8

848 75 1
                                    

Azura menutup pintu mobil Jearsa, wajahnya murung karena kesal akan keberadaan Jearsa yang tiba-tiba. Setelah selesai menonton tadi, Azura terpaksa harus memberikan alasan yang tidak masuk akal pada Elvano. Azura beralasan jika Keenan akan mengurungnya seminggu di dalam kamar, jika tidak pulang malam itu.

Padahal kenyataannya ia pulang bersama Jearsa.

Azura memasuki rumah tidak percaya dengan apa yang Jearsa lakukan tadi, orang itu lebih parah dari Keenan ternyata.

"Kak Arsa ngapain sih ngikutin aku" Azura sedikit menaikkan suaranya, tapi tubuhnya membelakangi Jearsa.

Tidak ada respon dari Jearsa. Perempuan itu segera berbalik, melihat Jearsa yang tengah memperhatikannya. "Udah ngomel-ngomel nya?" Tanya Jearsa menaikkan alis.

"U-udah!" Suara Azura sedikit merendah dengan wajah yang menunduk.

Jearsa mengangguk, lelaki itu berjalan menghampiri Azura, mengusap rambutnya, dan menepuk pelan pundaknya. "Jangan tidur terlalu malem" Ucap Jearsa pergi meninggalkan Azura begitu saja. Bahkan tanpa permintaan maaf.

Azura mengepalkan tangannya kesal, kenapa Jearsa selalu bersikap seperti itu, mereka bukan saudara, Azura tidak bisa jika harus mewajarkan prilakunya, Azura bohong jika ia tidak menyukainya.

Karena sudah terlalu lelah membendung emosi. Azura memberanikan diri untuk mengungkap seluruh kekesalan dan uneg-uneg yang di pendamnya selama ini.

"Kak! stop ya, aku tau kak Arsa gini ke semua cewe, aku main ke luar sama El karena aku mau nyoba hal yang orang-orang lakuin pada umumnya, aku gak bisa terus belajar tanpa menikmati hidup, aku juga normal wajar kan kalo jatuh cinta" Jelas Azura dengan wajah kesal.

Jearsa menghentikan langkahnya melirik Azura yang berdiri menatapnya di bawah sana. "What do you mean Azura Chalia" Tanyanya tanpa ekspresi.

"Aku pacaran sama El, trial sih, tapi sama aja kan, jadi jangan ganggu aku dengan sikap itu kak, aku gak suka, lebih baik kak Arsa cuek, dari pada memperlakukan aku kayak wanita lain" Lagi-lagi Azura berbicara tanpa menatap mata Jearsa.

Jearsa sedikit merenungkan ucapan Azura. Mungkin Jearsa memang terlambat, Azura sudah dewasa tidak ada yang bisa mencegahnya untuk jatuh cinta, orang bilang cinta itu buta, itu benar Jearsa sudah merasakannya. Jearsa jadi merasa bersalah karena menghancurkan rencana Azura malam ini.

"Do it" Jawabnya singkat.

Sekali lagi, Azura ingin memukul Jearsa dengan teflon, jawaban Jearsa membuatnya terkesan tidak peduli pada Azura, sebenarnya apa yang Jearsa inginkan.

"Terus kak Arsa tadi ngapain panggil aku sayang, kak Arsa pasti lakuin itu juga kan ke cewe lain" Azura terus mengulik tentang sebanyak apa perempuan yang sudah di permainkan oleh Jearsa.

Ah. Sekarang Jearsa mengerti mungkin Azura bersikap seperti ini karena perilakunya, Azura mungkin menyangka jika Jearsa melakukan hal manis pada semua wanita selain Azura.

Senyum Jearsa mulai terukir. "Emang kenapa? kamu suka sama aku, ra?" Jearsa masih menatap Azura yang kini menatapnya juga.

Azura menunduk sebelum menjawab pertanyaan Jearsa. "IYA" Azura berjalan cepat entah ke dalam ruangan apa, karena malu sudah mengatakan hal seperti itu pada Jearsa.

"E-em" Jearsa bedeham, apa yang baru saja di dengarnya itu mungkin salah, karena Jearsa merasa jika dirinya belum bertindak, ia melanjutkan langkahnya untuk masuk dalam kamar. Sepertinya tidak seharusnya Jearsa mengatakan itu tadi.

Jearsa mengambil bantal, memukul-mukul bantal seperti orang gila. "Sadar Jearsa. Sadar umur" Jearsa menegakkan tubuhnya.

Azura mengendap-endap menuju ke kamarnya karena tidak ingin bertemu Jearsa. Saat di rasa sepi, Azura berlari secepat mungkin ke dalam kamarnya, menguncinya rapat-rapat.

"Zura gilaa kok malah confess" Azura terduduk di atas lantai dengan wajah yang ia tenggelamkan pada kasur.

Azura benar-benar menyesali perbuatannya kali ini, ia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Jearsa, kenapa azura tidak berpikir jika Jearsa bersikap seperti itu karena menganggap nya adik, atau mungkin karena ia memiliki tanggung jawab untuk menjaganya sekarang.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟

01.30 AM.

Azura merasakan tenggorokannya yang serak, mungkin karena terlalu banyak berteriak, perempuan itu berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil segelas air.

Perhatiannya teralihkan saat melihat Jearsa yang berjalan keluar rumah, Azura mengintip dari balik jendela dan menemukan Ashlan yang juga ada di sana.

Dahi Azura mulai mengeluarkan keringat, tangannya bergetar saat melihat Jearsa yang di hajar habis-habisan, perempuan itu menutup mulutnya dengan telapak tangannya agar tidak mengeluarkan suara.

Azura memberanikan diri untuk membuat Ashlan berhenti memukul Jearsa. Entah apa permasalahan mereka tetapi bukankah tidak pantas jika Ashlan terus membuat Jearsa babak belur seperti itu

"Lo itu cuman anak haram yang gak seharusnya lahir ke dunia Arsa, udah untung lo bisa hidup enak di takdirkan jadi ayah, jadi gak usah terlalu menonjol bisa kan?" Ashlan menampar pipi kanan Jearsa hingga sudut bibir Jearsa mengeluarkan darah.

Azura mematung saat mendengar perkataan Ashlan, sungguh ia tidak bermaksud untuk menguping, tapi perkataan Ashlan yang masuk begitu saja pada telinga Azura.

Melihat Azura mematung di belakang Jearsa. Ashlan tersenyum penuh kemenangan, Aslan mengedipkan satu matanya pada Azura yang berdiri ketakutan.

Jearsa segera melirik ke arah Azura. Jearsa membuang nafas, dengan cepat menarik pergelangan tangan Azura, membawanya masuk ke dalam rumah.

"Kak Arsa, gak apa-apa?" Tanya Azura sedikit menunduk.

"Gak apa-apa" Jearsa menghempas tangan Azura.

"Maaf aku tadi-"

"Tidur ra, udah malem" Potong Jearsa yang melangkah meninggalkan Azura.

Azura terdiam, dengan wajahnya yang sedikit memucat, rasanya Azura tidak dapat berjalan karena lututnya bergetar.

Jearsa mengacak rambutnya frustasi, mengapa hal itu harus di saksikan oleh Azura.

"Sialan" Gumam Jearsa.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟

NANTI BAKAL BANYAK FLASHBACK NYA YA GAIZZ

U'RE19 || Na Jaemin [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang