1

1.9K 134 5
                                    

HALO, BUAT KALIAN YANG MAU BACA TOLONG DI VOTE YA, HARGAI AKU..

PLEASE YA, GAK SUSAH KAN VOTE CERITA INI? AKU GAK MINTA LEBIH KOK, CUMAN VOTE CERITANYA AJA, BUAT YANG NGASIH VOTE MAKASIH, AKU UCAPIN MAKASIH BANYAK..

𓆝

Pagi ini nampak dua orang pria yang tengah asik berbincang, ditemani kafein yang langsung menyapa lambung kosong keduanya. Suasana cafe di pagi hari memang selalu terasa tenang dan nyaman, ditemani alunan musik yang langsung menyapa di telinga.

Meski sekedar perbincangan ringan yang mereka bicarakan keduanya sudah pasti akan saling melempar tawa. Hingga akhirnya senyum Jearsa memudar saat Keenan memulai percakapan yang menurutnya cukup serius.

"Zura udah 19 tahun sekarang, masih mau nunggu?" Tanya Keenan sambil meneguk cappuccino hangat miliknya.

Jearsa menyibak rambut, sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku karena dinas malamnya yang cukup menguras tenaga.

Lelaki itu kembali merenungkan ucapan Keenan barusan, jika di pikir-pikir ini memang sudah saatnya. Saat yang sangat Jearsa tunggu-tunggu.

"Kasih gue waktu, Nan" Jawabnya ragu.

Pernikahan Jearsa memang sudah berlangsung 3 tahun, akan tetapi Jearsa masih menimang-nimang keinginannya untuk tinggal bersama dengan sang istri, karena kesibukan dan masalah yang Jearsa hadapi semakin hari malah semakin memenuhi isi kepala.

Mata Keenan menyipit, apakah perasaan Jearsa terhadap adiknya sudah hilang?
apakah Jearsa akan mengingkari janjinya pada ayahnya?
apakah Jearsa akan meninggalkan adik perempuannya?

Segudang pertanya berdatangan dalam kepala Keenan, pikirannya berkelana kesana kemari saat melihat raut datar Jearsa yang nampak pucat, karena begadang seharian.

"Langkahin mayat gue kalo lo berani cerain Zura, atau nyakitin dia, apalagi sampe punya cewe lain" Ujar Keenan dengan tatapan mengintimidasi.

"Anjing, mulut lo kemana aja" Jearsa memelototi Keenan, berani sekali kakak iparnya itu mengatakan hal yang tidak pantas di hadapannya.

Jearsa mengambil cup kopi, sedikit menaikkan tangannya berniat untuk menakuti Keenan dengan menjatuhkan kopi di dalamnya pada kepala Keenan, dengan cup yang berada pada genggamannya.

Keenan refleks, lelaki itu ikut menaikkan tangan, ia sedikit beranjak untuk merebut cup yang tengah Jearsa genggam, karena takut menumpahi pakaiannya, kemudian ia letakkan kembali pada meja persegi yang mereka tempati.

"Gue cuman ngingetin Jearsa, udah lah kalo emang masih di pikirin, gue masih banyak urusan, soon kita bicarain lagi" saat hendak berdiri pantat Keenan kembali terduduk karena Jearsa kembali memanggilnya.

"Tunggu sebentar Nan" Panggil Jearsa

"Apaan?"

"Zura udah di kasih tau?"

"Belum. Aman kok. Tapi, akhir-akhir ini Zura agak beda, kayaknya dia udah mulai ngikut pergaulan temen-temennya, gue saranin lo deketin Zura dari sekarang, karena kan anak remaja gak menutup kemungkinan buat pacaran apa lagi anak kuliahan, merasa udah legal" Jelas Keenan, karena memang kenyataannya begitu.

"Gue pikir-pikir lagi nanti. Tapi, kayaknya gue ambil Zura kalo dia nginjek semester 7 deh" Jawabnya, mungkin karena perkataan Keenan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, jadi Jearsa tidak terlalu peduli.

"LAH?" Keenan menekuk wajahnya kesal karena sebelumnya Jearsa mengatakan jika ia akan membawa Azura saat perempuan itu menginjak umur 19. Tetapi jika Jearsa mengurungkan niatnya untuk mengambil Azura pada semester 7 bukankah usia Azura saat itu sudah 20 tahun.

"Gue takut kelepasan, Nan, kasian Zura masih semester 5" Jearsa menaikkan ujung bibirnya menciptakan senyuman maut, membuat Keenan bingung.

"Maksud lo?" Keenan menyerngit heran.

"So polos, biasanya juga 5G kalo bahas ginian"

"Anjing?" Keenan melotot saat menyadari perkataan Jearsa.

"Hahaha, lemot" Jearsa terkekeh geli, melihat sikap dan ekspresi Keenan yang begitu menghibur di matanya.

𓆟

Jearsa membuka lemari es, mengambil satu botol wine yang biasa dirinya minum saat sedang berperang dengan pikirannya yang kusut.

Lelaki itu menyesap aroma menyengat dari dalam gelas hingga akhirnya meminum habis dalam satu teguk.

Mengingat perkataan Keenan pagi tadi, Jearsa menjadi gelisah setiap teringat Azura.

"Zura lagi suka sama siapa?" Gumamnya.

Jearsa merasa khawatir karena pergaulan anak zaman sekarang cukup mengerikan, apalagi Azura dapat terbilang perempuan polos, karena keluarganya selalu menjaga pergaulan anak perempuannya dengan baik, semuanya akan sia-sia jika Azura tidak bisa menjaga diri.

Di usianya yang rentan mungkin saja Azura dapat dengan mudah terpengaruh, apalagi jika orang yang mempengaruhinya itu merupakan seorang lelaki yang akan membuatnya goyah hingga rela mengorbankan segala hal.

Merasa Azura terus berlari-lari dalam pikirannya, Jearsa mengambil benda pipih berwarna abu-abu milikknya dari dalam saku celana, untuk menghubungi Keenan. "Halo, Nan?"

"Apa?"

"Semester sekarang Zura beneran udah 19 tahun?" Tanya Jearsa memastikan.

"Ngapain nanya? ngajak ribut?" Keenan merasa kesal, Jelas-jelas Jearsa tahu kapan hari kelahiran adiknya. Tapi, Jearsa baru saja menanyakan hal yang tidak perlu di tanyakan.

Tanpa mejawab pertanyaan Keenan. Lelaki itu mematikan telponnya, ia mulai menyusun strategi di kepalanya untuk dapat membuat Azura jatuh cinta padanya.

Ponsel Jearsa kembali bergetar membuat sang pemilik menekan tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

"Maen matiin aja lo nyet, si Zura di rumah sendirian, pasti lagi badmood, gue hari ini gak pulang soalnya"

Jearsa menarik kursi kemudian terduduk di atasnya, ia menarik kembali wine yang baru saja di tuangkannya, sedikit meminumnya sebelum menjawab ucapan Keenan. "Lo ngasih gue lampu hijau?" Jawabnya.

"Ya maksudnya temenin dulu aja, tidurnya di kamar gue, jangan aneh-aneh dia masih kuliah" Ucap Keenan.

"Gue coba temuin Zura besok Nan" Jawabnya.

"Terus aja wacana, sampe Zura punya cowo" Kesalnya.

"Maksud lo?" Jearsa tidak mendengar jawaban dari Keenan, karena sambungannya baru saja di matikan "Kurang ajar" Umpatnya.

Jearsa terdiam, saat membuka pesan yang baru saja Keenan kirim.

Keenan mengirim beberapa foto yang membuat Jearsa memejamkan kedua matanya seraya memijat pelipisnya, Jearsa merasa kesal, hatinya seakan terbakar melihat foto Azura bersama lelaki lain, keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling tertaut.

"Sial" Jearsa segera mengambil hoodie dan kunci mobil yang tergeletak sembarang di atas meja.

𓆝

gimana part 1?
kalo kalian suka jangan lupa tinggalkan jejak ya, 1 vote dari kalian berarti banget.

                                                                
               

U'RE19 || Na Jaemin [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang