-Part 3-

767 116 30
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 petang dan kelas akhirnya berakhir membuat mereka semua memutuskan untuk pulang.

"Kalian ke parkiran saja duluan. Aku ingin ke toilet" ujar Chaeyoung.

"Mau Eonnie temani?" Tanya Jennie.

"Aku bisa sendiri kok" sahut Chaeyoung lalu kakinya melangkah pergi untuk menuju ke toilet.

Bersamaan dengan itu juga, Limario bersama sahabatnya datang menghampiri Jennie dan yang lain.

"Dimana Chaeyoung?" Tanya Limario.

"Ke toilet" sahut Jennie.

"Lo kenapa nanya soal Chaeyoung mulu si? Lo suka sama Chaeyoung?" Tanya Joy menatap Limario dengan curiga.

"Iya, gue suka sama Chaeyoung" sahut Limario lantas dia beralih menatap Jennie "Dan gue akan mengambil dia dari Nuna!"

Jennie, Joy dan Irene sontak tertawa dengan keras membuat para cowok kelihatan bingung.

"Ada yang lucu?" Bingung Jisoo.

Jennie mengangguk "Asal lo tahu, gue hanya bercanda saja si. Chaeyoung itu sudah menjadi dongsaeng gue sama yang lain. Tidak mungkin juga gue pacaran sama Chaeyoung kali"

"Terus kenapa tadi Nuna ngomong kalau Chaeyoung itu pacar Nuna huh?" Dumel Limario.

"Itu karena gue tidak ingin cowok tengil seperti kalian mendekati Chaeyoung" sahut Jennie.

"Apa lagi cowok buaya seperti lo" lanjut Joy.

Limario mendengus "Aku cinta mati sama Ayang Chaeyoung ya!"

"Katanya cinta tapi malah ngerdus sama cewek yang lain" sinis Irene.

"Itu hanya bercanda kali" sahut Limario cengesan.

"Jadi lo benaran tidak pacaran sama Chaeyoung?" Tanya Jisoo menatap Jennie.

"Iya. Lagian kalau gue pacaran sama dia juga apa urusannya sama lo?" Balas Jennie ingin memancing Jisoo.

"Tidak ada apa apa si. Gue hanya kasian sama cowok lo nanti. Bisa bisanya dia menderita gara gara mendapat kucing galak seperti lo sebagai pacar" balas Jisoo.

"Apa lo ngomong!?" Jennie yang sudah terlanjur kesal langsung saja mencubit perut Jisoo sehingga cowok itu melompat kesakitan.

"Sakit Jennieta!!" Kesal Jisoo.

"Heh, enak saja lo ganti nama gue!" Dumel Jennie melepaskan cubitannya diperut Jisoo.

"Bodo!" Balas Jisoo mengusap perutnya.

Jennie memutar bola matanya dengan malas sebelum pandangannya tertuju kepada Limario "Lo serius sama perasaan lo itu?"

"Gue serius Nuna. Sejak awal gue memang sudah jatuh cinta sama Chaeyoung tapi dia sulit untuk didekati. Gue pacaran sama cewek cewek yang lain juga gara gara bosan saja si. Lagian itu juga taruhan dari olaf sama beruang" sahut Limario.

"Gue diam saja loh" gerutu Seulgi begitu juga dengan Wendy yang mendengus sebal.

"Chaeyoung tidak suka sama cowok" ujar Jennie.

"Tuhkan! Gue benar!" Heboh Wendy.

"Tapi itu bukan artinya Chaeyoung menyukai cewek" lanjut Jennie.

"Maksudnya?" Bingung Seulgi.

"Chaeyoung punya trauma sama cowok. Dulu Chaeyoung punya pacar, namanya Jeffri. Cowok brengsek itu hampir saja memperkos*nya. Beruntung sekali Chaeyoung sempat diselamatkan oleh June Oppa tapi June Oppa malah meninggal gara gara ditusuk oleh Jeffri. Sejak saat itu, Appa Chaeyoung membenci Chaeyoung bahkan dia menyalahkan Chaeyoung atas kematian June Oppa. Chaeyoung hampir bunuh diri tapi gue berjaya menyelamatkan Chaeyoung sehingga gue memutuskan untuk membawa Chaeyoung tinggal bersama gue dan Irene di apartment. Dan Joy akhirnya ikut berpindah ke apartment yang sama karena khawatir sama kondisi Chaeyoung" jelas Jennie.

"Sejak saat itu juga Chaeyoung trauma sama cowok. Itu juga menjadi alasan dia bersikap cuek sama cowok" lanjut Irene.

"Si Jeffri brengsek banget taii!" Umpat Jisoo kesal.

"Gue ingin mendekati Chaeyoung!" Ujar Limario dengan serius.

"Tapi bagaimana caranya?" Tanya Jennie khawatir.

"Gue akan merubah penampilan gue. Gue akan mengganti identitas gue. Gue akan menjadi cewek" jelas Limario dengan yakin.

"Otak lo konslet atau bagaimana si? Ngadi ngadi nih anak" gerutu Joy tidak habis fikir.

"Anggap saja ini pengorbanan gue demi cinta gue untuk Chaeyoung" balas Limario.

"Kalau lo serius mencintai Chaeyoung, gue setuju sama rencana lo. Tapi kalau lo menyakiti dia, gue kubur lo hidup hidup!" Ancam Jennie penuh penekanan.

"Doi lo galak bener Ji" bisik Seulgi.

"Gue saja takut sama dia" balas Jisoo ikutan berbisik.

"Nuna percaya saja sama gue. Gue janji tidak akan menyakiti Chaeyoung dan gue akan pastikan Chaeyoung bisa menghilangkan traumanya!" Sahut Limario dengan serius.

"Ngomong ngomong, kenapa Chaeyoung lama banget?" Timpal Irene khawatir.

"Ah, lo benar. Ayo kita samperin!" Ujar Joy menyeret Irene dan Jennie menuju ke toilet diikuti oleh yang lain.

Setibanya disana, mereka melihat Chaeyoung yang berdiri didepan pintu toilet bersama sosok laki laki.

"Ayo aku hantar kamu pulang" ajak Mark.

"G-Gue bisa pulang sendiri" sahut Chaeyoung menunduk takut.

Namun Mark tidak menyerah, dia beralih memegang tangan Chaeyoung membuat gadis itu tersentak.

Bayangan bayangan sosok Jeffri mula muncul difikirannya.

"Hiks jangan" isak Chaeyoung ketakutan.

"Yakk!" Limario berseru marah. Dia lantas menghampiri Mark dan menyeret cowok itu menjauh dari Chaeyoung.

"Chae!" Jennie bersama Joy dan Irene pula berjongkok disamping Chaeyoung yang sudah terduduk lemes dilantai.

"Hiks jangan. Pergi!" Isak Chaeyoung menutup wajahnya.

"Chae, ini Eonnie" ujar Jennie mengelus kepala Chaeyoung dengan lembut.

"Hiks Jennie Eonnie" isak Chaeyoung beralih memeluk Jennie dengan erat.

"Shh, tenang ya. Sekarang tidak akan ada siapa siapa menyakiti kamu lagi. Ada Eonnie, Irene sama Joy yang akan melindungi kamu" bisik Jennie menenangkan Chaeyoung.

Sementara itu, Seulgi bersama Wendy dan Jisoo pula berusaha melerai Limario yang terus memukul Mark.

"Apa masalah lo sialan!" Teriak Mark dengan marah.

"Lo bikin Chaeyoung takut sialan!" Balas Limario emosi.

"Gue tidak melakukan apa apa ya! Cewek itu saja yang sok tersakiti!" Balas Mark berdecih.

"Kurang ajar!"

Limario ingin kembali menyerang Mark namun Jisoo langsung memeluknya "Jangan woi. Bisa bisanya Chaeyoung semakin benci sama lo kalau dia melihat lo kesetanan seperti ini!" Bisik Jisoo membuat emosi Limario seketika menghilang.

"Mendingan lo pergi. Jangan mengganggu Chaeyoung lagi" usir Seulgi.

Mark berdecih dengan pelan sebelum berlalu pergi dari sana.

"Gue akan bawa Chaeyoung pulang duluan" pamit Irene berganjak pergi bersama sahabatnya.

"Ayo, kita juga harus pulang" Jisoo mengajak sahabatnya.

"Tapi bagaimana sama Chaeng?" Lirih Limario menatap kepergian Chaeyoung.

"Chaeyoung butuh waktu. Tadi saja dia ketakutan ketika melihat Mark. Kalau lo menghampiri dia, mungkin dia juga akan ketakutan" ujar Wendy menepuk pundak Limario.

"Arrasso" sahut Limario menghembuskan nafasnya dengan kasar.








Tekan
   👇

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang