Toxic 10

7.6K 588 53
                                    

Happy Reading❤

Altair berkacak pinggang dengan sepasang matanya yang mengarah ke arah Clarissa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Altair berkacak pinggang dengan sepasang matanya yang mengarah ke arah Clarissa. Cewek itu sedang sibuk dengan lamunannya, membangun dunianya sendiri tanpa terganggu dengan bisingnya kondisi sekitar.

Altair mengusap keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Sudah lama tidak berkecimpung di dunia futsal membuat dirinya sedikit letih. Cowok itu menatap beberapa laki-laki beserta Gerry dan Vito yang tengah bermain futsal secara brutal, membuat Altair malas untuk melanjutkannya. 

Dirasa sudah tidak selera lagi untuk melatih skillnya, Altair berjalan menuju Clarissa. Dengan jersey basketnya yang telah basah oleh keringat Altair mendudukkan dirinya di samping Clarissa. Tetapi cewek itu belum juga menyadari keberadaan Altair, terlalu asyik dengan dunianya.

"Minum gue." Sebuah suara berhasil membuat lamunan Clarissa buyar. Segera, dia merogoh tasnya dan mengambil botol minum yang tersimpan di dalamnya.

Altair menerimanya lalu menegaknya dengan napas yang berlomba-lomba. Clarissa yang melihatnya langsung mengalihkan pandangannya. Tidak ingin melihat Altair untuk waktu yang lebih lama.

Setelah selesai dengan aktivitas penghilang dahaga, Altair curi pandang ke arah Clarissa. Dahinya mengkerut ketika gadis itu hanya terdiam tidak seperti biasanya yang cerewet. Belum lagi kepala Clarissa yang terus merunduk.

Apakah dirinya telah berbuat salah?

Tapi kesalahan apa?

"Lo kenapa?" Clarissa menoleh sekilas lalu menjawab pertanyaan Altair dengan gelengan kepala.

"Lo sakit?"

"Lo laper?"

"Lo bosen?"

Tangan Altair mengepal, geram dengan respon Clarissa yang tidak memuaskannya. Altair tidak suka ketika Clarissa mencoba untuk jual mahal kepadanya. Apa susahnya untuk menjawab pertanyaannya?! Kenapa Clarissa terus saja keras kepala?!

"Gue lagi gak ngomong sama cewek bisu, kan?" sindir Altair tanpa basa-basi.

"Maaf, Kak," cicit Clarissa tanpa berniat untuk memperpanjang permasalahan.

"Gak gue maafin," tantang Altair.

Clarissa menegang mendengar kalimat tersebut. Wajahnya terlihat syok membuat Altair ingin tertawa saat ini juga. Tetapi demi menjaga harga dirinya Altair menyembunyikan rasa geli hatinya dibalik wajah datarnya itu. Altair sukses membuat tubuh Clarissa terpaku.

Tidak sampai di sana, dengan santainya Altair memangkas jarak diantara keduanya. Kini Altair dapat merasakan napas berat Clarissa menerpa wajahnya. Keduanya saling bertatapan tanpa berniat untuk melepaskan kontak mata. Mungkin jika orang lain melihat posisi mereka berdua dari jauh mereka pikir keduanya sedang berada saliva.

"Kenapa? Takut sama gue?" Refleks Clarissa menggeleng.

"Gue lebih suka Clarissa yang cerewet daripada diem kayak orang bego," ucap Altair lalu menjauhkan dirinya.

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang