pacar orang biasa saja.

150 17 1
                                    

Ruang OSIS SMA terbaik se-Surabaya siang ini cukup padat, tidak hanya siang ini melainkan nyaris setiap hari selalu terisi oleh anggotanya meskipun tidak lengkap tapi kali ini lengkap, benar-benar lengkap karena mereka akan membahas tentang acara hari jadi sekolah mereka.

"Panggung aja gak sih? Nyewa band atau gak penyanyi?" Ungkap Seira, sekre OSIS sekolah mereka.

Giasha yang sedari tadi mencatat langsung menoleh ke arah cewek itu dengan alis tertaut, "Kenapa kita gak bikin pameran karya aja?"

"Ha? Jangan gila lo! Hari jadi itu bagusnya party bukan ngadep buku." Protes Laksmana.

"Tapi, sekolah kita terkenal akan literasi buku dan karya siswa-siswinya yang bisa dijadikan pameran." Jelas Giasha, mencoba mempertahankan sarannya.

"Tapi, ya gak di hari ulang tahun sekㅡ"

"Gue setuju sama Giasha," Sambar Saga yang dari tadi memperhatikan Giasha.

"Saga! Lo jangan gila." Hardik Regian.

"Kita masih punya waktu buat bikin karya yang bisa dipamerin, habis liburan tengah semester kan hari jadi sekolahan? Gue minta lo pada bikin pengumuman di mading, perkelas harus ngumpulin karya. Entah tulis, lukisan atau apalah, harus. Anak OSIS juga harus bikin!" Tegas Saga mendapatkan desahan pasrah dari seluruh anggota OSISㅡKecuali Giasha yang justru tersenyum simpul mendengar keputusan Saga.

"Rapat hari ini kelar, pengumpulan karya bisa dimulai besok, batas pengumpulan dua hari sebelum acara, ngerti?"

Seira angkat tangan, "Tamu undangan?"

"Free buat orang luar, sisanya kita bahas besok-besok kalo udah deketin hari jadinya. Minggu depan udah PTS kan? Segala urusan OSIS kita pending dulu, gue gak mau karena OSIS nilai lo pada turun." Ujar Saga panjang lebar karena merasa urusan OSIS terlalu menekan anggotanya.

"Siap, Pak ketos!"

Sementara itu, di SMAGA, seluruh siswa kelas sebelas sedang melakukan presentasi hasil projek mereka. Kelompok Gaisha sudah lebih awal tadi maju dan sekarang sedang menunggu kelompok lain untuk dilempari pertanyaan.

"Gue dendam sama kelompoknya Wilona! Kita harus bikin pertanyaan yang gak bisa dijawab sama dia!" Greget Revana dari tadi menatap kesal kelompok sepupunya yang masih menjelaskan isi laporan mereka, belum datang sesi tanya jawab. Kenapa Renava kesal? Itu karena sewaktu giliran mereka, Wilona banyak bertanya.

"Udahlah, biarin, jangan nyusahin urusan orang lain."

"Wilona duluan yang nyusahin kita bangsat, lo mending diem dan gak usah bela pacar lo itu yang udah nyusahin kita." Saut Renava keki atas omongan Janu.

"Baik, ada yang dipertanyakan?"

Ah, waktu yang ditunggu Renava akhirnya tiba.

Renava langsung angkat tangan, membuat Wilona melotot. "Berapa liter oli yang digunakan per-hari? Berapa jumlah ruji ban sepeda motor? Berapa harga rantai per-meㅡ"

"Renava, pertanyaan lo oot!" Sambar Wilona.

Renava mendelik sinis, "Oot dari mana? Laporan lo kan bahas tentang wirausaha perbengkelan!"

"Ya, tapi kan.."

"Apa? Lo gak bisa jawab?"

"Gaisha, plis, temen lo kalo mau ngasih pertanyaan difilter dulu." Pinta Wilona pada Gaisha yang kelihatan tidak minat ikut campur.

"Udah, Wil. Skip aja Renava." Lerai Gamarka, udah jengah dia sekelompok sama Renava yang cerewet bukan main.

Renava mencibir, "Bela aja terus si Wilo."

iv. SALUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang