-Part 64-

447 70 9
                                    

Dengan masih memakai dress pernikahan, Chaeyoung setia menunggu didepan ruangan UGD. Gadis itu hanya bisa melamun tanpa mempedulikan dress miliknya yang sudah dipenuhi oleh darah itu.

"Chae," Jiyeon mengelus kepala sang anak.

"K-Kenapa harus seperti ini? Apa aku memang tidak pantas untuk bahagia?" lirih Chaeyoung; menatap sang Eomma dengan tatapan sendu.

Jiyeon mengambil tisue basah didalam tasnya, lalu dia membersihkan darah yang ada ditangan sang anak "Kamu harus kuat Chae. Jane butuh semangat dari kamu,"

"Daddy, pokoknya Daddy harus memastikan cowok itu dihukum dengan hukuman yang berat. Dia pantas mendapatkannya atas apa yang sudah dia lakukan kepada Oppa!" seru Jennie dengan marah walaupun air matanya terus mengalir keluar.

Jongsuk mengangguk "Daddy akan segera menguruskan semuanya,"














Sedari tadi, Chaeyoung terus menatap wajah Jane yang terbaring tidak sadarkan diri diatas kasur rumah sakit itu.

Tadi, pria itu baru saja dipindahkan keruang inap setelah selesai menjalani operasi.

Jam juga sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan sekarang hanya ada Chaeyoung bersama Jisoo dan Jennie yang menemani Jane. Orang tua bersama sahabat mereka juga sudah berganjak pulang untuk beristirahat.

"Kenapa seperti ini si," gumam Chaeyoung mengelus tangan Jane dengan lembut.

"Eungh," lenguhan itu membuat Chaeyoung tersentak.

"Oppa?"

"C-Chaeyoung," lirih Jane seakan berbisik.

"Aku panggilkan Dokter ya," baru saja Chaeyoung ingin berganjak, Jane malah memegang tangannya.

"Nanti saja," halang Jane.

Akhirnya Chaeyoung membatalkan hasratnya untuk berganjak memanggil Dokter "Oppa mau makan? Atau mau minum?"

Jane menggeleng "Aku tidak ingin apa-apa," dia beralih menatap Jisoo dan Jennie yang sudah tidur disofa dengan posisi Jennie yang menjadikan pangkuan Jisoo sebagai bantalannya.

"Jennie Eonnie sama Jisoo Oppa ingin menemani aku untuk menjaga Oppa," jelas Chaeyoung.

Jane tersenyum tipis dengan tingkah manis adik dan adik iparnya itu.

"Sekarang sudah jam berapa?" tanya Jane.

Chaeyoung langsung memeriksa jam diponselnya "Jam 3.15 menit pagi,"

"Kenapa kamu tidak tidur?"

"Aku tidak bisa tidur. Aku khawatir sama Oppa,"

"Ayo tidur," ajak Jane, menepuk sisi kasurnya.

"Oppa tidur saja. Aku bisa tidur disini," tolak Chaeyoung.

"Ini muat kok. Ayo naik,"

Gara-gara mata yang memang sudah mengantuk, Chaeyoung akhirnya berganjak berbaring disamping Jane.

Langsung saja Jane menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk sang istri.

"Kalau pegal, ngomong ya," ujar Chaeyoung.

"Tidak pegal. Ayo tidur," balas Jane; mengelus kepala Chaeyoung dengan lembut.

Tidak butuh waktu yang lama, Chaeyoung akhirnya menuju ke alam mimpi.

Sontak saja Jane tersenyum ketika menatap wajah menggemaskan istrinya itu.

"Walaupun kita menikah tanpa cinta, aku janji akan menjaga kamu dengan baik. One and only, my Wifey," batin Jane sebelum menyusul Chaeyoung ke alam mimpi.

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang