hujan

29 2 0
                                    

- Deku -

.
.
.

Tetesan air menyerbu bumi, angin kencang nya membawa udara dingin, gemuruh petir nya menambah keributan.

Hujan lebat melanda.

Di asrama kelas A, para siswa sedang melakukan kegiatannya. Tiga di antara nya sedang membaca Al-Qur'an, tiga lainnya sedang bermain game bersama, dua di antaranya sedang berbagi cerita novel, dan sisanya melakukan kegiatan mereka seperti tidur atau sekedar bercerita(bukan ghibah, ga boleh ghibah).

Sosok pemuda bersurai brokoli baru saja menyelesaikan bacaan satu juz Al-Qur'an nya, lalu dia teringat harus membeli sesuatu.

"Hujan masih deras sekali," gumam Izuku yang kini memandang keluar jendela.

"Tunggu reda aja," saran Iida.

"Tapi kayanya hujannya awet. Gapapa kok, aku bisa pakai payung," ucap Midoriya yang kemudian bergegas mengambil payung dan pamit.

Langkahnya ringan berjalan di bawah hujan dengan berlindungkan payung.

💧💧💧

Cukup lama ia menghabiskan waktu, akhirnya Midoriya berhasil membeli takjil yang dirinya incar sejak beberapa waktu lalu. Senyum puas terukir di wajahnya, sambil berjalan menyusuri aspal yang becek.

Hujan sudah berhenti, meninggalkan aroma khas setelahnya, awan gelap perlahan pergi.

Di tengah jalan, Midoriya mendengar sesuatu yang cukup samar. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, namun tidak mendapati apapun.

Merasa bingung, Midoriya kembali melenggang, mengabaikan suara apapun itu yang tak lagi dirinya dengar.

Setibanya di asrama, Midoriya mendapat sambutan hangat dari Iida yang baru selesai mencuci sayuran di luar asrama, mengingat dapur pasti ramai dengan anak-anak lain yang sedang menyiapkan makanan menjelang berbuka.

"Selamat datang kembali, Midoriya-kun—" ucapan Iida terhenti kala melihat sesuatu, Midoriya tersenyum dengan hangat seperti biasanya lalu melangkah masuk terlebih dahulu. Tidak menyadari tatapan Iida yang terus melihatnya.

"Deku-kun, selamat datang kembali, oh—" Uraraka pun melakukan hal yang sama seperti Iida sebelumnya, namun entah kenapa Midoriya tidak menyadari itu.

"Terimakasih Uraraka-san, akhirnya aku tidak kehabisan kolak edisi terbatas itu," ujar Midoriya dengan senyum khas nya, sayang sekali dirinya tidak menyadari beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya.

Bahkan Bakugou yang tadinya kesal entah karena apa, langkahnya berhenti saat dia melihat sesuatu yang aneh pada teman masa kecilnya itu.

"O-oi-" Bakugou ingin menyuarakan namun ditahan oleh beberapa temannya.

"Ssst biarin aja," sela Kaminari yang menahan tawa nya, sembari tangan itu sibuk merekam hal yang menurut beberapa di antara mereka lucu.

Midoriya pun mendengar beberapa tawa yang ditahan, akhirnya dia baru menyadari teman-teman nya itu sedang merekam nya.

Dia malu dengan beberapa rona di pipinya, "a-ada apa?" tanya nya yang masih belum memahami situasi.

Yaoyorozu yang juga merekam dan menahan tawa nya kini menunjuk ke arah belakang Midoriya, "kamu sepertinya menjadi induk yang baik."

Komentar siswi yang menjabat sebagai wakil ketua kelas itu membuat Midoriya membalikkan tubuhnya, di bawahnya terdapat jejeran anak itik yang entah sejak kapan mengekorinya.

Ah, Midoriya baru menyadari suara anak-anak itik itu yang ia dengar tadi, dan penyebab teman-teman nya tertawa karena gemas melihat anak-anak itik itu yang terus mengikuti Midoriya.

.
.
.
.
.

Ga tau tiba-tiba keinget Kotaro dan jadi pengen bikin gini :'3

Vote dan komen kalian Izu tunggu ya❤❤❤

Selamat menunaikan ibadah puasa( ´ ▽ ' )ノ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ramadhan nya kelas ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang