BAB 3

545 22 1
                                    

Happy reading


Siang ini, Aina beserta keluarga ndalem sudah kembali ke pesantren. Aina dari tadi terus saya terlihat murung lantaran liburan nya terpotong karena acara pernikahan nya dengan Gus Dika. Padahal rencananya Aina sudah di siapkan dri sebelum liburan, seperti jalan-jalan ke taman dekat rumah nya, pegang hp, bisa ketemu sama temen-temennya, dan lainnya' lah.

Di dalam kamar, Aina hanya berdiam smebari membaca buku milik Gus nya. Gadis itu rebahan santai di kamar denagn posisi tengkurap. Sebenarnya Aina membawa ponsel nya ke ndalem. Dan bisa saja memainkan nya, tapi kondisi ponselnya Aina sekarang berada di tangan nya Gus Dika. Semalem Gus Dika bilang ia boleh memainkan ponsel tapi saat di ndalem saja.

Ceklekk

Gus Ibra membuka pintu kamar yang ditempati Aina tadi.

"Udah shalat belum?" Tanya Gus Dika saat memasuki kamarnya dan melihat aina tiduran di atas kasur miliknya.

"Kamu nanyeaa?" Ucap Aina pelan.

"Hah? Kamu ngomong apa tadi? Saya ngga denger" ucap Gus Dika sedikit bingung.

"Belum Gus, tadi saya bicara sama nyamuk hhe" ucap aina sembari tersenyum paksa.

"Kalau gitu, ayo jama'ah bareng saya, kamu buruan ambil wudhu!" Ucap Gus Dika sembari menggelar sajadah nya.

"Lah, Gus belum shalat juga? Dih katanya Gus kok telat cuahkksss" ucap aina tanpa rasa bersalah.

"Belum" jawab Gus Dika singkat.

"Idihh, Gus nya marah, jadi Atuttt dehh" ucap Aina lalu berlari meninggalkan Gus Dika untuk mengambil air wudhu.

Setelah aina mengambil air wudhu ia memakai mukena nya, barulah Gus Dika memuali gerakan shalat dengan khusyu'.

Ini baru pertama kali ia shalat berjamaah dengan Gus Dika, walaupun Gus Dika Gus di pesantren nya Aina, tapi Gus diak lebih sering shalat di duamh di banding masjid dekat pesantren.

"Assalamu'alaikum
Warahmatullah."

"Assalamu'alaikum
Warahmatullah."

Gus Dika memutar tubuhnya agar menghadap belakang ke arah aina. Lalu gus Dika menyodorkan tangannya.

"Mau ngapain?" Tanya aina polos.

"Salim" ujar Gus Dika.

Kinan menyalimi punggung tangan serta telapak tangan  Gus Dika.

"Kamu udah juz berapa?" Tanya Gus Dika.

"Masih juz 14 Gus, soalnya saya jarang ngaji" jawab Aina pelan.

"Nanti setoran bareng saya ya?" Uajr Gus Dika.

"Gus, Ina mau nanya boleh ngga?" Tanya Aina.

Gus Dika menggangguk.

"Kenapa Gus mau menikahi Ina? Kenapa ngga ustadzah, Ning dan wanita yang paham agama lah pokoknya, kan Gus nya paham agama seharusnya Gus sama ning gitu" ucap Kinan.

perjodohan dengan Gus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang