-Part 31-

477 88 24
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam namun Limario bersama yang lain masih setia menunggu didepan ruangan UGD.

"Jiyeon-ah," mereka mendongak menatap Ha-Won yang menghampiri.

"Oppa kemana saja hah!? Kenapa baru datang!?" seru Jiyeon dengan kesal.

"Aku harus memastikan Jeykey dimasukkan kedalam penjara duluan," ujar Ha-Won.

"Jadi sekarang Jeykey sudah ditahan polisi?" tanya Jiyeon.

Ha-Won mengangguk "Iya. Nanti pihak polisi juga membutuhkan keterangan dari Dokter soal kondisi Chaeyoung,"

"Ngomong-ngomong, bagaimana kondisi Chaeyoung?" lanjutnya bertanya.

"Dokter masih belum keluar," sahut Jiyeon.

Ha-Won menghela nafasnya dengan kasar. Tatapannya beralih menatap kearah sahabat Chaeyoung yang masih setia berada disana.

Rasa bersalah langsung muncul dihatinya. Dia sudah bersikap kejam kepada mereka semua namun mereka semua masih saja berada disana untuk memastikan kondisi Chaeyoung.

Ceklekk

Akhirnya pintu ruangan UGD dibuka sehingga mereka bergegas menghampiri sang Dokter.

"Dok, bagaimana kondisi Chaeyoung?" tanya Jennie.

"Kondisi Chaeyoung masih lemah. Luka cambukan dipunggungnya sudah diobati,"

"Jadi Chaeyoung baik-baik saja Dok?" tanya Ha-Won.

"Dia kelihatan baik-baik saja tapi nyatanya kondisi mentalnya sedikit terganggu. Apa sebelumnya Chaeyoung mempunyai trauma atau kejadian yang membuat dia ketakutan?"

"Ada Dok. Chaeyoung mengalami kejadian buruk sehingga dia mengalami trauma. Tapi akhir-akhir ini, Chaeyoung sudah mendapatkan bantuan dari Psikiater," jelas Jennie.

"Bisa saya dapatkan nomer ponsel Psikiater itu? Saya harus membahas soal kondisi Chaeyoung dengannya,"

"Bisa Dok," dengan segera Jennie mengeluarkan satu kartu nama dari tasnya lantas dia memberikannya kepada sang Dokter.

"Sekarang Chaeyoung akan dipindahkan keruang inap duluan. Kalian bisa membesuknya tapi pastikan kalian tidak berisik,"

"Baiklah Dok. Terima kasih," ujar Jiyeon diangguki oleh sang Dokter.





Chaeyoung sudah dipindahkan keruang inap dan sekarang Jiyeon bersama yang lain sudah berkumpul disana.

Sementara Ha-Won, pria itu memutuskan untuk menyendiri di taman belakang rumah sakit.

"Mendingan kalian pulang untuk istirahat," ujar Jiyeon.

"Kita semua memutuskan untuk menginap disini Tante," ujar Joy.

"Iya. Lagian kita juga masih khawatir sama Chaeyoung," lanjut Irene.

Jiyeon tersenyum haru. Dia bersyukur karena sang anak dipertemukan oleh sahabat seperti mereka semua.

"Chaeyoung beruntung punya sahabat seperti kalian," ujarnya.

"Kita yang beruntung karena punya sahabat seperti Chaeyoung," ujar Jennie disetujui oleh yang lain.

Jiyeon beralih menatap Limario "Kamu Limario bukan?"

"Iya Tante," sahut Limario.

"Kamu suka sama Chaeyoung?"

Limario menelan ludahnya dengan kasar. Kenapa dirinya harus bertemu calon mertua dalam kondisi seperti ini?

"I-Iya Tante. Aku suka sama Chaeyoung," jujur Limario.

Jiyeon tersenyum "Kalau kamu benaran mencintai Chaeyoung, buktikan,"

"Bagaimana caranya?"

"Dapatkan restu dari Appa Chaeyoung,"


*

Sedari tadi Ha-Won terus saja melamun di bangku taman belakang rumah sakit. Pria ini tidak berani untuk menatap wajah sang anak yang sudah dia kecewakan.

Rasa bersalah juga terus menghampirinya membuat dirinya merasa tidak pantas untuk menjadi orang tua untuk Chaeyoung.

"Om,"

Ha-Won menatap sosok Limario yang sudah duduk dibangku disampingnya itu.

"Ini untuk Om," Limario memberikan satu cup coffee yang dibelinya kepada Ha-Won.

"Apa ini sogokan?" tanya Ha-Won menerima coffee dari Limario.

"Aniyo. Itu bukan sogokan," sahut Limario.

Ha-Won menghela nafasnya dengan kasar "Sudah lama kamu kenal sama Chaeyoung?"

"Sudah dari tahun pertama aku kuliah, aku sudah mengenali Chaeyoung. Tapi baru saja beberapa bulan ini aku berani untuk mendekati dia. Om tahu, dia itu cukup sulit untuk didekati. Sudah berbagai cara aku gunakan untuk mendekati dia tapi tidak berhasil. Semuanya juga gara-gara trauma,"

"Terus bagaimana sekarang kamu bisa mendekati dia? Dia bahkan tidak takut sama kamu,"

Limario tersenyum tipis "Om masih ingat sama sosok Lisa? Waktu itu Chaeyoung pernah membawa Lisa ketemu Om sama Aunty,"

Ha-Won berusaha mengingati sosok itu "Ah, gadis tomboy itu. Dimana dia? Kenapa dia tidak ada disini?"

"Lisa adalah aku,"

"Nde!? Maksud kamu apa?"

Limario menahan tawanya "Aku terpaksa mengganti identitas aku agar aku bisa mendekati Chaeyoung. Chaeyoung trauma sama cowok jadi aku terpaksa menjadi seorang gadis agar Chaeyoung tidak merasa takut sama aku,"

Ha-Won kelihatan speechless "A-Apa Chaeyoung tahu soal ini?"

"Dia tidak tahu. Aku belum siap untuk jujur sama dia soal ini karena trauma Chaeyoung masih ada. Aku harus memastikan trauma Chaeyoung hilang duluan,"

Ha-Won menatap Limario dengan serius "Apa kamu benaran mencintai Chaeyoung? Kamu jangan main-main sama dia ya!"

"Aku serius Om. Aku benaran mencintai Chaeyoung,"

"Baiklah. Saya memberi kamu izin untuk mendekati Chaeyoung tapi kalau Chaeyoung tidak menerima kamu, saya tidak akan memaksa Chaeyoung. Sudah cukup saya melakukan kesalahan. Sekarang, saya akan membiarkan Chaeyoung memilih sendiri siapa yang dia inginkan sebagai suaminya,"

Limario mengangguk yakin "Baiklah Om. Aku akan pastikan Chaeyoung memilih aku,"







Tekan
   👇

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang