mabuk ya?" Celetuk Archio.

Madeline berdesis, tanpa peduli dia menyalakan motornya.

"Mobil keren lo itu suruh ajudan lo ambil takutnya ada yang maling." Madeline menaiki motornya.

"Ini gue yang dibonceng?" Tanya Archio tak percaya layaknya Marvin waktu itu, Madeline sepertinya tidak suka dibonceng ya?

"Iyalah, ayo naik. Katanya ini kencan balas budi," jawab Madeline enteng.

Rahang Archio masih terbuka, tak habis pikir dengan tingkah gadis di depannya. Aneh, tapi membuat menarik.

"Mau makan apa?" Archio memulai obrolan, sesekali menatap Madeline dari kaca spion kanan yang menghadap ke arah wajahnya.

"Ramen, enak sih kayanya." Wajah Madeline tersapu gerimis kecil, entah kenapa hal tersebut malah membuat Archio semakin kagum dengan kecantikannya.

"Oke, ramen meokgo gallae?"

Sontak Madeline terkekeh mendengar ucapan yang tak terduga dari Archio itu.

"Ramyeon kali," ucapnya.

"Bisa ketawa juga lo," ujar Archio dengan entengnya.

Mendengar itu Madeline berdecak. "Menurut lo aja."

"Lo ketus, sama kaya Gavin." Teriak Archio.

Padahal tanpa teriak Madeline masih bisa mendengar jelas suaranya meskipun angin di malam hari cukup kencang.

"Gavin jahat sih, jangan disamain sama gue." Protes Madeline.

Laki-laki dengan jaket hitam itu tak menjawab, hanya memperlihatkan senyum tipisnya.

Dua puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di sebuah restoran, tempatnya unik seperti restoran ala jepang. Madeline mematikan mesin motornya lalu turun, diikuti Archio.

Tanpa permisi Archio mengusap wajah Madeline yang terkena percikan gerimis, meskipun kecil tapi karena lama tetap basah.

Madeline menghindar, dia terkejut dengan sikap Archio yang tiba-tiba.

Entah kenapa Madeline merasa sangat suka dan cocok dengan restoran ini padahal baru pertama kali menginjakan kakinya di sana.

"Unik ya?" Gumamnya sambil melihat-lihat kesana kemari.

Tanpa permisi Archio menggenggam tangan Madeline lalu menariknya masuk ke dalam restoran.

"Eh-" Madeline tertegun, bisa-bisanya Archio seenaknya memegang tangannya seperti itu.

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang