Chapter 3

364 9 0
                                    

Persiapan telah selesai. Ai mempersiapkan sendiri hidangan yang akan ia sajikan dengan keluarga yang akan menjadi keluarga barunya. Ai memang memiliki hobi memasak apalagi tamunya akan datang ke rumahnya. Ai tersenyum melihat semua teratur sangat rapi

"Wow, luar biasa. Kau selalu bisa melakukannya dengan sempurna. " puji sang kakak pada sang adik

"TApi aku tidak tahu apakah mereka akan menyukainya atau tidak" ujar Ai ragu.

"Mereka pasti senang. Karena ini semua kau sendiri yang menyiapkannya. "KatA sang kakak membuat hati Ai sedikit lega.

"Oh ya, kenapa kau tidak mau mengundang mereka dirumah kita yang besar? Atau di hotel berbintang lima? Kenapa kau memilih disini?" Selidik sang kakak.

"Karena ini rumahku. Rumah yang aku dapatkan dengan hasilku sendiri. Lagipula, bukankah mereka yang menginginkan bertemu denganku? Jadi jika mereka mau menjadikan aku bagian mereka ya mereka harus menerima keadaanku yang seperti ini." Terang sang adik panjang.

"Yah, terserah kau saja jika begitu. Memang tidak salah juga harus begitu." Ujar sang kakak sambil tersenyum kepada sang adik.

Selang beberapa menit kemudian

Keluarga besar Manganji telah tiba dikediaman Ai. Mereka tiba dengan menggunakan mobil yang mewah. Keluarga Manganji memang keluarga kelas atas. Bisnisnya pun sangat berkembang pesat.

Keluarga Manganji tiba. MEreka tercengang dengan rumah yang ada dihadapannya. Rumah yang sangat sederhana ini. Mereka sulit mempercayainya calon anggota keluarga barunya hidup dilingkungan seperti ini. Takeshi terdiam melihat keterpanaan keluarganya.

"Mau sampai kapan berdiam diri disini. Ayo kita masuk." Ujar Takeshi Manganji memecahkan keheningan.

Mereka pun kedalaman usai perkataan Takeshi. Ai dan sang kakak sudah menunggu mereka di dalam.

"Selamat dataang dirumah kami. Mohon maaf kami kurang meriah menyambut kehadiran kalian semua" buka Kakak Ai.

"Ah, iya. Tidak masalah mengenai hal tersebut. Apakah yang disana itu Ai? Ujar tuan Manganji.

Ai dengan dress berwarna biru membungkukkan badannya sedikit sebagai salam penghormatan.

"Selamat datang semua dikediaman kami. NAmaku Ai Zalla" ujar Ai memperkenalkan diri.

"Sungguh cantik calon menantuku" ucap tuan Manganji memuji kecantikan Ai.

"Ah. Mari semua kita duduk " kata Kakak Ai mempersilahkan duduk keluarga Manganji.

Mereka semua duduk dikursi yang telah ditata Ai sempurna. Suasana dalam ruangan berbanding terbalik dengan yang ada diluar rumah. Ai sangat pintar menata ruangan bagian dalam.

"Nah, baiklah aku perkenalkan ini putera kebanggaanku. Namanya Takeshi Manganji" ujar ayah takeshi memperkenalkan dirinya. Takeshi berdiri dan membungkukkan badan seperti yang Ai lakukan tadi.

"Perkenalkan namaku Takeshi Manganji" ujar Takeshi dingin.

"Aku sudah baca profilemu. Sungguh luar biasa. Anak diusia sepertimu sudah mampu menjalankan bisnis keluarga dan mengembangkannya " Puji Kakak Ai tentang calon Adik Iparnya

"Anda terlalu berlebihan tuan Athrun Zala" kata Takeshi dingin kembali. Ai menatap tajam Takeshi mengenai tanggapan Takeshi dari perkataan sang kakak.

"Ah menurut tidak. Baiklah sebelum kita ke acara inti. Mari kita santap hidangan yang sudah disiapkan. Ini semua Ai yang telah menyiapkannya. Mulai dekorasi ruangan hingga dengan hidangan. Ini semua Ai yang persiapkan" Jelas sang kakak membuat Ai tersipu malu.

Tiba-tiba saja Takeshi Manganji berdiri dan berjalan mendekati Ai lalu menarik tangannya untuk berdiri.

"KAliam semua santap saja hidangan. Aku dan calon isteriku ini ingin berbicara berdua saja sebelum kami menikah" ujar Takeshi tiba-tiba membuat semua tercengang.

"Ah,baiklah jika itu keinginan kalian berdua" kata kakak Ai.

Ai tersentak mendengar perkataan sang kakak. Kenapa sang kakak menyetujui sikap calon suaminya ini. TAkeshi menarik paksa tangan Ai untuk mengikutinya.

SEmua tersenyum melihat aksi Takeshi yang secara tiba-tiba seperti ini. Takeshi menarik Ai berjalan menulusuri tangga ke lantai dua rumah Ai. TAkeshi melihat ada pintu kamar yang terbuka. Ia mengajak Ai masuk ke dalam.

"Tutup pintunya" ujar Takeshi melepaskan tangan Ai.

Ai mencibir perintah Takeshi. Ia mengikuti perintah calon suaminya. Takeshi menghela nafas panjang.

"Hahhhh.... Akhirnya kita bisa bicara berdua saja" ujar Takeshi pada Ai.

"Oh" kata Ai singkat. Takeshi terhenyak mendengar perkataan Ai.

"Baiklah, aku langsung saja pada inti pembicaraan. Apa alasan utamamu menyetujui perjodohan ini?" Tanya Takeshi langsung tanpa basa basi

"Bukankah ini permintaan orang tua kita. Aku hanya itu. Kau sendiri apa alasanmu menerima perjodohan ini?" Kata Ai menanya balik Takeshi

"Aku belum memutuskan mengenai hal itu." Kata Takeshi. Ai menatap dalam Takeshi.

"APa kau benar-benar yakin ingin tetap melanjutkan perjodohan ini? KAu masih muda. Bakatmu kuakui luar biasa setelah membaca profilemu. Apakah kau tidak berpikir mengenai perjodohan ini bisa menghentikan bakatmu itu?" Kata Takeshi lagi.

"HAl itu akan aku pikirkan setelah pernikahan nanti" jawab Ai singkat.

"Baiklah. Atau kau bermaksud menjadikan pernikahan sebagai aset pengembangan bisnis keluargamu?" Kata Takeshi sinis pada Ai.

"BUkankah itu tujuan keluargamu. Aku tidak tertarik melanjutkan pembicaraan ini. Aku ingin turun ke bawah" Kata Ai seraya melangkah. TAkeshi menarik tangan Ai.

"TIdak mungkin. Apa kau jatuh cinta padaku setelah melihatku? " tanya Takeshi membuat Ai terkejut.

"A-apa?!" Kata Ai sedikit teriak.

"Kuberi peringatan padamu. KAlau calon suamimu ini manusia yang tidak berperasaan. SElagi bisa kau berlari, berlarilah sejauh mungkin. Karena selagi kau sudah terikat maka tangan pernah bisa lepas" kata Takeshi dingin. Ai menatap tajam.

"Jika kau ingin menolak, kau katakan saja pada semua orang yang ada dibawah. Aku akan tetap melaksanakan janji yang kedua orang tua berikan pada keluargamu" Balas Ai sinis.

"Baiklah, peringatan sudah kuberikan. Jangan sampai kau akan menyesal disisa umurmu" Kata Takeshi tajam.

"Apa?!"Kata Ai kesal.

Kemudian Ai melangkah dan menginjak kaki TAkeshi keras.

"Auw!"Teriak TAkeshi kesakitan kakinya diinjak Ai.

Ai langsung kabur ke bawah. Ia tersenyum geli melihat wajah Takeshi yang kesakitan. Sedangkan Takeshi tak menyangka jika Ai akan bertindak demikian.

Ai's POV

Rasakan itu. Dasar pria sombong. CAra pandang sungguh menyebalkan. Oh My God kenapa harus orang macam dia yang akan menjadi suamiku kelak. Firasat buruk menghatuiku.

Takeshi's POV

Apa-apaan dia! Kuajak kerja sama malah seperti ini. Huh gadis yang aneh. Awas saja dia. Peringatan sudah kuberikan. Akan aku buat dia menyesali perbuatannya

Next ➡ Chapter 4

Marry meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang