"Bi nanti tolong masakin Zura sarapan ya, suruh pak Adi anterin juga, tapi kalo Zura mau bawa mobil sendiri, kasih aja kuncinya" Ucap Jearsa seraya mengoleskan selai pada roti tawar di tangannya.
Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Jearsa. Rasanya sedih melihat wajah Jearsa yang mulus kembali terluka seperti itu.
Jearsa berjalan ke arah mobil karena tidak ingin terlambat, secepat mungkin lelaki itu melajukan mobilnya. Meskipun ada tujuan tersembunyi, tetapi Jearsa memang sedang tidak ingin melihat wajah Azura yang menatapnya dengan tatapan kasihan.
"Hai, emm kak Arsa udah bangun?" Tanya Azura pada asisten rumah tangga yang biasa datang pagi.
"Sudah berangkat tadi pagi, mau sarapan apa nona Zura?"
"Oh please, panggil Zura aja, aku sarapan di luar aja" Mendengar namanya du panggil seperti itu membuat Azura sedikit tidak nyaman.
"Tapi saya udah siapin"
Azura tersenyum. "Yaudah aku makan dulu, makasih" Azura terduduk, menyantap sarapan yang sudah di susun rapih di atas meja makan.
"Nak Zura mau di antar pak Adi, atau bawa mobil sendiri?" Tanyanya.
"Aku gak bisa bawa mobil, jadi di anter aja" Azura tersenyum di jawab anggukan oleh wanita paruh baya itu.
Azura kembali melirik asisten rumah tangga yang setiap pagi selalu ada di rumah Jearsa itu, panggilan apa yang harus Azura sebut saat bertemu dengannya."Oh iya, maaf sebelumnya aku belum tau nama-"
"Panggil aja bi Esa" Seolah tau isi hati Azura wanita itu langsung memotong ucapan Azura.
"Siap bi Esa, makasih" Azura melanjutkan makannya.
Jearsa berlari masuk ke dalam rumah, sial ponselnya tertinggal, padahal Jearsa sedang ingin menghindari Azura.
Azura melihat Jearsa yang terburu-buru hanya diam, tidak ingin membuat suasana hatinya memburuk. Tapi Azura penasaran dengan keadaan Jearsa, sepertinya Jearsa juga tidak tidur kemarin malam.
"Kak-"
Azura menghentikan ucapannya saat melihat Jearsa keluar tanpa bertanya, bahkan melihatnya pun tidak.
Tetapi saat mengingat kembali, ternyata Azura yang membuat Jearsa seperti itu padanya. Azura yang menyuruh Jearsa untuk tidak melakukan hal-hal manis padanya.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟
Azura menggambar wajah Jearsa dengan benda persegi yang nampak canggih, di temani alat tulis canggih yang berbentuk seperti pensil.
"Siapa tuh" Feya berhasil membuat Azura terkejut meliriknya.
Azura mematikan iPad miliknya kemudian menatap Feya dengan wajah kasihan. "Apaan si jangan lirik-lirik, gue gak miskin, tapi kalo mau kasih duit boleh tuh" Feya memutar wajah Azura hingga matanya bertemu dengan Elvano.
"Hai sweetie" Elvano tersenyum ke arah Azura.
Azura menegakkan duduknya ia masih memiliki waktu 4 hari bersama Elvano apa yang harus ia lakukan sekarang. Mungkin jantung Azura pernah berdebar untuk Elvano, tetapi sepertinya orang yang benar-benar membuat Azura jatuh cinta adalah Jearsa.
"Hai El" Jawab Azura tersenyum meskipun sedikit memaksakan.
"Nanti sore jalan bareng mau gak?" Tanya Elvano mendekat ke arah Azura.
Memikirkan cara Jearsa mengawasinya kemarin, sepertinya tidak masalah untuk pergi bersama hari ini, Azura juga ingin tahu apakah Jearsa masih memperlakukannya seperti kemarin atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
U'RE19 || Na Jaemin [REVISI]
Fanfiction[1] "Zura udah 19 tahun sekarang, lo masih mau nunggu?" Tanya Keenan sambil meneguk cappuccino hangat miliknya. Jearsa menyibak rambut kemudian sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku karena dinas malamnya yang cukup menguras tenaga, l...