BUTTER #7

158 27 0
                                    

Apa aku terlalu mencampuri urusan orang lain?

Tidak, kan?

Yang aku lakukan cuma mengungkapkan pendapatku, sama seperti yang Kael lakukan padaku kemarin. Dia juga tidak tahu apa-apa tentangku tapi seenaknya mengomentariku. Jadi, apa yang aku lakukan barusan tidak salah, kan? Bukankah memang seharusnya dia tidak bersama wanita lain karena sebentar lagi akan menikahi Lola?

"Saya lihat Kael lari-lari keluar dari kafe, ada apa, Flo?" tanya Bu Sandra yang entah sudah sejak kapan berada di belakangku. "Saya panggil-panggil nggak digubris."

Aku gelagapan dan segera mempersilakan Bu Sandra duduk lebih dulu, sambil memikirkan jawaban yang tepat.

"Hmm, saya kurang tahu, Bu."

"Aneh, kita seharusnya meeting dengan dia, malah pergi."

"Mungkin masih ada urusan mendadak," jawabku asal. Iya, urusan mendadak yang disebabkan oleh kamu, Flo.

"Pesankan Americano ya! Yang ice!" perintah Bu Sandra.

Jadi Bu Sandra mengajakku ke kafe ini karena mau meeting dengan Kael, itu sebabnya ada dia di kafe ini. Tapi kalau memang Kael datang untuk menemui Bu Sandra, kenapa dia datang bersama wanita lain, bukannya Lola? Aku mencoba berpikir keras sambil berjalan ke meja barista untuk memesan minuman.

"Ice americano, satu. Café latte satu, yang hot," kataku pada barista di balik meja.

"Atas nama?"

"Kael."

"KA-EL?"

"Eh, sorry. Atas nama Flo. F-L-O. Flo," ralatku cepat.

Damn! Kenapa nama dia yang nempel di otakku?

***

Sudah dua puluh menit aku dan Bu Sandra berada di kafe itu. Bu Sandra sibuk dengan telepon dan email-email pekerjaannya, sementara aku hanya duduk manis mengamati itu semua. Kata Bu Sandra meeting akan dimulai kalau Kael sudah kembali. Untungnya Bu Sandra tidak tahu apa yang tadi terjadi. Kalau Bu Sandra tahu Kael pergi gara-gara ulahku, mungkin aku akan disalahkan. Eh, tapi bukankah ide bagus kalau aku disalahkan? Siapa tahu proyek ini akan dibatalkan, jadi aku bisa terbebas dari tanggung jawab sebagai anak berbakti ini.

"Ke mana Kael, saya telepon nggak diangkat-angkat," keluh Bu Sandra.

Dari gesturnya, beliau terlihat semakin gelisah menunggu. Tampaknya Bu Sandra sedang buru-buru untuk urusan lain. Dalam hati aku berdoa semoga meeting dibatalkan. Aku yakin sih, kalau memang benar perempuan tadi adalah selingkuhan Kael, berarti sekarang dia sedang dalam masalah besar, dan dia pasti nggak akan punya waktu untuk kembali ke sini.

"Oke, saya tunggu. Sepuluh menit," ujar Bu Sandra yang sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya.

"Sepuluh menit, kalau dia nggak datang, kita kembali ke kantor ya, Flo."

Mati aku! Rupanya si Kael itu sedang dalam perjalanan kembali ke kafe. Aduh, apa yang harus kulakukan kalau ketemu dia nanti?

"Memangnya, meeting kita akan ada kaitannya sama Kael ya, Bu? Maksud saya, apa nggak sebaiknya kita kembali ke kantor aja? Bu Sandra sepertinya buru-buru."

"Lho, iya. Ada kaitannya sama Kael, kan tadi saya udah bilang, akan ada yang bantuin kamu ngurusin proyek pernikahan Lola ini. Ya, Kael orangnya."

"Ha? Kael yang bakal bantuin saya?"

"Iya, bantuin kamu buat menghidupkan kembali Buttercream. Nanti pelajari baik-baik kontrak kerja samanya dan bicarakan dengan Bapak. Saya jamin Pak Arman pasti setuju dengan apa yang saya tawarkan. Buttercream akan jadi vendor tetap Belle ame."

LOVE HATE BUTTERCREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang