Toxic 7

9.1K 590 83
                                    

Happy Reading❤

Di sebuah kantin utama SMA Brawijaya telah terjadi keributan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kantin utama SMA Brawijaya telah terjadi keributan. Seorang murid dengan kacamata tebalnya kini menjadi pusat perhatian semua siswa-siswi yang berada di sana. Pakaiannya yang sebelumnya kering kini menjadi basah dan kotor. Cowok itu hanya bisa tertunduk tanpa bisa melakukan apapun untuk membela dirinya.

Cowok bernama Reza itu tersentak saat kerah seragamnya dicengkram dengan kuat. Ia menatap takut sosok yang tengah berada tepat di hadapannya. Sosok tersebut dua kali lebih mengerikan jika dilihat dari jarak yang sedekat ini. Reza bergetar ketakutan.

"Lo udah berani ngelawan gue?! Iya?!" Reza menggeleng.

"Tau kan, kalau gue gak suka ditentang?!" Reza mengangguk layaknya hewan peliharaan.

"Maaf, Lan ...," cicit Reza dengan suara yang tidak stabil.

Cowok bernama lengkap Dylan Respati Pradipta itu tersenyum sini lalu mendorong Reza hingga menabrak meja. Reza meringis saat merasakan tubuhnya terbentur pinggiran meja yang lancip. Astaga, rasanya sungguh menyakitkan.

"Memangnya dengan permintamaafan lo itu bisa kembaliin nafsu makan gue?!" Urat-urat leher Dylan menonjol ketika teriakannya semakin menggelegar. Sedangkan teman-temannya hanya menonton layaknya tonton yang menyenangkan.

Sebenarnya masalah yang diributkan Dylan itu sepele tetapi memang dasarnya Dylan itu pemarah jadilah Reza kena sasarannya. Tadi saat Dylan menyuruh Reza untuk membelikannya makanan dengan sombongnya Reza menolaknya karena alasan ada tugas kelompok. Hal itu membuat Dylan langsung naik pitam, moodnya yang tadinya sedang baik kini langsung menjadi buruk karena Reza si anak cupu itu!!

"Siapa lo berani nolak gue?" Dylan menendang meja tersebut membuat Reza terjatuh dari tumpuannya. Alhasil bokong mencium lantai dengan kerasnya.

Tubuh kurus Reza bergerak memeluk kaki Dylan. "Ampun, Lan, ampun ..."

Dengan angkuhnya Dylan menyingkirkan sepasang tangan Reza di kakinya. Dylan menatap jijik orang-orang yang lemah seperti Reza. Dylan membeci orang-orang yang membiarkan dirinya direndahkan oleh orang lain tetapi di samping itu Dylan juga suka menginjak-injak mereka.

Dylan sedikit merundukkan tubuhnya sehingga dapat melihat betapa menyedihkannya kondisi Reza saat ini. Dylan mendorong kening Reza dengan tulunjuknya, ekspresi tengilnya seolah mengejek reza di atas ketidakberdayaannya itu.

"Inget ya cupu, orang rendahan kayak lo gak pantes bersifat angkuh di depan gue. Paham lo?" Reza kembali mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Udah kali, Lan. Kasian tuh si cupu sampe kencing di celana," celetuk Diba seraya tertawa mengejek. Dylan memang paling bisa menghiburnya dengan tontonan yang menyenangkan seperti ini.

Dylan menegakkan tubuhnya, berniat untuk kembali ke bangkunya. "Pergi sebelum gue berubah pikiran."

Tidak membuang waktu lama, Reza langsung berlari menjauhi Dylan dan kawan-kawannya. Dan pada hari ini Reza berjanji tidak akan pernah kembali ke kantin itu walaupun dirinya merasa lapar dan haus. Keselamatan dirinya jauh lebih penting dibandingkan mengisi perutnya yang kosong.

Sementara itu dengan tatapan mematikannya Dylan berhasil membubarkan kerumunan yang ada. Cowok tersebut mengambil air yang berada di mejanya lalu menegaknya hingga habis tanpa tersisa. Lapar yang melandanya sudah hilang entah kemana. Reza si anak cupu itu telah merusak nafsu makannya!!

"Udah kali, Lan, serem gue liat muka lo," kelakar Diba berusaha membuat suasana kembali mencair.

"Diem lo!"

"Galak amat, amat aja kagak galak." Seketika Diba terdiam kala Dylan menatapnya seolah-olah ingin menerkamnya.

"Iya dah, gue diem gak banyak omong lagi," ujar Diba kembali melanjutkan acara makan mie ayamnya. Tidak sampai situ Diba mengambil gorengan yang ada di meja lalu mencelupkannya ke dalam kuah. Melahapnya tanpa jeda sedikit pun.

Dylan memutar bola matanya. Jengah menatap Diba yang tengah rakus memakan makanannya. Ia merogoh sakunya, mengambil sebuah pematik beserta sebungkus rokok kesukaannya. Dylan membakar sebatang rokok tersebut lalu menghisapnya dengan santai. Diba yang memang tidak suka dengan asap rokok langsung terbatuk seketika.

"Uhuk ...., uhukk!! Lan, lo kalau ngerokok jangan di deket gue dong!! Gue sesak napas anying," protes Diba seraya mengibas-kibaskan tangannya guna menyingkirkan asap yang mengepung dirinya.

Bukannya menghetikan aksinya Dylan justru menghembuskan asap rokok tersebut di depan wajah Diba. Alhasil Diba langsung berdiri dengan batuk yang tak berhenti-henti. Dylan yang melihat itu terkekeh tanpa rasa bersalah.

"Banci lo, Dib!" ejek Dylan tidak menghiraukan ekspresi kesal Diba.

"Bacot lo Lan!" umpat Diba.

Dylan menginjak puntung rokoknya menggunakan sepatu mahalnya. Matanya menangkap layar ponselnya yang berkedip menandakan ada pesan masuk. Dylan menatap malas layar pipih tersebut ketika melihat sebuah nama yang tertera di sana.

"Aby mana?" tanya Dylan saat Diba sudah kembali menyantap makanannya.

"Mana gue tau, emang gue emaknya?" jawab Diba kusut.

Dylan mengambil tisu lalu melemparnya ke arah Diba. "Lebay lo pake acara marah-marah kayak cewek PMS."

"Lebay-lebay, asap rokok lo bikin gue bengek kunyuk!"

"Padahal rencananya gue pengin buat lo mati kejang," ujar Dylan santai.

"Nyesel gue jadi temen lo, Lan, serius," ujar Diba tak terima dengan ucapan Dylan.

Di tengah perbincangan antara Diba dan Dylan seorang cowok berjalan ke arah meja mereka berdua. Perhatian publik kembali tersita dengan keberadaran sosok tersebut. Tetapi tatapan memuja yang mereka layangkan tidak bertahan lama karena aura gelap yang menguar dari cowok tersebut.

"Noh, anak lo otw ke sini," ucap Diba dengan sebuah kode mulut yang menunjuk ke arah objek pusat perhatian di kantin utama itu.

Siapa yang tidak kenal sosok Abizar Manggala, cowok tinggi dengan skill bermain basketnya yang luar biasa. Prestasinya dalam bidang akademik dan nonakademik mampu mengguncang seantero sekolah. Belum lagi ketampanannya yang membuat hati para kaum hawa meleleh walau hanya dengan mendengar namanya saja. Terkesan berlebihan tetapi itu lah faktanya.

Sayangnya di balik kesempurnaan kisah Aby terdapat pula sisi kelam cowok tersebut. Sifat dingin layaknya kutub es itu melekat kuat pada diri Aby, lidah tajamnya begitu lihai dalam hal mencaci orang lain, dan seorang Dylan yang menjadi teman dekatnya menjadikan para mahasiswi yang ingin mendekatinya perlahan mundur tanpa diminta.

Lebih baik mereka mundur daripada harus bersinggungan dengan sosok Dylan. Karena dapat dipastikan dunia tenang kalian akan sirna jika sedikit saja mengganggu ketenangan Dylan beserta 2 temannya.

Aby melemparkan sebuah foto perempuan kepada Dylan setelah duduk sempurna si bangkunya. Dylan yang menerima foto tersebut kini memandang lembaran tersebut dengan seksama. Sedetik kemudian alisnya terangkat dengan senyum miring yang menghiasi wajah tampannya.

"Gue harap lo bawa informasi bagus tentang mangsa gue kali ini ...."

.
.
.
.
.
Halo gaiss jangan lupa untuk vote dan komen ya. Siapa nichhh yang nungguin pink update cerita toxic?!!!!

Mau lanjut spam next dong!!!!!

NEXTTTNYA MANAAA😘
.
.
.
.
.
TBC

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang