Betapa terkejutnya Justin saat mendapati tubuh polos seorang wanita disisinya di pagi hari. Dia melompat dari ranjang dan segera memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Dengan gemetaran Justin beringsut kepojok kamar sambil memejamkan mata dan menutup ke dua telinganya.
Apa semalam dia telah diperkosa?
Sial. Sial. Sial.
Justin membuka matanya, pria itu mencoba menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan mencari keberadaan ponselnya. Ia harus menghubungi Fabio untuk membantu mengeluarkannya dari tempat ini sesegera mungkin. Justin meringkuk mengitari sekitaran ranjang dan tetap tidak menemukan ponselnya.
"Eunghhh..."
Alona terbangun sambil mengusap matanya, wanita itu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Namun tiba-tiba dia tersadar bahwa kini dia di tempat asing. Alona membelalakan mata saat menyadari bahwa tubuhnya pun polos tanpa sehelai benang yang hanya ditutupi selimut.
"Arghhh.... astagah... astagah... apa yang terjadi ?" Alona menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Sedangkan Justin tengah tiarap dibawah kasur, ia kembali menegang. Sial suara itu lagi. Justin menjatuhkan kepalanya lesu, pikirannya melalang buana. Hilang sudah keperjakaannya. Lihatlah wanita jalang setelah ini aku akan menuntut mu karena telah mencuri keperjakaan ku.
Alona menangis sesegukan. "Apa yang terjadi?" Lirihnya.
Alona menarik selimut perlahan, ia harus segera pergi dari tempat berdosa ini. Dia sudah tak tahan. Sialan dia semakin meringis saat melihat banyak bercak merah yang bertebaran di ranjang putih itu. Darah keperawanannya. Hilang sudah.
"Bodoh. Bodoh. Bodoh." Alona memukul kepalanya. "Sial, brengsek, idiot, dungu. Apa yang sudah kulakukan."
Alona mengacak-acak rambutnya dan menendang-nendang selimut. Wanita itu menangis sesegukan menyesali keadaannya saat ini. Lebih sialnya dia tak ingat dengan siapa dia melakukan kegiatan ranjang itu semalam.
Alona menghapus air matanya kasar lalu menarik kembali selimut dan melingkarkan ketubuhnya, dia bergeser dan mencoba berdiri, namun sialnya dia terjatuh. Alona menjerit kuat namun bukan karena pangkal pahanya yang terasa nyeri, tapi hal lain yang lebih mengejutkan, seseorang dibawah ranjangnya.
"S-Siapa... kau?" Tanya Alona terbatah.
Justin mendongak menatap Alona.
"Arghhhh..." Jerit keduanya.
Justin menjauh. "Jadi kau jalang yang telah memperkosa ku?" Geramnya.
Alona menggeleng kuat. "Aku tak memperkosa siapapun."
"Kau memperkosa ku, bodoh."
"Kau yang bodoh! Sudah ku katakan, tidak." Alona menatap bengis Justin. "Lagipula tak mungkin aku."
"Jadi maksud mu aku yang memperkosa mu?!" Teriak Justin.
"Tak perlu berteriak." Alona berdecak. "Kau mau seisi hotel tau?"
"Lihat saja jalang akan ku tuntut kau." Desis Justin.
"Apa? Apa yang ingin kau tuntut?" Alona melotot. "Kau ingin menuntut karena keperjakaan mu hilang? Lalu bagaimana dengan ku, aku pun dirugikan disini!"
"Tentu aku menuntut, kau psikolog ku dan tau jelas bagaimana kondisi ku, tak mungkin aku yang merayu mu."
"Semalam aku hanya membantu mu! Kau bertengger sendirian dalam keadaan mabuk." Jawab Alona tak kalah sengit.
"Kau berbohong! Tak kusangka seseorang yang sangat dibanggakan seperti mu pandai menipu." Justin berdecih sinis.
"Aku. Tidak. Menipu." Alona menekan setiap kata yang dia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN DESIRE [SELESAI] ✔️
Romance(21 +) MATURE CONTENT Justin Xander merupakan pewaris tunggal salah satu perusahaan layanan kesehatan terbesar di Amerika, Xanders Medical Corporation. Namun dibalik kesempurnaannya Justin merupakan seorang gynophobia atau phobia terhadap wanita. Na...