Toxic 6

10.9K 757 131
                                    

Happy Reading❤

Happy Reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok Tok!

Aktivitas Clarissa membaca novel terhenti akibat ketukan pintu kamarnya. Ia mendengus sebal ketika tau siapa sosok di balik pintu tersebut. Clarissa berjalan malas untuk memutar handle pintu. Dan benar saja, Fahri, Papanya yang mengetuk pintu.

"Cla sama Kak Atar baik-baik aja," potong Clarissa saat Fahri hendak membuka suara.

"Setidaknya biarkan Papa masuk, Cla, itu enggak sopan," ucap Fahri memberi Clarissa nasihat dengan halus.

"Untuk apa? Bukannya Papa cuma pengin tau tentang hubungan Cla dan Kak Atar?" sindir Clarissa tidak menggubris kata-kata Fahri.

Fahri tersenyum maklum. Karena ia tau bahwa sifat sinis anak gadisnya itu karena ulahnya sendiri. Fahri tidak menyalahkan Clarissa atas semua ini. Tetapi tidak bisakah putrinya ini membiarkan dirinya untuk duduk berbincang?

"Papa rindu sama putri Papa. Papa ingin mengobrol berdua dengan Cla," ujar Fahri menyampaikan keinginan hatinya.

"Tentang Kak Atar kesayangan Papa itu? Cla udah jawab tadi," putus Cla langsung menutup pintu kamarnya. Tidak ingin memperpanjang permasalahan ini lagi. Tetapi sebelum pintu itu tertutup Fahri menahannya.

"Papa mohon biarin Papa masuk," pinta Fahri dengan suara seraknya.

Clarissa membuang napasnya kasar lalu membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Gadis itu langsung melemparkan tubuhnya ke ranjang dan meneruskan kegiatannya yang tertunda. Di tengah Clarissa yang sedang membaca novel, Fahri berjalan mendekati putrinya.

"Cla nggak kangen sama Papa?" tanya Fahri dan dijawab gelengan kepala oleh Clarissa.

Gadis itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Clarissa terlalu larut dalam duniannya sendiri, tidak memperdulikan Fahri yang berada di sisinya. Mimik wajah Fahri terlihat lesu dengan respon yang ia dapat dari putrinya.

"Cla besok ada rencana?" Kembali dijawab gelengan kepala oleh Clarissa. Fahri tersenyum senang.

"Mau temenin Papa sarapan bubur ayam di depan komplek? Papa dengar di sana—"

"Cla sibuk," potong Clarissa seakan tidak menginginkan Fahri di sekitarnya.

Kedua bahu Fahri menurun. Air muka sedih tergambar jelas pada wajahnya. Dengan perasaan ragu tangan Fahri bergerak mengusap helai rambut panjang Clarissa. Gadis itu hanya diam menerima perlakuan Fahri. Entah karena sudah lelah atau memang menikmatinya secara diam-diam.

"Papa enggak punya siapa pun lagi kecuali Cla. Clarissa adalah putri Papa satu-satunya dan harta yang paling berharga bagi Papa." Clarissa terdiam, tidak menyahut maupun menyangkal ucapan Fahri. Ia membiarkan pria itu membuka suara sesuka hati.

"Papa sakit saat Cla jauhin Papa seperti ini," lirih Fahri mengungkapkan perasaannya.

"Dan semua itu karena Papa sendiri!"

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang