07 : Keseruan

289 18 0
                                    

Hingga malam pun tiba. Ya, seperti yang diberitahukan oleh panitia akan di diadakannya api unggun. Semua orang berbondong-bondong keluar dari tenda. Begitu juga dengan gue. Gue liat cewek-cewek yang mulai duduk dalam posisi melingkar.

Raja, Langit dan gue menuju ketempat yang diarahkan.

"Buset rame bener ye," Raja tercengang melihat orang-orang yang berkeliaran, "mana pada hedon-hedon semua lagi."

"Iya bener jir, kek mau kemana aja," Ujar langit mengangguk setuju,"tapi cakep-cakep."

"Yeh!" Gue membuang muka. Langit nyengir, "udah ah ayo kita kesana!"

Serentak gue dan mereka pergi, mencari tempat duduk yang pas kira-kira buat ngeliat seperti apa sih pertunjukannya, penasaran gue.

"Ah lo lagi, lo lagi!" Kompak gue, Langit dan Raja langsung nengok. Siapa lagi kalau bukan dosen Bisma, "bosen gue mah kalau boleh jujur!"

"Loh bapak sendiri ngapain duduk disini? Ini kan khusus buat mahasiswa aja." Ujar Raja heran. Gue juga heran sih. Ngapain coba tuh paman Bisma duduk disini.

Dosen Bisma langsung menyaut sambil liatin gue,"Tanya noh sama temen lo yang kurang kerjaan."

Loh kok gue? Gue jelas heran. Pintah nih. Tapi seketika gue tersentak sadar. Oh ... Ternyata rencananya.

Raja heran, bukan heran dia mah, orangnya kepo tingkat gila. "kenapa tuh?"

"Biasa the secret mission." Gue nyengir.

"Elah gaya bener lo pake secret mission - secret mission segala!" Raja mencibir.

***

"SELAMAT MALAM SEMUANYA!" Ujar salah satu orang yang berdiri di tengah-tengah lingkaran, mungkin Mc.

"MALAM KAK!" Ujar semuanya.

"Oke pertama-tama kita ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena telah memudahkan acara kita hari ini, dan langsung saja saya akan memberitahu rakaian acaranya untuk pembukaan kita akan menyalakan api unggun-nya terlebih dahulu." Kak Sapa, dia orang yang menjadi pembawa acara untuk malam ini. Dia bergegas keluar saat api akan dinyalakan.

Dua orang pantia lainnya mulai menyalakan api unggun dan terlihat biasa aja sih kata gue mah.

Gue yang daritadi diem dong, mulai bosen. Nih acara beginian doang? Elah kurang seru amat. Daritadi cuma diem liatin api doang. Kalau gitu gue juga bisa liat di rumah tinggal masuk ke dapur nyalain kompor dah liat api.

Gue menghela nafas gusar. Jenuh bener anjir. Mata gue melihat sekitar, seketika gue terfokus pada cewe yang rambutnya diurai. Jingga, ya cewek itu Jingga. Kalau dilihat-lihat tuh anak makin cakep aja.

Mata Jingga dan gue bertemu. Saling melihat sebentar. Sebentar doang, abis itu dia langsung buang muka dengan tatapan kesal.

Gue lagi mikir enakanya Jingga gue apain ya? Kan gue menang taruhannya. Kalau jadiin pacar mah gak seru.

"Dan untuk acara selanjutnya," Suara kak Sapa berhasil membuyarkan lamuman gue, "kita akan menyaksikan dua orang yang akan bernyanyi untuk mengisi acara malam ini."

Dah gue duga pasti begini. Kagak ada yang kreatif apa ya selain nyanyi?

"Oke Ervan dan Jingga akan nyanyikan lagu untuk kita semua. Silakan kalian berdua maju kedepan!"

HAH?!!

Gue? Anjrit gue sama Jingga? Ini siapa cok yang masukin gue ke acara beginian?! Gue kagak bisa nyanyi elah.

"LOH KOK SAYA KAK?!" Teriak gue gak terima.

"Ya emang kamu, kamu kan yang berpartisipasi atas acara ini lewat Dosen Bisma?"

LAH??

Dosen Bisma sialan! Maksud gue ya gak gini juga! Gue ngelirik dosen Bisma marah. Sang pemilik nama hanya tersenyum lugu. Kampret!

Disisi lain gue juga liat reaksi Jingga yang jelas terlihat sangat marah. Awas aja ya kalau dia marah gara-gara dosen Bisma gue pintes tuh dosen!

Mau gak mau gue sama Jingga maju kedepan sambil saling tatap. Bingung, jujur gue bingung mau kaya gimana? Seneng iya, malu juga iya.

Gue mulai duduk bersampingan dengan Jingga. Jingga berbisik,"awas aja abis ini gue tonjok lo!"

Gue meringis mendengar lontarannya,"gue juga kagak tau!"

Kak Sapa memberikan gitar, gue ambil. Bisa lah gue kalau main gitar, kalau gue yang main gitar berati Jingga dong yang nyanyi. Penasaran gue sama suaranya.

"Mau nanyi lagu apa?" Gue harap dia gak jawab 'terserah'.

Jingga berpikir sebentar,"One Direction yang judulnya 18?" Dia mengangtakan satu halisnya.

"Boleh." Gue setuju.

Satu petikan snar mulai terdengar. Hingga Jingga membuka suaranya. Kaget, bagus bener ini anak suaranya.

Jingga bernyanyi dengan begitu baik. Terkadang sesekali dia melihat ke arah gue.

Aduh jadi baper.

Sorak-sorai orang-orang juga ikut bernyanyi. Gue juga mulai enjoy walaupun sebenarnya agak nervous. Gue tidak sengaja beradu tatapan dengan dua bocah tengil.

"KIW!! KIW!!" Siul Langit dan Raja.

Si anjir bukannya video-in malah siul-siulan! Gue yang gregetan mulai membuka mulutnya mengisyaratkan agar mereka berdua mengambil video untuk momen yang sangat berharga ini. Untung tuh dua orang peka. Mereka langsung mengambil ponsel dan membuka kamera.

Bagus!

Hingga lirik terakhir mulai terdengar, dan selesai. Gue kembali ketempat. Sambil nyengir. Oke juga nih ide nya paman Bisma. Ujar gue dalam hati.

"Nyengir lo!" Ujar sang punya ide.

"Hehe ... Bagus juga ide paman, makasih loh ..." Gue duduk disebelahnya.

"Iya lah, gue gitu!" Dia mengatakan bahunya sombong.

***

Dua Sejoli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang