Halooo siapa nih yang penasaran sama kelanjutan cerita Toxic😜😜😜 Jangan lupa untuk vote dan komennya ya supaya pink semangat nulisnya🤧🤧
Gak perlu basa-basi dehh langsung ke story aja
Happy Reading guys🤩
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Setelah berjam-jam mengelilingi mall, Altair dan Clarissa memutuskan untuk duduk di parkiran. Mereka berdua tidak bisa pulang karena hujan tengah turun dengan deras membasahi apa saja yang berada di bawahnya.
Clarissa berdiri memandangi rintik hujan. Sepasang tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri, sedangkan Altair kini sudah damai dengan hoodie merah maroon miliknya.
Ia berdiri di samping Clarissa tanpa melirik sedikit pun ke arah perempuan itu. Clarissa menggosokkan kedua tangannya bersamaan dengan tiupan ringan dari bibirnya. Clarissa akui di luar cukup dingin dan ia sekarang merasa kedinginan.
"Kapan hujannya berhenti ya, Kak?" Clarissa melirik Altair sekilas lalu melanjutkan kegiatannya untuk menghangatkan diri.
"Mana gue tau," jawab Altair singkat, padat dan jelas.
Altair melihat ke arah Clarissa untuk beberapa detik. Pandangan Altair datar dan tidak berekspresi. Definisi hati batu benar-benar melekat pada sosok Altair.
"Alay lo! Hujan kecil gini aja langsung pura-pura kedinginan," sindir Altair melihat Clarissa memeluk dirinya sendiri.
Mendengar ucapan Altair yang menusuk, bibir Clarissa membentuk sebuah lengkungan ke bawah. Bukan karena Altair tidak peduli kepadanya tetapi ia sedih karena hujatan Altair yang tidak kunjung habis untuk dirinya.
"Ishhh Cla serius Kakak bukan lagi pura-pura," elak Clarissa.
"Hidup lo kalau gak caper ya ganjen. Sana-sini cari panggung,"