Pagi yang cerah. Langkah sang gadis muda terhenti dengan ada yang dihadapannya.
"Nona. Apa kabar anda?" Ujar pria separuh baya menyapa sang gadis.
"Ah, paman. Baik. Paman sendiri bagaimana?" Jawab sang gadis.
"Kakak anda hari ini akan tiba dari US. Anda diminta menemuinya dikantor" terang paman itu.
"Oh, katakan padanya sepulang sekolah aku akan menemuinya" jelas sang gadis.
"Baiklah jika begitu. Saya undur diri, nona" pamit sang paman.
Langkah sang gadis maju ketika pria separuh baya itu mulai neninggalkannya. Ia berlari menuju halte. Ia khawatir akan ketinggalan bus untuk berangkat kesekolah.
Selang beberapa jam kemudian
Sang gadis yang tajam akan daya ingatnya langsung menuju kantor sang kakak. Ia juga sangat merindukan sang kakak. Terakhir bertemu ketika ia berlibur menemui sang kakak.
Sampailah sang gadis diruang sang kakak. Ruangan yang masih sama penuh dengan berkas file-file kerja. Sang gadis menunggu sang kakak diruangannya.
"Apa Ai sudah tiba?" Ujar seorang pria yang bertubuh tegap dan perkasa.
"Sudah, tuan. Nona Ai sudah ada di dalam ruangan anda" ucap sang asisten.
Pria itu kemudian membuka pintu. Ia mengamati dari jejauhan sang adik tercinta. Sang adik menegok berbalik arah. Ia tersenyum
"Apa kabar tuan Presdir?" Ucap sang adik seraya tersenyum.
"Kabarku adalah kabarmu. Keadanku adalah keadaanmu, tuan Putri" kata sang kakak.
Rona merah menghias wajah sang adik mendengar perkataan sang kakak.
"Aku merindukanmu kak" kata sang adik sambil memeluk erat sang kakak.
"Aku juga. Waktu telah banyak memisahkan kebersamaan kita" balas sang kaka.
" Baiklah, aku langsung saja. Ada apa kakak memanggil kemari? Apa ada masalab di perusahaan? Atau ada keributan dengan para pemegang saham? " ujar sang adik dengan segudang pertanyaan tanpa basa basi.
Sang kakak tersenyum mendengar perkataan sang adik. Sang adik benar-benar sangat cermat tahu karakter sang kakak. Daya intuisinya sungguh peka.
"Ah, baiklah. Mari kita duduk terlebih dahulu. Aku akan menerangkannya padamu" ujar sang kakak.
Alis sang adik menekuk mendengar ucapan sang kakak. Wajahnya langsung berubah serius dengan perkataan sang kakak.
"Kenapa harus aku? Kenapa tidak kakak saja yang melakukannya" ujar sang adik cemberut setelah sang kakak usai menjelaskan.
"Ya kakak tidak bisa. Karena di keluarga teman almarhum ayah dan ibu yang tersisa adalah anak laki-laki mereka yang belum menikah" ucap sang kakak.
"Apa? Aish. Kenapa bisa ada hal semacam itu?" Ujar sang adik tak terima.
"Ayolah. Bukannya aku tidak mau memenuhi janji kedua orang tua kita. Tetapi masalahnya yang tersisa di keluarga mereka adalah anak laki-laki" bujuk sang kakak.
"Tapi aku kan masih sekolah, kak!" Tekan sang adik.
"Soal itu sama sekali tidak masalah. Semua sudah diatur sebaik mungkin. Kau hanya cukup menjalankannya dengan baik. Ingat, ini janji kedua orang tua kita pada temannya. Sebagai anak, kita harus berbakti menjalankan segala amanah yang sudah diberikan" kata sang kakak panjang.
Ai mengambil nafas panjang
"Hahhhhh.... baiklah aku mengerti. Kakak saja yang mengatur. Aku hanya melakukan apa yang kalian rencanakan" ucap sang adik pasrah.
"Kau sungguh anak yang berbakti. Kedua orang tua kita sangat bangga memiliki puteri seperti dirimu." Puji sang kakak. SaNg adik hanya tersenyum mendengarnya.
Ai's POV
Astaga ayah, ibu kenapa kalian memiliki janji seperti itu. Kenapa harus aku yang melakukannya. Walaupun begitu kakak tetap bersikeras memintaku memenuhinya. TAk bisa kubayangkan masa depanku akan seperti apa
Next....➡chapter 2
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry me
Romanceketika orang tua pernah mengikat janji untuk menikahkan anak mereka kelak. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi mereka. Ketika dua kepribadian diikatkan dalam satu pernikahan. Satu-satunya jalan hanyalah berpura-pura menikah hingga menemukan pasanga...