"Cinta adalah sebuah anugrah
yang memiliki kekuatan maha dahsyat di dalamnya
seperti cinta yang pernah menyatukan aku dengannya
yang pernah terpisah sekian lamanya
dalam dunia yang berbeda"
a Power Of Love
Keheningan sangat nampak di ruang perawatan yang terletak di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta, hanya suara detak jarum jam yang menggantung di atas dinding kamar dengan diiringi suara alat-alat canggih kedokteran yang terdengar saling bersahutan menyelimuti kesunyian dalam kamar mawar no.22 ini. Terlihat seorang gadis manis bertubuh mungil tengah menatap keluh tubuh kekasihnya yang terbaring tak berdaya atas tempat tidurnya, tangan kirinya menggenggam erat sebuah tangan milik kekasihnya sementara tangan kanannya membelai lembut wajah yang terlihat pucat pasih, tubuhnya kian kurus dengan beberapa selang yang terpasang pada tubuhnya, kondisi yang sangat memprihatinkan, hanya keajaiban Tuhan yang membuatnya mampu bertahan hingga saat ini.
"Tante nggak akan nglarang kamu kalau kamu ingin mengakhiri pertunanganmu dengan Distya," sejenak ia teringat kata-kata Tante Emi mama Distya sebelum ia meninggalkan Jelita di kamar ini.
"Aku nggak pernah ada niat buat ninggalin Distya Tante, aku mencintai Distya, sungguh," jawab Jelita meyakinkan calon mertuanya, bukan karena ia tidak pernah menyetujui hubungan anaknya dengan Jelita namun ia tidak tega melihat Jelita yang sepertinya telah lelah mengharapkan keajaiban Tuhan untuk membuat kekasihnya terbangun dari tidur panjangnya saat ini.
"Tapi Distya sampai sekarang belum juga sadar Lita," ucapnya sambil menyeka air mata yg telah menetes di pipinya, sejenak mereka hanya diam,sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Aku yakin suatu hari dia akan sadar Tante, jangan pernah putus asa,percayalah," ujarnya sambil memeluk Tante Emi yg telah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri, mereka larut dalam keharuan.
"Kamu belum pulang Lit?" sapa seorang perawat yang bertugas untuk merawat Distya selama ini, segera ia menyeka air mata yang telah membasahi lapisan kulit pipinya tapi sepertinya suster Rina perawat itu terlanjur mengetahuinya.
"Kamu nangis? Matamu sembab," tanya suster Rina sambil terus mengerjakan tugasnya.
"Eh, ini Sus mataku cuma..."
"Sebaiknya kamu juga jaga kondisi kamu Lita," ucapnya memotong kalimat Jelita yang belum ia selesaikan.
"Terimakasih nasehatnya Sus, sebentar lagi aku juga pulang," jawab Lita padanya.
"Jangan khawatir, aku akan merawat Distyamu dengan baik," ujar suster Rina meyakinkan Jelita dengan senyumannya yang memancarkan arti ketulusan padanya.
"Sekali lagi terimakasih suster," ucap Jelita padanya sebelum ia pergi meninggalkan Jelita berdua dengan kekasihnya.
"Distya," lirihnya sambil mengusap-usap punggung tangan Distya.
"Aku akan slalu menunggumu untuk menepati janjimu," ucapnya lalu mendaratkan sebuah kecupan lembut di kening kekasihnya sebelum ia pergi meninggalkannya sendiri dengan ketidak sadarannya.
Dengan langkah gontai ia pergi meninggalkan rumah sakit menuju rumah mungilnya yang ia tempati bersama kedua adiknya Amru dan Anggun. Mereka hanya tinggal bertiga semenjak orang tua mereka meninggal tiga tahun yg lalu karena kecelakaan yang menimpa mereka saat di perjalan pulang dari tanah suci. Distya yang ia minta untuk menjemput orang tuanya ikut menjadi korban kecelakaan itu. Orang tuanya meninggal setelah sehari mendapatkan perawatan sementara Distya masih belum sadarkan diri hingga sekarang, "Ya Allah, Engkau telah mengambil dua orang yang sangat kusayangi, kumohon jangan ambil dia dariku, kumohon," Jelita berdoa dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Of Love
Kısa HikayeSemenjak orang tuanya meninggal Jelitalah yang bekerja keras untuk menghidupi kedua adiknya Amru dan Anggun.Orang tua mereka telah meninggal tiga tahun yang lalu karena kecelakaan saat pulang dari ibadah haji,Distya yang menjemput kepulangan mereka...