PART 02 | 🦋

559 16 1
                                    

Manhattan, New York City, USA.

Setelah perjalan lima belas jam akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna di kota teramai dari lima kota bagian yang membentuk New York, Manhattan, sebuah distrik komersial terbesar di Amerika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjalan lima belas jam akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna di kota teramai dari lima kota bagian yang membentuk New York, Manhattan, sebuah distrik komersial terbesar di Amerika.

"Kalian telah tiba?" Tanya Mario Xander, ayah Justin. Beberapa saat setelah ponsel Justin kembali aktif.

"Baru saja sampai," Jawab Justin. "Kami sedang dalam perjalanan menuju mansion sekarang."

"Baiklah." Ucap Mario. "Bagaimana dengan Manhattan? bukankah sudah banyak berubah?"

"Lumayan. Semakin ramai dan membuatku pening." Justin mengarahkan pandangannya jauh ke luar jendela, menatap suasana hiruk pikuk perkotaan yang masih terasa jelas di malam hari. Gelap malam semakin lekat dan salju yang turun perlahan-lahan semakin lebat namun tak menghalangi aktivitas orang-orang di kota ini.

"Kau tak merindukan Manhattan?"

"Kenangan pahit tak perlu dirindukan." Jawab Justin ketus.

"Apa tak pernah terlintas dipikiranmu untuk kembali menetap disini, Justin?"

"Tidak."

"Ini pertama kali sejak sepuluh tahun kau tak pulang. Aku menantikan momen seperti ini tiap waktu. Dan sekarang waktunya telah tiba, aku bahagia."

Justin menguatkan cengkraman pada ponselnya. "Jangan memulai, aku bisa saja membatalkan pertemuan ini jika terus berbicara omong kosong." Ancam Justin.

Mario menghembus napas berat. "Sepertinya kau kelelahan dan menjadi lebih sensitif." Ucap Mario. "Kita bicara nanti setelah kau tiba, sampai bertemu." Mario mematikan panggilan.

Justin meletakan ponselnya ke dalam saku celana seusai panggilan telepon terputus. Dia kembali menyapu pandangan ke sekeliling kota, hingga terpaku pada sebuah bangunan mewah nan megah yang menjulang tinggi di depan sana. Xander Medical Corporation dan tepat disebelahnya Xander Hospital Center.

"Bagaimana mulai tertarik, huh?" Tanya Fabio mengolok.

"Apa?" Justin menoleh ke samping. "Entahlah. Aku tak berminat berbisnis dengan orang sekarat."

"Come on, mereka datang dengan sukarela, tak ada paksaan. Tak ada yang dirugikan disini." Kata Fabio. "Lagipula, ayah memberikan kesempatan. Coba saja dulu, kau tak akan pernah tau jika tak pernah mencoba."

"Apa kau juga dibayar untuk membujuk ku?"

"Tidak. Ini murni keinginan ku karena aku tahu kau berpotensi."

"Bagaimana dengan mu? Kau tak ingin menjadi pemimpin disana, Fabio?"

"Jelas tidak. Aku tak minat menjadi pemimpin, lagipula aku sadar diri dengan posisiku. Aku tak mungkin melangkahi mu dengan statusku."

FORBIDDEN DESIRE [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang