tujuh

75 6 1
                                    

Madeline berjalan menyusuri koridor sekolah, aneh sekali sudah siang tapi pintu kelas masih tertutup rapat. Apa teman sekelasnya belum ada yang datang satu orang pun?

Tanpa pikir panjang dia membuka pintu kelas, tubuhnya seketika membeku kala guyuran air berwarna merah pekat membasahi tubuhnya.

Suara tepuk tangan riuh memenuhi ruang kelas, ulah siapa ini sebenarnya?

Madeline mengusap wajahnya dengan kasar, ingin sekali dia menampar satu per satu orang yang sedang menertawakannya. Dia merasa hina sekali diperlakukan bak sampah seperti ini.

"Akhirnya pick me kita kena juga,"

"Gimana rasanya, Med?"

"Lo pantas diginiin sih!"

Beberapa ucapan dari mereka mulai mengusik kesabaran Madeline.

Ada salah satu murid perempuan yang dengan berani mendekat padanya, wajahnya menampilkan ketengilan yang membuat Madeline muak.

"Halo, lo masih inget gue 'kan?" Ujar Stella mendekat pada Madeline.

Madeline berusaha mengingat wajah yang tidak asing itu.

"Lo ... Yang waktu itu gue tolongin 'kan?" Balas Madeline.

Stella justru tertawa kesal mendengar jawaban Madeline.

"Tolongin? Helooww yang minta lo tolongin gue siapa? Gue enek lihat cara lo deketin geng Estrella," ujar Stella.

Madeline sampai tak bisa bicara dengan tingkah laku dedemit ini, apa sih yang dia mau?

"Jadi, itu alasan lo lakuin hal gila ini sama gue?" Madeline mendekat selangkah pada Stella.

"Lo gak sebodoh itu ya 'kan? Udah deh jangan ikut campur urusan mereka!" Stella naik pitam lebih dulu.

"Maksud lo? Lo sengaja mau dibuli biar famous? Gila sih keren banget tingkah lo," sarkas Madeline.

Stella makin tidak bisa mengontrol emosinya, dia menyiram wajah Madeline dengan air mineral yang sejak tadi dia pegang. "Gak usah sok! Gak ada yang bisa deketin mereka kecuali gue!" Teriak Stella.

Kedua telapak tangan Madeline mengepal keras hingga kuku-kukunya menancap di telapaknya lantas dia menarik kerah baju Stella dan mengdorongnya ke tembok.

"Butiran debu kaya lo gak berhak perlakukan gue kaya sampah begini, emang lo siapa?" Ucap Madeline geram.

Stella justru tertawa melihat Madeline yang terbawa emosi seperti ini.

Marvin yang tak sengaja lewat kelas Madeline langsung masuk dan menarik tangan Madeline menjauh keluar dari kelas.

"Ih lepas gak!" Karena mantan atlet taekwondo tenaga Madeline tidak bisa diragukan lagi. Dia menepis tangan Marvin.

"Lo ngapain coba ribut pagi-pagi? Gak ada kerjaan banget.  Iya gue tahu lo jagoan, tapi kalo lo kelepasan lo bisa kena masalah, tahu!" Omel Marvin.

Tiba-tiba banget ngomel bang?

Madeline menghela nafas, sebenarnya dia tidak pernah mulai peperangan duluan.

"Kenapa sih ngurusin urusan gue? Urusin aja hidup lo yang kacau itu," jawab Madeline seperti biasa dengan wajah juteknya.

Marvin berdecak kesal dia tahu Madeline tidak akan mau kalah kalau berdebat. Laki-laki itu membuka jaketnya, "Pake nih, baju lo basah. Itu pewarna makanan mending lo balik deh sekarang,"

Tanpa berterimakasih Madeline merampas jaket itu dan pergi begitu saja.

Ciri-ciri cewe yang gak tahu terimakasih, udah deh langsung gue sebut aja namanya Madeline.

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang