Berisi Time skip dibeberapa part.
Happy reading guysss 🖤
🍁Di rumah
"Kak Arion kapan pulangnya kak?" Didi bersuara pelan.
Setelah menerima penjelasan yang diberikan oleh Arion, Didi mengetahui bahwa Kakaknya itu mengikuti audisi model. Pekerjaan yang sudah lama ia cita-citakan dan kepergiannya tidak ada sangkut pautnya dengan surat yang diterima Didi belakangan ini. Jadi Arion beralasan bahwa ini adalah keinginannya dan memang terjadi sedikit perseteruan dengan Ayah karena keputusannya ini. Tapi itu tidak menyurutkan mimpinya untuk menjadi model seperti apa yang sudah ia cita-citakan.
"Gatau" Jawab Barra dengan malas. Sejujurnya Barra tidak tau harus bersikap seperti apa sedangkan ia mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Tidak semulus yang diceritakan Arion kepada Didi. Cerita versi Arion klise dengan alasan mengejar cita-cita sampai harus meninggalkan rumah padahal ia diusir paksa bukan pergi sukarela. Kata Arion citra baik Ayah harus tetap dijaga setidaknya sampai Didi memutuskan untuk jadi apa kedepannya.
"Kalau ikut audisi gitu harus tinggal di agensi kak?" Didi bertanya lagi.
"Gatau"
"Terus kalau lolos audisi, Kak Arion langsung berangkat ke Paris ya Kak?" Didi menyambung lagi pertanyaannya.
"Gatau" Barra menjawab sambil menguap.
"Kak Barra itu taunya apasih? Setiap ditanya jawabannya gak tau terus!" Kekesalannya memuncak mendengar jawaban yang sama dan itu tidak menjawab pertanyaannya.
"Yakan memang gak tau cil" Untuk hal ini Barra memang tidak tahu. Mungkin benar setelah lolos Arion akan langsung pergi ke Paris dan menjalani kehidupan baru di sana.
Didi mendengus sebal melihat reaksi Barra yang terlalu santai. Apakah Barra tidak mengkhawatirkan Arion?
Melihat Didi yang melirik sinis ke arahnya, Barra balik bertanya. "Kenapa tadi gak kamu tanya langsung sama orangnya?"
"Didi itu tanya sama Kak Barra, jadi Kakak lah yang harus jawab" Semakin sinis pula jawaban yang diberikan Didi.
"Duh, capek ya ngomong sama bocil." Setelahnya Barra meninggalkan Didi sendirian. Sejak pulang sekolah tadi, mereka berdua hanya berbaring di sofa ruang keluarga tanpa berganti pakaian.
"Kenapa Bunda gak ada bilang soal Kak Arion ya?Bundaaaaa" Suara Didi sedikit berteriak memanggil sang Bundaratu.
"Nak Didi, Nyonya belum pulang." Suara dari asisten rumah tangga yang kebetulan mendegar rengekan Didi.
Didi sedikit terkejut dengan suara yang tiba-tiba menginterupsi kegiatan merengeknya. "Oh, kok tumben Bunda belum pulang, Buk?
"Lagi banyak kerjaan mungkin. Nak Didi lapar? Mau saya siapkan makanan? Bu Nani kembali bertanya.
"Enggak usah Buk. Tadi udah makan sama Kakak." Sebelum pulang tadi Arion memang mengajak Didi dan Barra untuk makan siang bersama. Untuk saat ini Didi masih kenyang.
"Buk Nani, saya titip Didi ya..." Belum selesai kalimat yang hendak Barra sampaikan kini ia terkejut melihat Didi yang masih pada posisi semula.
"Kakak mau kemana? Didi juga sedikit terkejut melihat kedatangan Barra yang sudah berpenampilan rapih.
"Ehh, itu.. ini mau e... kerja kelompok. Iya itu." Dengan jantung berdebar Barra memberikan alasan. Jangan sampai Didi curiga dengan gelagatnya dan tatapan penuh telisik kini tertuju kepadanya. Barra merasa awas dengan tatapan Didi jangan sampai ia ketahuan sedang berbohong. Susah payah Barra menelan salivanya ditambah degupan jantungnya juga semakin cepat.