-Part 68-

390 72 5
                                    

Sedari tadi, ponsel milik Limario terus mengeluarkan deringan tanpa henti. Namun, cowok itu hanya berdiam diri tanpa ada niatan untuk menjawab panggilan itu karena itu adalah panggilan dari orang tua Hansoo.

"Berisik setan! Angkat panggilan lo itu!" kesal Jennie.

Limario berdecak kesal. Ingin mengabaikannya, namun tatapan tajam Jennie membuat dirinya tidak berkutik. Akhirnya, dia menjawab panggilan itu dengan penuh paksaan.

"Lim! Syukurlah kamu mengangkat panggilan dari Uncle,"

"Ada apa?" datar Limario.

"Hansoo. Dia kecelakaan. Sekarang dia sudah dimasukkan kedalam ruangan operasi. Kamu kesini sekarang ya. Kamu itu penyemangat hidup Hansoo. Dia pasti berjuang untuk bertahan hidup demi kamu,"

Limario bersmirk "Apa dia akan mati? Kalau iya, syukurlah,"

"Apa maksud kamu!?"

"Aku sama dia tidak ada apa-apa hubungan. Dia hanya musuh aku bahkan aku terlalu membenci dia! Mendingan Uncle uruskan saja anak Uncle itu sebelum aku sendiri yang membantu anak Uncle untuk bertemu Tuhan!"

Tut!

Langsung saja Limario mematikan panggilan itu. Sekarang, dia sudah tidak ada rasa kasian kepada gadis itu. Yang ada, dia malah senang bahkan dia berharap agar gadis itu segera mendapatkan karma atas apa yang sudah dia lakukan!

"Siapa?" tanya Joy.

"Bokapnya Hansoo," sahut Limario.

"Kenapa lagi sama tuh ulat? Tantrum gara-gara lo sudah sadar?" sambar Joy.

Limario menghela nafasnya dengan kasar "Dia kecelakaan,"

"Apa dia akan mati? Baguslah," balas Jennie.

"Sayang, jaga omongan kamu ya. Kamu itu lagi hamil," tegur Jisoo membuat Jennie mempoutkan bibirnya.

"Maaf Chu," lirih Jennie.

Jisoo mengelus perut Jennie "Jangan diulangi lagi. Pokoknya kita harus mengajarkan hal-hal yang baik untuk anak kita,"

"Baiklah," sahut Jennie dengan patuh.

"Sekarang, bagaimana dengan kehidupan lo?" tanya Irene yang tertuju kepada Limario.

Cowok itu mengusap wajahnya dengan kasar "Gue sudah kehilangan segalanya. Gue kehilangan Chaeng, dan gue kehilangan pekerjaan gue. Semuanya gara-gara kebodohan gue," keluhnya "Tapi sekarang gue akan bangkit. Gue akan mencari pekerjaan yang baru untuk meneruskan hidup gue," lanjutnya.

"Apa lo tidak ada niatan untuk kembali bekerja di agensi hukum lo yang dulu?" tanya Seulgi.

"Niatnya ada si. Tapi gue tidak yakin gue akan diterima kembali,"

"Mendingan lo coba saja. Dan ingat, jangan pernah menjadi bodoh gara-gara wanita! Gue yakin lo sudah matang, jadi lo harus mencari tahu kebenaran duluan sebelum lo menyimpulkan apa-apa," nasihat Jisoo yang langsung diangguki oleh Limario.

*

Sementara itu, terlihatlah Chaeyoung yang menangis diatas kasurnya dengan membelakangi sosok sang suami.

"Sayang, maafin aku," ujar Jane memelas.

"Kamu tuh tidak sayang sama aku ya!" seru Chaeyoung dengan isakan.

"Aku sayang sama kamu, tapi aku tidak bisa mengikuti keinginan kamu itu," balas Jane.

"Memangnya apa yang salah si!? Aku hanya ingin memeluk Sungjae," kesal Chaeyoung.

Buat pengetahuan semua, Chaeyoung baru saja selesai menonton drakor Lovely Runner. Dan sekarang, dia mengidam ingin memeluk Byeon Woo-Seok yang memainkan peran sebagai Sunjae di drakor itu.

"Mau Sungjae!!" rengek Chaeyoung layaknya anak kecil "Ini tuh keinginan anak kamu, bukan aku," lanjutnya.

Jane mengusap wajahnya dengan frustasi "Baby, ngidamnya jangan yang ini dong. Kamu mau apa? Mainan? Makanan? Nanti Papa belikan. Tapi jangan ngidam aneh ini dong," rengek Jane yang sudah mengelus perut Chaeyoung.

"Papa jahat!" seru Chaeyoung dengan kesal.

Langsung saja Jane memeluk Chaeyoung dari belakang. Untung sekali Chaeyoung itu tidak meronta-ronta, bahkan dia kelihatan nyaman didalam dakapan Jane.

"Wifey, maafin aku ya," bisik Jane "Aku tidak bisa membiarkan kamu memeluk Sungjae karena aku cemburu. Kamu itu milik aku. Mendingan kamu peluk aku saja,"

"Baiklah," ujar Chaeyoung pada akhirnya "Sebagai gantinya, kamu harus membawa aku ke perusahan kamu. Aku bosan ditinggal mulu sama kamu," rengek Chaeyoung.

"Kamu bisa ikut aku ke perusahan, tapi kamu tidak boleh terlalu capek. Kalau kamu merasa capek, langsung ngomong sama aku ya," balas Jane.

"Okay Papa!" sahut Chaeyoung dengan patuh.

Jane melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam "Ayo tidur. Besok pagi kita berangkat ke perusahan," ajaknya.

Dengan segera Chaeyoung membaringkan dirinya diatas kasur, lalu dia masuk kedalam dakapan Jane setelah suaminya itu ikut berbaring.

"Kapan aku bisa kerja?" tanya Chaeyoung.

"Kamu bisa lanjut kerta setelah kandungan kamu kuat," jelas Jane.

Chaeyoung mengangguk tanpa protes "Baiklah,"

*

Di rumah sakit, terlihatlah Yongsuk yang kelihatan cukup emosi. Disampingnya itu pula ada sosok sang istri yang kelihatan khawatir.

"Limario itu benar-benar brengsek ya! Hansoo sudah melakukan segalanya untuk dia, tapi dia malah berharap Hansoo mati!? Kurang ajar sekali!" marah Yongsuk.

"Sudahlah. Biarkan saja cowok itu. Lagian sudah dari awal kita tahu Limario tidak pernah mencintai Hansoo," ujar Yorin.

"Pokoknya setelah Hansoo sembuh, kita pindah dari sini! Aku akan bawa Hansoo pergi jauh dari cowok brengsek itu!"

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan operasi dibuka dan keluarlah sosok Dokter Shin yang menghampiri mereka.

"Tuan,"

"Bagaimana dengan kondisi anak saya?" tanya Yongsuk tanpa basa-basi

Dokter Shin menghela nafasnya dengan kasar "Hentakan yang keras membuat Nona Hansoo mengelami kelumpuhan permanent. Bukan itu saja, Nona Hansoo juga mengalami kebutaan,"

Langsung saja teriakan Yorin kedengaran "Anak kita Suk!" teriaknya yang sudah memegang kedua tangan Yongsuk sementara suaminya itu hanya bisa terbeku dengan matanya yang berkaca-kaca.





Tekan
   👇

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang