BAB 4

497 20 2
                                    

Happy reading


Malam ini, Gus Dika terbangun dari tidurnya. Sebab sedikit terganggu dengan tidurnya Aina. Karena Gus Dika yang melihat Aina gelisah, Gus dika pun bangkit dari tidurnya, terliaht gadis itu berbalik kekanan dan ke kiri.

"Kamu kenapa? Bangun dulu" ucap Gus Dika.

"Mmmmmm.." gugup Aina bangun dari kasur.

"Mau kemana?" Tanya Gus Dika.

"Aina mau ke wc dulu" ucap aina sedikit serak.

Gus Dika menggangguk.

"Lepas dulu kaos kaki kamu" ujar Gus Dika. Karena Aina berjalan dari tadi tanpa melepaskan kaos kaki nya. Memang, Aina tidak bisa tidur kalau tidak menggunakan kaos kaki, karena dia sudah terbiasa dari kecil.

Bersamaan dengan aina yang masuk kedalam kamar mandi. Gus Dika memutuskan untuk mengambil air minum di dapur.

Kebetulan sekali ketika Gus Dika berada di dapur, ia bertemu dengan ummi nya sendiri yang tengah membuat teh panas.

"Untuk siapa ummi?" Tanya Gus Dika sembari meneguk air putih yang ia pegang tadi.

"Untuk ummi, karena hawanya dingin, kamu mau ummi bikin kan?" Tanya ummi.

"Ndak usah ummi." Ujar Gus Dika sembari tersenyum tipis.

"Abi udah tidur, mii?" Tanya Gus Dika.

"Belum, masih ada di ruang tamu sama Abang kamu tadi" balas ummi.

"Aina bagaimana? Betah disini?" Tanya ummi alina.

"InsyaAllah ummi, tapi Aina Kam belum terbiasa tidur di sini" ujar Gus Dika.

"Kalau mondoknya sudah mulai lagi, lalu bagaimana kalian?" Tanya ummi alina.

"Ngga gimana-gimana mii, semalem juga Dika sudah bilang ke Aina kalau sehari di asrama dan seminggu di ndalem" ucap Gus Dika.

"Apa kalian ngga mau dipublikasikan saja pernikahan kalian? Nanti biar kita siapkan resepsi di pesantren nak" ujar ummi alina.

"Mungkin nanti saya mii, nunggu Aina selesai sekolah nya juga" ucap Gus Dika.

"Tapi nanti takutnya terjadi fitnah nak, apalagi nanti Aina sering bolak-balik ke ndalem, takutnya ada yang mengetahui ini nak dan ada yang membawa informasi yang tidak-tidak" ucap ummi alina.

"Insyaallah engga mii, lagian Aina 5 bulan lagi selesai sekolah nya." Ucap Gus Dika.

"Yowes kalau gitu mau kamu nak." Ujar ummi.

"Yaudah, Dika ijin mau kekamar dulu mii, assalamu'alaikum" ucap Gus Dika lalu beranjak pergi dari dapur.

Gus Dika memasuki kamarnya, dna membawakan segelas air putih untuk berjaga-jaga jika ia terbangun karena haus. Ia meliaht ke arah jam yang terletak di dinding sudah menandakan pukul setengah sebelas malam.

Kembali melirik Aina yang sudah keluar dari kamar mandi. Gus Dika menggeleng-geleng pelan melihat Aina yang sudah tertidur pulas dengan posisi  tengkurap.

"Gussss" rengek Aina masih dalam tidurnya.

Gus Dika menoleh pada aina.

"Aina masih mau sama bunda" ucap Aina mengigau.

Gus Dika terdiam melihat Aina.

( • • • )

Aina terbangun dan membuka matanya perlahan lahan.

"Saya boleh nanya Ning?" Ucap Gus Dika.

"Nanya apa Gus?" Jawab Aina.

"Semalem kamu ngelindur." Ucap Gus Dika semabri mengulas senyumnya.

"Hah? Ngelindur apa Gus? Aneh ngga?" Tanya Aina penasaran.

"Kamu menangis sambil memanggil nama saya"

"Lalu Kamu bilang kalau kamu masih mau sama bunda Anita" lanjut Gus Dika.

"Saya mau tanya, tolong dijawab jujur sama ning nya ya" ucap Gus Dika lagi.

"Jujur sama saya, apa kamu terbebani karena adanya pernikahan ini?" Tanya Gus Dika lemah lembut.

"Gus kenapa tiba-tiba menanyakan ini?" Tanya balik Aina.

"Saya hanya memastikan Ning, kalau kamu terbebani biar saya mengantarkan kamu pada keluarga Ning nya, dan saya bisa lepas kamu dulu, agar kamu fokus untuk sekolah, dan kamu tidak perlu repot-repot mengurus saya" ucap Gus Dika.

"Saya tidak mau menjadi penghalang kamu ning, takutnya kamu terganggu kalau belajar nya karena pernikahan ini, dan saya tau menikah diusia muda seperti kamu ini bukan lah hal yang mudah, tentu nya pasti banyak rintangan yang kita berdua akan menghadapi. Saya tidak mau Ning kamu terpaksa menjalani semua ini takut nya kamu menyesal nantinya" jelas Gus Dika membuat Aina meneteskan air matanya dan menunduk.

"Guss.." lirih Aina.

"Iya ning?" Tanya Gus Dika.

"Awalnya, Ina memang terbebani karena adanya perjodohan ini, tapi seiring berjalannya waktu Ina sudah ikhlas menerima Gus menjaid suaminya Aina dan Aina ikhlas menerima semua ini, Aina juga pengen menyempurnakan ibadah Ina dengan Gus Dika" ucap Aina masih dalam keadaan kepala menunduk.

"Apakah kamu yakin Aina?, kamu tidak terpaksa kan dengan perjodohan ini?" Ucap Gus Dika memastikan lagi.

"Guss,, Ina ngga terpaksa! Ina ikhlas lillahi ta'ala" ungkap Aina.

"Alhamdulillah kalau begitu" ucap Gus Dika sembari tersenyum ke arah Aina.

"Jangan pikirkan pernikahan ini, kamu fokus sekolah dulu ya? Jangan jadikan pernikahan ini menjadi hambatan untuk kamu sekolah, walaupun kamu sudah menikah dengan saya, kamu masih bisa mencari ilmu" ujar Gus Dika.

"Nggih Gus."

_____••_____


Amuntai
(8-3-2024)

perjodohan dengan Gus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang