BUTTER #15

194 20 0
                                    

"Kenapa tadi kabur?"

Sebuah pesan Whatsapp dari Kael masuk setelah aku sampai di rumah lagi. Iya, lagi. Setelah menyadari motorku ketinggalan di warteg Bu Marno, aku segera pesan ojol lagi untuk mengambil ke sana. Sudah buang waktu, buang uang, buang tenaga pula. Benar-benar hari yang buruk. Untungnya motorku masih ada, utuh dan dijaga dengan baik oleh Mang Ujang.

Aku memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Kael. Tidak ada gunanya juga aku mengatakan apa alasanku pulang duluan. Yang penting aku sudah memenuhi tanggung jawabku. Soal pertengkarannya dengan Erin yang melebar ke mana-mana itu bukan urusanku lagi.

Urusanku sekarang adalah, aku ingin mandi air hangat yang lama, karena sejak pagi belum mandi. Setelah itu aku ingin makan mie instan dengan dua telur ceplok dan cabe yang banyak sambil nonton dua atau tiga episode Twogether di Netflix. Lee Seunggi dan Jasper Liu pasti akan membuat lelahku hilang. Kemudian aku akan tidur dan terbangun besok pagi dengan mood yang lebih baik.

Sounds great!

Namun baru saja aku hendak mengalungkan handuk, ponselku berdering. Ada nama Kael berkedip-kedip di layar. Aku sempat bengong sejenak untuk mengingat-ingat kapan aku menyimpan nomornya di ponselku. Lalu aku baru ingat, ketika di minimarket tadi siang, dia memintaku menyimpan nomornya agar mudah berkoordinasi terkait dengan food test.

Tadinya aku berniat mengabaikan saja panggilan Kael, tapi panggilan itu nggak berhenti-berhenti. Yang ada malah jadi berisik. Dengan setengah hati aku menerima panggilan itu. Awas saja kalau dia buat hal menyebalkan lagi!

"Kenapa nggak diangkat-angkat?!" serunya dari seberang sana.

Aku mengernyit. "Suka suka aku dong," jawabku kesal. Memangnya siapa dia, sampai-sampai teleponnya harus segera diangkat.

"Besok kita meeting," tukasnya tiba-tiba.

"Sama Bu Sandra?"

"Berdua."

Aku berdecak kesal. "Nggak bisa, besok sore gue ke Bandung."

Aku memang berencana kembali ke Bandung besok. Cutiku sudah habis, dan lusa aku harus masuk kantor lagi.

"Ngapain?" Pertanyaan Kael membuatku semakin mengernyit.

"Kok lo kepo?" sentakku. Makin lama pertanyaannya makin aneh.

"Kita ada kerjaan, lo malah ke Bandung. Lo lupa minggu depan food test?"

"Iya gue tahu, tapi gue besok ke Bandung, mau beresin urusan gue di sana. Nggak bisa gue meeting mendadak kayak gini!" Seenak-enaknya saja Kael membuat jadwal sepihak. Aku memang sudah setuju dia ikut campur dalam proyek katering pertamaku ini, karena ini adalah pernikahan kakaknya. Tapi dia nggak bisa dong seenaknya begitu. Aku juga punya urusan lain yang penting untuk diselesaikan.

"Sama siapa?"

Aku mendengus lagi. "Sendiri," jawabku singkat, mulai malas. Lihat saja kalau dia masih menginterogasi, aku akan tutup teleponnya. Bodo amat!

"Berapa lama?" tanyanya lagi.

"Ck. Lima hariii, kenapa sih!"

"Lo gila? Kita mau food test,"

"Ya terus kenapa kalau mau food test? Tetep aja gue harus beresin urusan gue dulu."

Food test masih minggu depan. Lima hari di Bandung masih sangat cukup untukku menyelesaikan dulu pekerjaanku, kemudian pulang dan mempersiapkan food test untuk Lola dan Karel. Koordinasi masalah ini itu kan bisa dilakukan melalui Whatsapp. Mbak Rum dan Kiky juga sudah setuju untuk membantuku belanja bahan dan mempersiapkan dapur.

LOVE HATE BUTTERCREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang