Kejadian kemarin sore berhasil ngebuat Gaisha malu, saking malunya dia sampai berniat tidak masuk sekolah. Tapi, dia ingat tanggung jawab sebagai ketua kelompok, alhasil dia masuk sekolah dan sekarang, Gaisha sedang menunggu Jaden jemput.
Kalau biasanya nunggu di depan gerbang, maka mulai dari sekarang Gaisha nunggu jemputan Jaden di dalam gerbang. Malu ketemu Gamarka, mana Gaisha dikasih tahu sama Gamarka kalau pemuda itu pindah dan bahkan rumahnya tepat di samping rumah GaishaㅡKEK WHAT THE FUCKKK? Gaisha sudah menjauh eh malah selain ketemu selama tiga Minggu projek justru dikasih ketemu tiap hari.
Agak kesel, tapi, mau gimanaaa? Yakali Gaisha mau nyuruh mereka pindah dari komplek ini? Gak bisalah! Kecuali yang punya komplek itu Gaisha sendiri. Hadeh. Makin ribet aja sih.
Renava kalau tahu mungkin bakal meledek Gaisha.
Tin!
"Gaisha, ayo! Tumben di dalam?" Suara klakson sepeda motor disusul suara Jaden mengintrupsi kesadaran Gaisha yang sejak tadi melamun.
Sadar, Gaisha langsung beranjak keluar gerbang. "Ya, maaf." Ujarnya.
"Ngelamun apa? Tumben?" Tanya Jaden saat Gaisha sudah naik ke atas motornya.
Gaisha cengengesan, gak mungkin dia cerita tentang kejadian kemarin sore yang bisa dibilang konyol. "Gak, bukan apa-apa. Ayo, keburu telat."
Tanpa bertanya lebih lanjut, Jaden langsung melajukan motornya untuk menuju ke sekolahnya, dia tidak akan ambil pusing tentang Gaisha selagi gadis itu tidak mengeluh
Tentunya pemandangan barusan jelas tidak terlewatkan oleh tetangga baru Gaisha, Gamarka Aksara yang keluar dari gerbang ruman.
ㅡsalutationㅡ
Selama jam diskusi dan revisi, Gaisha berusaha mengalihkan atensinya dari Gamarka yang duduk di depannya. Rasanya setiap tidak sengaja melihat Gamarka tuh jadi keinget sama kejadian kemarin sore, makin malu.
"Satria?!"
"Eh, KaㅡGaisha?"
"Lo ngapain ada di sini?" Pandangan Gaisha jatuh pada paperbag yang bertuliskan nama toko cake, "Perasaan gue gak pesen online deh, lo nyasar nganter cake ya?"
Gamarka menggaruk tengkuknya, cangung. "Uhm, ini dari Bunda. Gue habis pindah, ke rumah sebelah. Jadi, ini rumah lo?"
Oh shittt, batin Gaisha langsung merutuki ucapannya tadi yang mengira Gamarka adalah kurir.
"Hah?! Lo pindah di sebelah rumah gue, kok bisa? Anjir," Gaisha berseru tertahan, agak histeris tapi berusaha menahannya, apalagi ekspresinya keliatan banget kalau terkejut.
"Ya, dimakan ya cakenya."
"Sha, Gaisha? Woi!"
"Hah?" Linglung adalah respon Gaisha saat Renava berteriak kesal padanya, "E, kenapa?"
"Dipanggil Pak Faisal! Ada yang salah sama laporan kita." Jelas Janu yang lama-lama ikut kesal.
Gaisha spontan beranjak, "Eh, udah dibawa ke depan? Kok gak bilang?"
"Udah dibawa ke depan sama Gamarka, lo kelamaan." Komentar Renava, cerewet banget si.
"Loh, kan udah sama Gamarka. Ngapain gue nyusul?" Gerutu Gaisha tetapi tetap berjalan ke depan untuk menghampiri Pak Faisal yang sedang berbicara dengan Gamarka.
"Ada kesalahan bagian mana, Pak?" Tanya Gaisha pelan membuat Pak Faisal sama Gamarka menoleh.
"Nanti tanya sama Gamarka, mana aja yang harus dibenerin." Jawab Pak Faisal membuat Gaisha tertegun. Tanya Gamarka? Hell, dia lagi malu berhadapan sama cowo itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
iv. SALUTATION
Historia Corta"Hai, Gama!" Sapaan dengan senyum khas dari bibir Gaisha Putri Damalian itu jelas tidak akan digubris oleh Gamarka Aksara yang terbukti nyata melenggang acuh begitu saja melewati gadis itu. Akankah sapaan singkat dari Gaisha itu berhasil menyapa hat...