BAB 6

494 17 0
                                    

Happy reading


Suasana pondok sudah kembali seperti aktivitas biasanya. Banyak santriwan dan santriwati yang berlalu lalang di area pesantren, banyak pula yang sudah pergi menuju madrasah untuk menimba ilmu.

Aina yang kebetulan ada keperluan di ndalem, menyempatkan dirinya sebentar untuk menemui mbak zizah yang sedang piket di ndalem sebelum nantinya ia pergi ke madrasah.

"Ina." Panggil Gus Dika ketika Aina selesai dengan kepentingan nya.

"Ada apa Gus?" Tanya aina berdiri tepat dihadapan Gus Dika.

"Saya mau menemani Abi dan ummi, mungkin pulang nya sore. Nanti ke ndalem sebentar ya? Temui saya." Ucap Gus Dika.

"Hm? Mau bahas apa lagi Gus?" Tanya Aina.

"Tidak bahas apa-apa." Jawab Gus Dika sembari memakai sendalnya.

"Terus ngapain Ina harus temuin Gus? Ina dihukum kah?" Tanya Aina lagi.

"Ya jenguk suami mu ini." Ucap Gus Dika sambil berdecak pelan.

"Gus ngga lagi sakit tuh, kenapa harus di jenguk?" Ucap Aina semakin tengil.

"Astagfirullah ning! Pokoknya nanti temui saya di ndalem. Tidak usah tunggu saya, kamu langsung masuk kamar saya saja." Ucap Gus Dika mulai kesal dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir mungil istrinya.

"Okeh" ucap aina.

"Mau kemadrasah?" Tanya Gus Dika saat aina ingin melangkahkan kakinya.

"nggih gus, mau sekolah biar cepet pinter." Ucap Aina kembali mendengus, sebab Gus dika mengulur-ulur waktunya untuk pergi ke sekolahnya.

Tanpa Aina sadari, Gus Dika merogoh saku kemejanya yang terselip beberapa lembar uang, lalu ia berikan salah satu nya kepada aina yang membuat Aina menatap bingung gùs Dika dan uang yang masih berada di tangan gus Dika.

"Gus mau dibelikan apa?" Tanya aina dengan kening yang mengerut.

"Bukan, ini untuk jajan kamu." Ucap Gus Dika tetap menampilkan senyumnya. Ia tak habis pikir dengan Aina yang menyimpulkan bahwa dirinya meminta untuk dibelikan sesuatu.

"Untuk Ina?" Tanya Aina.

"Iya sayang, diambil nggih? Buat jajan nanti." Ucap Gus Dika mempertahankan senyum manisnya.

"Tapi ini kebanyakan Gus, eh! Tapi ngga papa deh, lumayan juga buat seminggu emang ya rezeri anak Sholeh ngga kemana." Ucap Aina langsung menerima uang itu dengan cepat, Lalu menyimpan nya di saku seragamnya.

"Gus orang kaya ya?" Tanya aina.

"Hm, tidak. Tapi kalau menafkahi kamu, insyaallah, saya masih mampu ning." Jawab Gus Dika.

"Ohh, kalau gitu Ina minta dibelikan tas dior sama bom bom car dong Gus." Ucap Aina tanpa dosa.

Mendengar ucapan Aina kedua mata Gus Dika pun melotot.

"Ngelunjak dikit ngga ngaruh wirrr." Batin aina melihat Gus Dika yang sedikit shock dengan permintaan nya.

"Sudah, sanaa berangkat ke madrasah. Nanti telat di hukum lagi sama ustadz Hanan." Ucap Gus Dika seraya menepuk pelan kepala Aina.

"Sebenarnya ya Gus, Ina itu suka di hukum sama ustadz Hanan" ucap Aina sambil nyengir tanpa peduli dengan Gus Dika.

"Kenapa?"

perjodohan dengan Gus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang