Chapter 19 : The Rumors

1.1K 138 0
                                    

Hakemma menggeliat pelan dalam tidurnya, perlahan netra itu terbuka dan berusaha membiasakan cahaya yang menyeruak masuk dari jendela besar apartement kekasihnya. Ketika ia sudah dapat melihat dengan jelas, pemandangan pertama yang Hakemma dapatkan adalah sosok Lajuna yang tersenyum lucu. Si manis tengah terduduk di atas tubuhnya tanpa menggunakan atasan pakaian. Pria itu baru saja selesai dari acara mandinya.

"Selamat pagi, calon suami."

Hakemma terkekeh pelan karena panggilan itu. "Selamat pagi, cantik," sapa Hakemma menggunakan suara khas bangun tidurnya. Ia menarik tubuh Lajuna untuk berbaring di atas tubuhnya lalu mendekap tubuh itu dengan erat.

Setelah hari dimana Hakemma melamar Lajuna di atas kapal Yacht, keduanya memutuskan untuk tinggal bersama di kediaman Lajuna. Ikatan keduanya semakin intim sehingga mereka sudah yakin untuk melangsungkan pernikahan ketika segala urusan perusahaan sudah selesai nanti. Hubungan antara Lajuna dan keluarga Hakemma pun semakin akrab sehingga Lajuna ikut merasakan kehangatan keluarga tersebut.

Seperti saat ini, keduanya malah asyik berpelukan meskipun jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Mereka selalu melakukan aktivitas mesra tersebut setiap paginya untuk mengisi energi mereka selama menjalankan aktivitas seharian. Lajuna menggeliat pelan dan kembali menegakkan tubuhnya hingga pelukan Hakemma terlepas.

"Hari ini bakalan sibuk banget, ya?" tanyanya dengan bibir yang mengerut. Lajuna sempat melihat jadwal kerjanya hari ini, ternyata Hakemma dan dirinya memiliki kesibukan yang berbeda sehingga keduanya akan terpisah.

Hakemma mengangguk pelan, membenarkan pertanyaan Lajuna. "Ya ... kita bakal diskusi lagi sama Ayah. Kakak juga ada jadwal buat ketemu sama beberapa investor nanti. Kalo Kakak masih sibuk di jam makan siang, kamu gak perlu nunggu Kakak ya. Makan siang aja sama Nicole atau Atalaric. Make sure to eat well. Nanti pulangnya kita makan malam berdua." Hakemma mengulum senyum, seraya menyelipkan anak rambut Lajuna ke belakang telinga sang empu.

"Cantik. Kamu kok cantik banget sih? Bikin Kakak jadi jatuh cinta setiap detik."

Lajuna tertawa karenanya, "Alay." Si Manis turun dari atas tubuh Hakemma lalu memakai bajunya yang sudah ia persiapkan untuk bekerja hari ini. "Sana mandi, aku yang buat sarapan. Kakak mau sarapan apa?"

Hakemma memperhatikan Lajuna yang tengah mengancingi kemejanya, pinggang ramping dan perut rata itu masih terlihat dengan jelas. Hakemma menyeringai kecil, "Don't you want to be my breakfast? Your breasts look so yummy. Can I eat it?" Hakemma menaik-turunkan alisnya untuk menggoda tunangannya.

Wajah Lajuna terlihat bersemu, namun Lajuna mencoba menutupinya dengan memasang raut garang meskipun malah terlihat menggemaskan di mata Hakemma. "Ngaco omongan lo! Mandi atau gue lempar lo ke danau?!!" ancamnya sambil melempar bantal ke arah Hakemma. Sementara Sang Dominan meledakkan tawanya karena mendapat reaksi lucu dari kekasihnya itu.

"Galak banget calon istri."

Hakemma bergegas menuju kamar mandi sebelum mendapatkan omelan dari Lajuna. Keduanya mengisi pagi dengan sedikit keributan-keributan kecil yang terdengar. Hakemma yang iseng dengan Lajuna yang semakin kehilangan kesabarannya membuat suasana pada apartement itu terasa ramai meskipun hanya ada mereka berdua.

Setelah menyelesaikan aktivitas pagi mereka, kini keduanya sudah sampai pada gedung perusahaan HoneyBear yang berdiri kokoh ditengah-tengah kota. Seperti biasanya, keduanya masih bertingkah layaknya Sang Direktur dan Staff-nya. Lajuna bahkan berjarak sepuluh langkah dibelakang Hakemma agar tak menimbulkan asumsi yang buruk jika mereka berjalan beriringan.

Hakemma memasuki lift khusus sementara Lajuna menaiki lift untuk karyawan yang tentunya sedikit lebih lambat dan berdesakan dibanding lift khusus. Selama di lift, Lajuna disibukan oleh tabletnya untuk mengecek perkembangan apa yang tengah tersebar di media tentang perusahaan yang menaunginya. Lajuna menyalin beberapa artikel yang dirasa penting untuk ia observasi dan di diskusikan bersama rekan-rekan timnya nanti.

EDELWEISS : The Destiny Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang