Chapter 26

7 4 0
                                    

Lise Adikel kecantikan: [Kak Raja, kakak dimana? Apa kita bisa ketemuan?]

Gue menatap chat Lise dengan ekspresi lempeng, apa yang mau dia bicarakan sampai mendadak?

Raja Kenedy Zatolokin: [maaf Lise, gue ada janji, mungkin lain kali saja, gue akan ajak Mahesa juga.]

Takut menciptakan salah paham antara gue dan Maysa, lebih baik gue ajak Mahesa saat menemui Lise.

Lagian Mahesa juga pasti senang jika berhubungan Lise.

"Raja," gue berbalik dan menemukan Bahtiar disana.

"Kenapa?" Tanya gue dengan wajah datar.

"Gue benar-benar minta maaf, gue sudah keterlaluan. Diluar kita emang teman namun ditempat kerja kita merupakan atasan dan bawahan, gue melupakan itu sejenak.

Gue terdiam mencoba menelaah situasi yang tiba-tiba ini.

"Jika Lo minta maaf karena kita atasan dan bawahan maka gue menolaknya, tidak peduli dalam konteks apapun maka gue tidak akan memaafkan Lo. Tapi jika Lo minta maaf kepada Maysa dan Maysa memaafkan Lo, gue juga akan memaafkan Lo. Sekarang Lo menjauh dan jangan ganggu gue karena saat ini gue fokus merakit Lego bunga punya Maysa," ucap gue sembari kembali menghadap depan dan mengambil paper bag berisikan Lego Maysa.

Bahtiar akhirnya undur diri tanpa mengucapkan apapun, syukurlah kalau begitu.

Gue taruh paper bag diatas meja kemudian mengambil legonya dari sana, karena sudah berbentuk tentu saja gue harus lebih hati-hati mengeluarkannya takut ada yang lepas.

Gak akan lepas sih soalnya lumayan kuat, namun kalau jatuh ya pasti hancur semua.

"Semoga benda itu selesai sebelum Maysa datang," ucap gue sembari mulai berakit kembali.

Baru gue memasang satu Lego, lonceng pada pintu cafe berbunyi dan membuat gue spontan melihat kearah sana.

Disana ada Lise yang terengah-engah sembari menatap gue.

Bagaimana dia bisa tahu gue disini. Ahhh Bahtiar, pasti dia yang ngasih tahu.

Lise melangkah cepat kearah gue kemudian berhenti didepan gue, "kita harus bicara, sekarang," ucap Lise masih terengah-engah.

"Tidak bisa, gue ada janji dengan pacar gue," ucap gue sembari melibatkan Maysa, dia harus sadar kalau gue sedang ingin berkencan.

"Ka, ini soal kakak, kita harus bicara sekarang agar kakak tidak menyesal dan tidak dibodohi lagi," kali ini Lise memegang lengan gue dan menggoyangkannya.

Menganggu.

Gue beranjak dari kursi kemudian merapikan lego-lego tadi ke paper bag, "Lise, kali ini Lo benar-benar menganggu," setelah mengatakan itu gue berjalan melewati Lise dan keluar dari cafe.

Gue segera mengeluarkan hp dan menghubungi Maysa.

"Ka, dengerin dulu," teriak Lise sembari mengikuti gue.

Ternyata dia tidak menyerah.

"Ini tentang pacar kakak si Maysa, dia memacari kakak hanya untuk balas dendam kepada Lise," ucap Lise membuat gue membeku ditempat.

Gue berbalik perlahan, "benar, soal Maysa yang mengetahui segala hal tentang kakak, semua itu dari Lise. Kakak tahu kan kalau Lise sudah mengejar kakak dari jaman smk? Dulu Lise sahabatan dengan Maysa dan menceritakan semua tentang kakak kepada Maysa. Sekarang kami sudah tidak berteman lagi dan dia memakai semua cerita yang Lise ceritakan agar bisa mendekati Kakak," ucap Lise setengah teriak.

Gue awalnya terdiam kemudian melangkah maju perlahan kearah Lise, "kakak, wanita yang selalu orang bilang taat beribadah itu kenapa dia membiarkan dirinya berselimutkan dosa, dia menjalin cinta yang tentu haram dimata agama dirinya dan lebih parah lagi beda agama. Wanita yang selalu orang yakini akan berpacaran untuk menikah kenapa tidak menuntut kakak untuk mempelajari agamanya, kenapa?" ucap Lise sembari meraih baju bagian dada gue dan menariknya, "apa kakak tau jawabannya? Kakak ingin dengar? Dia tidak menuntut apapun karena dia tau alur dari semua ini, dia sudah merencanakan segalanya untuk berpisah dengan kakak suatu hari nanti dan melabeli kakak sebagai mantan dirinya. Kakak, Maysa tidak mencintai kakak, dia hanya ingin balas dendam kepada Lise dengan cara membuat kakak berhasil menjadi mantannya."

See You Later, Sang Pencinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang