Setelah tragedi berpelukan dengan Jearsa, seminggu setelahnya Azura tidak bertemu lagi dengan Jearsa, sepertinya Jearsa memang bersikap seperti itu pada semua wanita.
memikirkan hal itu membuat Azura merasa kesal. "Ish seenaknya aja" Azura menyimpan sendok seraya menggebrak meja.
Elvano mengatup bibir saat hendak menyantap makanan di depannya. "Kenapa sih?" Tanya Elvano, karena akhir-akhir ini Azura lebih sering marah.
"Gak apa-apa emang kenapa?" Tanya Azura menatap Elvano dengan senyum yang melekat di wajahnya.
"Ayo jalan" Lelaki itu keluar dari duduknya kemudian meraih pergelangan tangan Azura untuk ikut dengannya.
"Kemana? kamu kan masih makan" Azura bahkan belum memakan sesuap makanannya, tapi Elvano sudah menariknya.
Lelaki itu tidak menjawab, Elvano membawa Azura mendekat ke arah mobilnya, membuka pintu mobil, mempersilahkan Azura untuk masuk.
Azura mengangguk hingga akhirnya masuk ke dalam mobil, mengikuti arahan dari Elvano."kenapa ni bocah" Azura bergumam sambil memakai seat belt.
Elvano hanya terdiam sepanjang jalan memikirkan cara untuk mendapatkan Azura, biasanya anak perempuan saling bertengkar hanya untuk mendapatkan hati Elvano, mengapa Azura tidak, itu membuatnya kesal. mengapa sulit sekali padahal Elvano sudah melakukan banyak hal.
Sesekali Elvano mencuri pandang saat melihat Azura yang asik dengan dunianya, ponsel Azura bahkan membuat Elvano cemburu.
Elvano berdecak, ia menginjak rem, Azura terkejut karena kepalanya hampir terbentur, Azura menatap Elvano kesal. "Kenapa El? kok berhenti" Tanya Azura.
"Ayo pacaran Ra, Pleasee" Elvano menatap Azura penuh harapan.
"Hah?" Azura menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Jangan bicarain di sini El, kita bikin jalanan macet" Azura melirik kebelakang melihat beberapa mobil yang menekan klakson.
Tidak ingin menjawab, Elvano membawa Azura ke salah satu restoran yang cukup ternama. "Ayo turun, tadi belum sempet makan kan?" Elvano berjalan lebih dulu.
"Ngajak jadi pacar tapi gak ada romantis-romantisnya" Ketus Azura segera turun dari mobil, mengikuti Elvano yang berjalan rusuh di hadapannya.
Azura melirik kesana-kemari, mengapa tempatnya tidak ada pengunjung, padahal jika Azura melewati tempat ini biasanya ramai sekali.
Merinding sekali rasanya, Azura dengan cepat berlari kecil ke arah Elvano, menarik tangan lelaki di depannya dan menggantungkan kedua tangannya pada tangan Elvano.
"Sepi banget El, ini restorannya udah bangkrut ya?" Ucap Azura membuat Elvano tertawa renyah. "Enggak tuh" Jawab Elvano menggeleng.
"Tapi kok sepi ya?" Azura kembali bertanya sambil duduk di atas kursi yang ternyata sudah di siapkan.
"Di sewa"
"ELVANO" Azura menatap Elvano tajam.
Maksudnya untuk apa menyewa tempat sebesar ini, Elvano hanya membuang-buang uang, lagi pula Azura tidak alergi pada manusia.
"Iya, udah effort gini, tetep gak di terima" Jawab Elvano tanpa menatap wajah Azura.
Elvano sengaja melakukan hal-hal di luar batas agar membuat Azura merasa bersalah, Elvano tahu sekali jika Azura orang yang tidak enakan. Karena dengan begitu Azura dapat menjadi miliknya meskipun terpaksa. Tetapi Elvano juga yakin jika ia bisa membuat Azura jatuh cinta padanya, asal di beri kesempatan.
"Maaf" Azura menjadi segan untuk mencicipi makanan yang tertera di atas meja.
"Gak apa-apa Zura, tapi seenggaknya lo kasih gue kesempatan" Elvano memikirkan sesuatu agar dirinya dapat membuat Azura jatuh padanya. "Kita trial aja, mau gak?" Elvano menatap Azura berharap kali ini tidak mengecewakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
U'RE19 || Na Jaemin [REVISI]
Fiksi Penggemar[1] "Zura udah 19 tahun sekarang, lo masih mau nunggu?" Tanya Keenan sambil meneguk cappuccino hangat miliknya. Jearsa menyibak rambut kemudian sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku karena dinas malamnya yang cukup menguras tenaga, l...