Chapter 14 : Talking About Our Relationship

2K 217 20
                                    

Lajuna terkejut bukan main kala mendengar suara asing itu hingga dengan refleks ia mengigit bibir Hakemma dan membuat dominannya meringis kesakitan. Si manis segera berbalik badan, memandang atasannya yang menatapnya tak percaya. Sial, Lajuna tak menyangka jika mereka akan ketahuan! Keringat dingin mulai membanjiri tubuh Lajuna, hal-hal negatif sudah berputar-putar dikepalanya.

Lajuna sangat takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Sementara Hakemma masih bersikap santai sambil mengusap bibirnya yang terasa sangat perih seolah kehadiran Dhafian bukanlah sesuatu yang harus ia khawatirkan. Hakemma melihat jemarinya yang berwarna merah.

"Sshh ... kamu tega banget gigit bibir Kakak sampe berdarah gini, Jun," keluhnya.

Dhafian yang menyadari sikap acuh Hakemma pun merasa jengkel. "Kemma?!! Lo beneran udah gila ya?!" Dhafian memungut kembali kertas yang sempat ia jatuhkan karena terlalu terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Ia datang disaat yang sangat tidak tepat. Dhafian merasa menyesal karena telah menyusul Hakemma sekarang.

Lajuna bergerak gusar ketika mendapati tatapan memicing dari Dhafian. "I—itu ... Maaf, Pak. Maaf sudah melakukan hal yang tak sopan ketika masih berada di kantor. Saya mengaku salah." Lajuna menundukan kepalanya dalam-dalam sambil merutuki kebodohan dirinya sendiri. Lajuna sangat malu dan merasa takut. Jemari lentiknya bergerak acak untuk melampiaskan rasa gugupnya.

Hakemma yang menyadari kekhawatiran Lajuna pun berdeham pelan. "Lo kenapa dateng sekarang sih? 'Kan gue udah bilang, nanti gue sendiri yang ke ruangan Ayah. Ganggu orang pacaran aja," protes Hakemma. Pria itu melangkah mendekati Dhafian untuk mengambil alih dokumen yang dibawa pamannya tersebut.

Belum hilang rasa perih di bibirnya, sebuah pukulan ringan pun mesti di terima oleh Hakemma. Seraya mengusap kepalanya yang baru saja mendapatkan hadiah dari Dhafian. "Harusnya lo bersyukur karena gue yang masuk ke ruangan lo!! Bukan pegawai lo atau mungkin tamu perusahaan!! Di bawah lagi banyak wartawan, lo mau hal kayak gini bocor ke publik?!! Apa kata orang-orang nanti?!!" omel Dhafian sambil menjewer telinga Hakemma hingga pria itu merengek kesakitan.

"Aahh!! Sakit!! Sakit, Dhaf!!"

Dhafian tak menghiraukan rengekan Hakemma, ia malah semakin memutar telinga Hakemma hingga memerah. "Coba kalo orang lain yang masuk, mereka lihat lo lagi berantem sama pegawai baru yang ternyata mantan lo itu, terus tiba-tiba balikan dan langsung ciuman. What the hell is going on here?!! Are you lost you fucking mind?!! Minimal kunci pintu dulu ya, Bocahh!!"

"Iya-iya!! Udah dulu marahnya! Lo bikin pacar gue ketakutan."

Dhafian akhirnya melepaskan jewerannya sambil menyentaknya pelan. Ia gemas sekali melihat kelakuan sepupunya ini. Bagaimana bisa Hakemma menanggapinya dengan begitu santai tanpa rasa panik sedikit pun? Pria tan ini memang tak ada takutnya selain berhadapan dengan Theodore.

Dhafian memandang ke arah Lajuna yang masih menunduk karena merasa sangat bersalah dan malu. Dhafian sedikit tak tega untuk memarahi Lajuna meskipun pria itu juga sudah mengaku bersalah. Sedangkan Lajuna yang merasa di tatap jadi berpikir bahwa ia baru saja menjatuhkan reputasinya sendiri sebagai seorang karyawan, ia sudah lancang melakukan hal seperti ini di kantornya.

Terdengar suara hembusan nafas berat dari Dhafian. "Gue gak akan ngelarang, tapi kalo mau berbuat yang iya-iya tolong kunci pintu dan lihat-lihat keadaan dulu. Bukannya gue sok ngatur, tapi tolong inget sama jabatan lo. Lo itu Direktur perusahaan dan Ayah sambung lo itu Kepala Presedir. Lo bakalan banyak di sorot sama media kalo sampai lo teledor soal hal kayak begini. Efeknya nanti bukan cuma ke diri lo, tapi juga ke citra perusahaan. Lo harus hati-hati soal kayak begini, Kem. Tolong jangan dianggap spele." Dhafian mencoba menasihati sepupunya. Ini pertama kalinya ia melihat Hakemma bermesraan bersama pegawainya di kantor.

EDELWEISS : The Destiny Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang